Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Tafsir Surah Al-Kautsar (Bagian 1)

Surah Al-Kautsar atau surah An-Nahr terdiri atas tiga ayat, sepuluh kalimat dan empat puluh dua huruf. Dengan rincian ini, maka surah Al-Kautsar merupakan surah terpendek di dalam Alquran. Kendati demikian, tidak akan pernah ada manusia yang mampu membuat surah yang mampu menandingi surah sependek Al-Kautsar.

 

Surah Al-Kautsar merupakan wahyu ke-14 yang diturunkan kepada Rasulullah di Makkah (Makiyyah). Di dalam kitab Tafsir Al-Tabari disebutkan kronologi turunnya surah Al-Kautsar. Beberapa kaum musyrik Makkah seperti Al-Ash bin Wail, Uqbah bin Abi Muaith, Abu Lahab dan beberapa kaum musyrik lain, setiap kali mereka mengetahui wafatnya putra-putra Rasulullah, mereka selalu mengejek, “Muhammad telah terputus. Muhammad Abtar!” artinya Nabi Kanjeng Muhammad dianggap sudah terputus garis keturunannya. Sehingga tak ada yang bisa melanjutkan perjuangannya. Keadaan demikian bagi mereka adalah suatu aib dan dijadikan alat untuk menghasut para sahabat agar tak lagi bersimpati kepada Rasulullah.

Selain itu mereka juga suka sekali mengejek dan meremehkan umat Islam karena kelemahan dan kemelaratan serta karena jumlah pengikutnya yang sedikit. Mereka menganggap jumlah yang sedikit dan kemiskinan yang dialami sebagian umat Islam sebagai sesuatu yang hina. Mereka menganggap umat Islam tak memiliki apa-apa. Sehingga mereka merasa kelemahan umat Islam adalah bukti bahwa Islam bukanlah ajaran yang benar. Sekiranya benar, sudah pasti Islam akan cepat berkembang dan meraih kekayaan dan kejayaan. Bukan malah terpuruk, miskin dan memiliki sedikit penganut.

Baca juga:  Kisah-Kisah Wali (4): Sikap Politik Kiai As’ad yang Bisa Berbeda dengan NU

Bukan hanya kaum musyrikin yang berpendapat demikian. Orang-orang munafik pada masa itu juga berharap kelak kaum musyrikin lah yang menang atas persaingan ini. Sehingga mereka bisa kembali lagi ke ajaran yang lama. Orang-orang munafik memang tidak serius ketika masuk Islam. Mereka hanya mencari keuntungan duniawi waktu itu.

Dalam kondisi seperti ini, Allah turun menguji Kanjeng Nabi dan para pengikutnya. Sebesar apa kesetiaan mereka dalam memegang teguh ajaran Islam. Sebab sudah barang tentu Allah akan memberikan kemenangan kepada kaum Muslim jika mereka bisa bersabar. Namun, sebagai manusia biasa pasti di antara sahabat ada yang belum punya keyakinan yang kuat sehingga perlu dikukuhkan hatinya melalui wahyu dari Allah Swt. Sebab, kaum musyrikin terus menghina dan membuat hati umat Islam merasa rendah. Untuk itulah Allah berfirman, “Sesungguhnya aku telah memberimu Al-kautsar.

Kata al-kautsar adalah bentuk mubalaghah (hiperbola) dari kata katsiir yang berarti sesuatu banyak. Sehingga secara bahasa kata al-kautsar bermakna sesuatu yang amat sangat banyak.

Beberapa ulama berbeda pendapat mengenai kata al-kautsar. Ada yang mengatakan bahwa al-kautsar adalah nubuwwah (kenabian) sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah. Ada yang mengatakan agama yang haqq, hidayah, serta segala sesuatu yang bisa mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bukan sekadar harta duniawi semata. Abu Bakar bin ‘Ayyas dan Yaman bin Watstsab menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-kautsar adalah pribadi-pribadi para sahabat serta para pengikut Nabi Muhammad sampai hari kiamat. Dengan arti ini, seolah Allah memberikan garansi kepada Rasulullah bahwa kelak pengikut Rasulullah jumlahnya sangat banyak sampai kiamat kelak.

Baca juga:  Belajar Perdamaian dari Perjanjian Hudaibiyah

Ada pula yang mengatakan bahwa al-kautsar adalah agama Islam. sedangkan menurut Hilal, al-kautsar adalah tauhid. Dari beberapa pengertian ini, umat Islam menggarisbawahi bahwa hidayah, ajaran agama yang haqq dan aturan dalam kehidupan sebagaimana dalam ajaran Islam merupakan anugerah Allah yang banyak. Tak ada sesuatu pun yang melebihinya. Umat Islam tidak boleh menganggapnya sebagai hal remeh. Sekali pun secara lahir, orang yang memeluk ajaran Islam bukanlah orang yang memiliki harta yang berkecukupan. Jika ada umat Islam yang hari ini merasa harta kekayaannya lebih berharga dari pada hidayah yang diraihnya, maka sama halnya dia memiliki pola pikir sebagaimana kaum musyrikin yang pernah mengejek Rasulullah dan para sahabat.

Oleh karena itu umat Islam harus berpegang teguh pada keyakinannya sebagai ungkapan rasa syukur atas banyaknya kebaikan yang telah Allah berikan kepadanya. Jika Allah menakdirkan menjadi orang miskin, tak akan ada rasa risau di dalam hatinya sebab dalam keyakinannya, yang paling berharga adalah hidayah. Bukan harta.

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas Ra., manakala menafsirkan ayat di atas beliau mengatakan, “Al-Kautsar ialah kebaikan yang banyak, yang telah diberikan oleh Allah ta’ala kepadanya.”

Sedang dalam riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi dijelaskan dari Ibnu Umar, beliau berkata, “Rasulullah pernah bersabda, “Al-Kautsar adalah sungai di dalam surga yang terbuat dari emas, tempat mengalirnya dari batu permata dan yaqut, sedang tanahnya lebih harum dari minyak kesturi, airnya lebih manis dari madu, dan lebih putih dari pada salju.” HR Ahmad 9/257 no: 5355. at-Tirmidzi no: 3361.

Baca juga:  Udik, Mudik dan Kembali Fitri

Al-Hafidh Ibnu Hajar menjelaskan, “Al-Kautsar adalah sungai di dalam surga, yang airnya akan mengalir sampai bermuara pada telaga Nabi Muhammad.”

Mengenai al-kautsar yang bermakna sungai di surga, Muhammad Abduh mengatakan, betapa pun banyaknya riwayat tentang adanya sungai di surga, hal ini termasuk berita gaib yang tidak perlu diperpanjang lagi pembahasannya.

 

Referensi

Tafsir Al-Qurtuby karya Imam Al-Qurtuby

Tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi Al-Bantani

Shahih Bukhari karya Imam Al-Bukhari

Tafsir Juz Amma Karya Muhammad Abduh

Tafsir Al-Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli Jalaluddin as-Suyuthi

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)
  • Setahu saya orang-orang munafik muncul saat Nabi sudah hijrah di Madinah. Tetapi pada tulisan ini paragraf ke empat disebutkan sudah orang-orang munafik saat Nabi di Makkah, sebelum turunnya surat Al Kautsar. Mohon klarifikasinya.

Komentari

Scroll To Top