Rizal Mubit
Penulis Kolom

Guru Ngaji di Kampung. Pengajar di Universitas Kiai Abdullah Faqih Manyar Gresik, Jawa Timur. Alumni Pusat Studi Qur'an Ciputat dan Pascasarjana IAIN Tulungagung prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Menulis sejumlah buku bertema keislaman. Peneliti Farabi Institute.

Ketika Imam Syafi’i Meragukan Ilmu Firasatnya

Ketika Imam Syafi'i Meragukan Ilmu Firasatnya

Dalam kitab Manaqib asy-Syafi’i lil Baihaqi diceritakan Imam Syafii sedang mencari penginapan untuk istirahat. Dalam pencarian itu, Imam Syafii bertemu dengan seorang lelaki. 

Menurut ilmu firasatnya (selain menguasai ushul fikih dan fikih, Imam Syafii juga menguasai ilmu firasat), lelaki tersebut berperangai buruk.

“Apakah di sini ada penginapan, Pak? Saya dalam perjalanan dan butuh penginapan,” kata Imam Syafii.

“Ya. Ada. Ini tempatnya. Monggo nginap di rumah saya,” jawab laki-laki itu.

Lelaki itu melayani dengan baik. Menghidangkan makanan lezat dan tempat singgah yang nyaman seolah sedang dalam hotel. Sikap yang ditunjukkan lelaki itu membuat Imam Syafii merasa ilmu firasatnya keliru.

Keesokan harinya saat hendak melanjutkan perjalanan, Imam Syafii berpamitan, “Pak, jika sedang pergi ke Makkah, mampirlah di rumah saya,” kata Imam Syafii dengan harapan agar bisa membalas kebaikan si lelaki.

Namun orang ini malah bertanya aneh, “Apakah engkau seorang budak?”

“Bukan, Pak. Saya bukan budak.”

“Lalu apakah aku memiliki kewajiban menanggung harta terhadapmu?”

“Tidak ada kewajiban, Pak. Memangnya mengapa?” tanya Imam Syafii.

“Bagus. Kalau begitu, berikan kepadaku bayaran atas apa yang aku berikan padamu tadi malam.” Jawab laki-laki itu.

“Hah? Apa itu, Pak?” tanya Imam Syafi’i.

“Kan aku sudah memberimu makanan dan penginapan. Itu semua ndak gratis, Saudara. Harga makanan yang kuberikan padamu itu dua dirham. Lauknya harganya sekian. Minyak wangi tiga dirham. Juga makanan untuk tungganganmu dua dirham. Sedangkan sewa alas tidur dan bantal dua dirham,” kata laki-laki itu memperinci.

Baca juga:  Teladan Dari Imam Syafi’i

Imam Syafii tersenyum sambil menghampiri lelaki itu. “Ada lagi yang lain?”

“Ya. Ada. Biaya sewa rumah. Aku telah menyediakan untukmu sedangkan aku sendiri merasa kesempitan. Sini bayar!”

Melihat perilaku orang itu. Imam Syafii pun merasa dugaannya salah. Dan ilmu firasatnyalah yang benar. Lalu Imam Syafii membayar uang sebesar permintaan lelaki tersebut.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
3
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top