Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi kalam Ilahi dan merupakan petunjuk kehidupan bagi manusia. Sebagai kitab suci, sudah selayaknya Al-Qur’an mempunyai sifat holistik yaitu sifat yang mampu membuktikan kesuciannya dan tetap dapat diterima oleh akal. Dalam hal ini Al-Qur’an menyajikan bab munasabah dalam pengkajiannya.
Munasabah sendiri adalah keterkaitan antara ayat dengan ayat lain, atau surah dengan surah lain. Banyak macam munasabah yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan untuk mengetahui keterkaitan tersebut haruslah para pengkaji setidaknya memahami makna tersirat dalam Al-Qur’an yang bisa diperoleh dari pengkajian tafsir.
Dalam artikel singkat ini, penulis ingin memberikan sedikit contoh munasabah yang jarang diperbincangkan, yaitu munasabah dalam aspek kalimah atau term. Munasabah dalam aspek kalimah terdapat dalam surat Al-‘Alaq dengan surat Al-Ikhlash. Menurut Idah Suaidah dalam Jurnal Ar-Risalah disebutkan bahwa surah Al-‘Alaq ayat 1-5 adalah wahyu yang turun pertama kali, tapi tidak dengan ayat 6-19 sebagai lanjutannya. Bagian pertama surat Al-‘Alaq mengemukakan bahwa manusia (ditujukan pertama kepada kaum musyrikin atau jahiliyah Makkah) untuk menyembah kepada Rabb (Tuhan).
Sedangkan bagian kedua, menjelaskan tentang keadaan manusia (yang telah diberi anugerah pengetahuan) yang semakin angkuh dan sombong. Tetapi perlu diingat bahwa bagian kedua ini meski tidak menjelaskan “Rabb” yang dimaksud di bagian pertama, tetap memiliki keserasian sebab semua penempatan atau susunan ayat dan surat dalam Al-Qur’an adalah berdasarkan petunjuk Allah kepada Nabi-Nya.
Sehingga timbul pertanyaan, siapakah dan bagaimanakah sifat yang dimaksud “Rabb” tersebut? Sedangkan ayat-ayat yang turun selanjutnya tidak ada kalimat penjelas “Rabb” yang merujuk pada ayat :
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ
Artinya : bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
Jika dilihat dari waktu turunnya, penjelas kata “Rabb” beserta sifatnya ditemukan pada surat Al-Ikhlas meskipun kalimat Allah ditemukan di ayat ke-14 surat Al-‘Alaq, tetapi para ulama sepakat bahwa ayat ke 6-14 bukan wahyu kedua atau turun sebelum surat Al-Ikhlas. Wahyu yang turun antara yang pertama hingga ke-18 tidak ada yang berisi tentang definisi “Rabb” secara detail dan di wahyu ke-19 yaitu surat Al-Ikhlas barulah disebutkan kata “Allah” beserta sifatNya :
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ ۚ # اَللّٰهُ الصَّمَدُ # لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ #وَلَمْ يَكُنْ لَّه كُفُوًا اَحَدٌ #
Artinya : katakanlah (Nabi Muhammad) “Dialah Allah yang Esa” # Allah tempat meminta segala sesuatu # Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan # Serta tidak ada satupun yang menyerupai-Nya#
Menurut penjelasan di atas, maka bisa dilihat adanya munasabah antara surat Al-‘Alaq ayat 1-5 dan surat Al-Ikhlas. Munasabah ini bisa dilihat dengan mencermati metode interpretasi sistematis. Adapun jenis munasabah yang ditemukan adalah munasabah taswih al-bayan al-ayah, munasabah kalimah dan munasabah dalam aspek tematis.
Menurut Kitab Tafsir Juz ‘Amma oleh Imam Muhammad Mutawali As-Sya’rawi dalam surat Al-Ikhlas definisi Rabb sangat tegas dan detail, bahkan Allah memakai kata ahad yang lebih utama ketimbang wahid sendiri dan mempertegas dengan menyebutkan ayat ayat setelahnya semata untuk mempertegas kedudukan dan keagunganNya. Sedangkan dalam surat Al-‘Alaq, dikatakan juga dengan kata al-akraam yang merupakan kata sifat lebih dari karim, sehingga dikatakan bahwa Allah sangat Mulia sehingga dengan kemuliaanNya yang mustahil bisa menjadi mumkin, seperti orang buta huruf bisa membaca sebab kemuliaan Allah.
Dari munasabah di atas dapat diketahui bahwa bisa jadi penjelas Al-Qur’an berada dalam tubuh Al-Qur’an sendiri, meski tidak langsung dijelaskan di ayat atau surat terdekat. Untuk mengetahui ini semua, dibutuhkan sebuah ilmu dan metode yang tepat sehingga sifat Al-Qur’an sebagai penjelas atau Burhan bisa didapat dan dibuktikan. Seperti halnya dalam kehidupan pribadi manusia, bahwa semua perkataan yang diucapkan ada yang bisa dipahami tanpa penjelas dan ada yang harus memakai penjelas. Sehingga penafsiran sangat dibutuhkan baik dalam kitab suci maupun tidak.