Sedang Membaca
Menjadi Islam, Tetap Menjadi Indonesia
Avatar
Penulis Kolom

Pengurus GP Ansor di Bandung. Tinggal di Pesantren Al-Wafa', Jl. Cibiru Hilir, Cileunyi, kab. Bandung. Pernah kuliah UIN Bandung

Menjadi Islam, Tetap Menjadi Indonesia

Karya yang dipersembahkan kader muda NU yang bernama M. Zidni Nafi’ ini layak diapresiasi. Mengapa? Setidaknya buku berjudul “Menjadi Islam, Menjadi Indonesia” itu momentumnya sangat tepat di tengah gejolak yang dialami bangsa Indonesia hari ini, terutama soal relasi antara umat Islam dan status serta dasar negara Indonesia.

Dalam buku yang tebalnya sekitar 360 halaman itu, penulis tampak merasakan keragaman keagamaan Indonesia sungguh sangat rentan tersulut konflik, apabila tidak dikelola dengan baik dan harmoni, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi medan perang saudara—sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah (hlm. 6).

Kerentanan yang bisa menyulut konflik itu ada yang bersumber dari ketidakpuasan dari sebagian masyarakat. Dalam umat Islam sendiri misalnya, masih ada putera-puteri yang lahir dan tumbuh di Indonesia yang kembali mempermasalahkan status Pancasila lalu menghadapkannya dengan Islam. Ada pula tokoh dan kelompok Islam yang menyoal dasar dan gunanya nasionalisme. Sehingga tidak sedikit masyarakat yang teracuni propaganda pendirian Khilafah di bumi pertiwi ini.

Dari situ, dengan gaya essay yang renyah dan mudah dipahami, penulis dalam bukunya berupaya menawarkan gagasan dalam empat bagian. Bagian I tentang Romantisme Keislaman dan Keindonesiaan. Bagian II berisi Tantangan Keberagaman dan Keberagamaan. Bagian III memaparkan peran NU, Pesantren dan Komitmen Kebangsaannya. Yang terakhir yakni bagian IV diperkuat dengan ulasan Pemikiran Gus Dur dan Gus Mus sebagai Para Guru Pencerah Bangsa.

Baca juga:  Saatnya Pesantren Bangkit

Zidni tergolong penulis yang berani membuat istilah baru dan gagasan yang bisa dikatakan menarik dan bisa juga disebut aneh. Misalnya pada bagian pertama, ada istilah ‘Spiritual Kebangsaan’ yang disebut sebagai buah dari kesadaran beragama ketika diperkaya semangat Bhinneka Tunggal Ika (hlm. 11). Ada juga istilah-istilah lain yang dikenalkan seperti ‘Islam Bhinneka’, ‘Trilogi Ukhuwah Indonesia’, ‘Tasawuf Pancasila’, dan lain-lain.

Pada bagian kedua, penulis menawarkan gagasan “Memancasilakan Umat Beragama”. Maksudnya, semua umat beragama di Indonesia sepatutnya memposisikan juga Pancasila sebagai bagian dari sumber inspirasi dan petunjuk, serta memposisikannya sebagai muatan spirit dan materi dakwah bagi setiap agama (hlm. 116-117). Rasanya aneh, tapi bila tidak demikian akan sulit membangun relasi yang baik dan produktif antara agama dan ideologi negara.

Penulis juga menekankan bahaya ‘Dosa-Dosa Hoax’, ‘Benih-benih Radikalisme’ dan ‘Kafir-Mengafirkan’. Lalu masalah ini dikaitankan dengan pentingnya menjaga harmoni dan perdamaian, ia memaparkan istilah ‘Silaturrahmi serta Halal Bihalal Lintas Agama’ dan ‘Toleransi Berpolitik’ di salah satu judul di bagian ini.

Upaya umat Islam Indonesia agar tidak tercerabut dari khazanah lokalitas Nusantara tidak lepas dari komitmen dari ulama dan santri dari kalangan Nahdliyin. Mereka selama ini paling getol dan lantang mengatakan “Pancasila Jaya” dan “NKRI Harga Mati” serta secara gagasan dan gerakan berani berhadapan dengan kelompok radikalisme-terorisme (hlm. 238). Tidak heran apabila peran kalangan ini dalam menyuarakan keseimbangan spirit keagamaan dan kebangsaan memperoleh apresiasi dari banyak pihak.

Baca juga:  Ahmad Tohari: Siapa akan Masuk Surga?

Dicermati dari gaya berpikir dan landasan berpikir yang digunakan, penulis sangat terpengaruh oleh pemikiran Gus Dur, Cak Nur, dan Gus Mus. Bahkan pada bagian terakhir buku, penulis mempersembahkan kepada Gus Dur dan Gus Mus melalui analisis dan lanjutan sumbangsih pemikiran yang telah dilakukan oleh kedua ulama itu.

Terlepas kekurangan dan kelebihan penulis yang relatif masih muda sekitar 25 tahun, yang jelas buku “Menjadi Islam Menjadi Indonesia” ini bisa diakui salah satu upaya untuk memperkuat komitmen menjadi muslim namun juga tetap menjadi manusia Indonesia.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top