Sedang Membaca
Allah, Rahim, dan Kasih Sayang
Arfi Pandu Dinata
Penulis Kolom

Mahasiswa, Pegiat Toleransi dan Perdamaian di Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) dan Sekolah Damai Indonesia (Sekodi) Bandung.

Allah, Rahim, dan Kasih Sayang

  Islam mendasarkan keyakinannya mengenai Tuhan pada konsep yang disebut dengan Tauhid. Secara sederhana tauhid berarti menjadikan satu atau mengesakan Tuhan. Tauhid memandang bahwa Tuhan adalah zat yang Maha Esa, yang tidak dapat diserupakan dengan hal apapun dan melampaui segala sesuatu. Meskipun seluruh umat muslim mengimani tauhid yang sama, namun dalam proses memaknainya memiliki banyak perbedaan perspektif dan interpretasi. Pada tulisan kali ini akan diurai salah satu perspektifnya, tentang Tuhan khususnya mengenai nama-nama-Nya.

Allah memiliki nama-nama yang mendeskripsikan keindahan-Nya. Hal ini disebut dengan asmaulhusna. Secara bahasa, asmaulhusna berarti nama-nama yang baik. Dua nama Allah yang popular yang termasuk ke dalam asmaulhusma yakni Arrahman dan Arrahim. Sekaligus dua nama tersebut berada dalam urutan terawal pada susunan asmaulhusna itu sendiri. Kedua nama ini juga terangkai dalam lafaz basmallah. Kalimat yang membuka surat-surat di dalam Alquran dan dianjurkan untuk terus membacanya sebelum memulai segala aktivitas yang baik.

Dalam makna yang umum, Arrahman merupakan nama Allah yang menunjukkan sifat-Nya yang Maha Pengasih terhadap seluruh makhluk baik yang patuh maupun yang ingkar terhadap-Nya. Dia adalah Sang Pemberi kehidupan, rezeki, dan berbagai macam karunia serta rahmat untuk segala ciptaan. Hal ini perlu ditegaskan juga bahwa pemberian-Nya itu tidak hanya bagi manusia semata, juga hewan, jin, semesta, dan lain sebagainya. Melalui nama ini Allah diyakini sebagai Zat yang menjadi sumber kemurahan yang tidak pilih-pilih, sebuah sifat yang merangkul seluruh hal. Sedangkan Arrahim menunjukkan sifat-Nya yang Maha Penyayang khusus terhadap hamba-hamba yang beriman dan setia kepada-Nya. Dia adalah Sang Pembalas yang adil dan penuh cinta. Hal ini menunjukkan komitmen Allah terhadap makhluk yang taat. Melalui nama ini Allah diyakini sebagai Zat yang sungguh-sungguh sanggup memberi apresiasi yang penuh kebajikan.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (4): Ibrahim al-Khawwash, Pernah Ditantang Renang Orang Yahudi

Dari kedua nama tersebut, tauhid menegaskan bahwa Allah tidak mengedepankan penghukuman dan amarah sekalipun terhadap makhluk-Nya yang ingkar. Di hadapan Allah hanya ada dua sifat yang utama yakni sayang dan sayang sekali. Dalam sehari-hari umat muslim menyebutnya, Allah yang  Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan demikian Allah adalah sang sumber dari cinta yang sejati, bahkan cinta itu sendiri.

Merefleksikan kedua nama di atas, tubuh manusia mengalaminya melalui identitas seorang ibu. Sebab setiap manusia lahir lewat perantara dari diri tersebut. Setelah terlahir, manusia kecil mendapatkan air susu, dan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga benar-benar menjadi manusia yang matang. Pada diri ibu tersebut, kasih sayang Allah terbukti nyata. Kelahiran merupakan karunia besar yang datang dari Allah bagi seorang manusia. Dengan begitu seseorang dapat merasakan kehidupan. Di sanalah manusia juga mendapatkan banyak nikmat lainnya dari Allah seperti bersandang pangan, berkeluarga, dan tentu beribadah. Namun sebelum mengalami semua itu, di tempat yang bernama rahim, manusia untuk pertama kalinya mendapatkan kasih sayang.

Dalam konteks yang lebih luas, rahim berasosiasi kuat dengan perempuan. Satu-satunya makhluk yang dianugerahi rahim sebagai wujud konkret hadirnya kasih sayang Allah. Dari akar kata yang sama nama Arrahman dan Arrahim, kata rahim terbentuk. Rahima-yarham-marhamah yang secara etimologi artinya kasih, mengasihi, dan mengasihi dengan sangat dalam. Sedangkan dalam makna biologis rahim merupakan organ reproduksi seks betina yang terpenting khususnya bagi mamalia, termasuk manusia. Salurannya berasal dari vagina ke serviks dan ujung lainnya bersambung dengan tuba fallopi di kedua belah sisi.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (28): Al-Kattani, Berjanji untuk Tidak Tertawa

Dalam proses reproduksi manusia, rahim adalah tempat bernaungnya sperma yang bertemu dengan ovum. Dalam pemahaman narasi teologi Islam zat tersebut bernama air mani, cairan yang lemah. Melalui rahim, zat yang rentan itu berkembang menjadi segumpal darah, lalu menjadi daging dan akhirnya manusia. Rahim memberi manusia hikmah tentang sifat Allah, khususnya mengenai tanda-tanda kasih sayangnya yang tampak melalui proses penciptaan manusia. Allah sebagai tempat bergantung seluruh makhluk-Nya. Rahim juga sebagai metafora bahwa Allah berlaku demikian terhadap entitas-entitas yang lemah dan rentan, baik manusia maupun alam semesta serta seisinya. Dengan demikian Allah memiliki sifat kerahiman, Allah juga yang “memiliki” rahim, sekaligus Allah adalah rahim itu sendiri.

Dalam praktik keberislam yang kerap menghadirkan wajah sangar, terutama memberi teladan bagi dunia sekarang sikap reflektif terhadap nama Allah Sang Rahim sangatlah penting. Allah tidak melulu dibayangkan dengan sifat-Nya yang agung lagi maskulin atau “jalaliyah”, namun juga indah dan feminin atau “jamaliyah”. Dalam makna ini, Allah seumpama ibu yang merawat seluruh makhluk-Nya, memberi kekuatan, menopang, dan sekaligus menjadi sumber kehidupan termasuk pelindungan.

Allah sebagai Rahim Agung ini harus terefleksikan menjadi sikap seorang muslim yang setia pada tauhid. Tauhid menjadi inspirasi untuk mewujudkan karakter kemanusiaan yang penuh kasih sayang dan sumber kehidupan terutama bagi orang-orang yang lemah. Oleh karena itu, visi Islam sebagai agama rahmat seluruh alam dapat terwujud. Begitu juga kala Islam begitu mendorong umatnya untuk banyak menyambung tali persaudaraan bukan hanya atas dasar ikatan darah, juga atas dasar kasih sayang. Istilah ini disebut dengan silaturahim.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top