Sedang Membaca
Mengenal Etnis Berber, Nenek Moyang Zinedine Zidane
Nur Hasan
Penulis Kolom

Mahasiswa Islamic Studies International University of Africa, Republic Sudan, 2017. Sekarang tinggal di Pati, Jawa Tengah.

Mengenal Etnis Berber, Nenek Moyang Zinedine Zidane

Islam tidak hanya disebarkan oleh bangsa Arab. Walaupun di awal-awal perkembangannya, Islam memang disebarkan oleh suku dari Arab. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, banyak suku atau etnis di luar Arab yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan peradaban Islam. Dan salah satu suku yang mempunyai peranan dalam perkembanga peradaban Islam adalah suku Berber.

Berber merupakan nama etnis untuk orang-orang yang berasal dari Afrika Utara, yang mana orang-orang Berber telah menetap di Afrika Utara, Timur Lembah Nil sejak millenium 1 sebelum masehi. Meski suku Berber memilik ciri budaya yang sama, akan tetapi mereka mempunyai gaya kehidupan yang berbeda-beda. Mereka lebih condong dalam kehidupan yang tidak menetap, dan sering berpindah-pindah atau biasa disebut nomaden.

Etnis Berber kebanyakan terbagi kepada keluarga, kelompok, keturunan dan suku. Yang mana mereka banyak menetap di wilayah Afrika Utara, yang terbentang dari Samudera Atlantik sampai Cyrenaica, sebagian di wilayah Mesir, dan dari laut Mediterania hingga sungai Niger.

Sebelum memeluk agama Islam, orang Berber kebanyakan memeluk agama Kristen dan Yahudi. Adapun perbedaan orang Berber dan orang Arab menurut Ibnu Khaldun, dalam kitabnya yang berjudul al-Ibar adalah tentang gaya hidup, ekonomi, hubungan dengan kekuasaan dan kondisi sosio politik.

Persaingan antara etnis Arab dan Berber terjadi pasca perpindahan kekuasaan Islam, dari Dinasti Umayyah ke Dinasti Abbasiyah. Persaingan tersebut, telah menandai sejarah baru Islam di wilayah Afrika Utara dan Andalusia.

Baca juga:  Kepemimpinan Dana Mbojo dalam Jawharatul Ma’arif

Orang Berber di Afrika Utara, dikenal sebagai kelompok yang sering memberontak di masa islamisasi wilayah tersebut. Dengan tren keagamaan yang disukai kelompok tersebut yaitu heterodoks dan gerakan sectarian. Adanya hubungan yang begitu kompleks, dalam etnis Berber dengan berbagai tren Islam, yang ditumpangkan dengan perselisihan kesukukan adalah salah satu dasar sejarah munculnya dinasti-dinasti di wilayah Maghrib, abad pertengahan.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah Damaskus (660-749), telah memunculkan dinasti-dinasti baru di wilayah Afrika Utara dan Maghrib, yang didukung oleh etnis Berber setempat. Diantara dinasti-dinasti tersebut adalah Dinasti Idrisiyah Syiah (789-974) di Berberia Barat, Dinasti Rustamiyah Khawarij (777-909) di Berberia Tengah.

Abad ke-10 dan ke-11, wilayah Maghrib terbagi menjadi dua zona pengaruh politik dan ideologi agama waktu itu antara Umayyah di Cordoba dan Fathimiyyah di Mesir. Pada pertengahan abad ke-11, muncullah kekuasaan Berber Sunni pertama yang bernama Dinasti Al-Murabithun. Cikal bakal Dinasti Al-Murabithun berasal dari suku Lamtuna yang merupakan suku Berber nomaden.

Dinasti ini dalam perkembangannya, mampu mengembangkan peradaban gemilang yang disebut dengan hispano berber, yang berada di Berberia Barat, Berberia Tengah hingga Andalusia. Dinasti ini juga mempunyai peran penting dalam melanjutkan estafet kekuasaan Dinasti Umayyah II di Andalusia.

Baca juga:  Hoaks yang Mengakibatkan Kematian Ali bin Abi Thalib

Ketika Andalusia jatuh akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Kristen, Dinasti Al-Murabithun mencoba kembali untuk menyatukan kekuatan Islam di Andalusia pasca runtuhnya Dinasti Umayyah II pada tahun 1031 M. Dinasti yang berasal dari kaum Berber ini, mempunyai jasa besar dalam menggagalkan upaya Reconquista (penaklukan kembali Andalusia) yang dilakukan oleh kaum Nasrani, meskipun hal tersebut hanya sementara.

Masuknya Dinasti Al-Murabithun ke Andalusia telah membawa dampak besar bagi perkembangan peradaban di wilayah Afrika Utara. Akan tetapi, eksistensi dinasti ini tidak bertahan lama disebabkan beberapa kesultanan muslim di Andalusia menolak otoritasnya. Hal ini diperparah dengan adanya gerakan keagamaan baru di Selatan Maroko, yang menolak legitimasinya.

Gerakan tersebut adalah Al-Muwahidun yang didirikan oleh Ibnu Tumart. Al-Muwahidun kemudian berubah menjadi sebuah Dinasti Berber baru, yang lebih kuat dari sebelumnya. Mereka mengambil alih kekuasaan semua wilayah di Maghrib dan Andalusia. Pendiri dinasti ini merupakan sosok yang menyebarkan tentang ajaran pembaharuan sosial,dan dan sering kali berlebihan, puritan maksudnya, pandang terhadap Alquran dan Hadis, sehingga mereka tidak mengakui otoritas mazhab-mazhab fiqh waktu itu.

Akan tetapi, usaha Dinasti Al-Muwahidun yang sempat berkuasa di Andalusia untuk memenangi pertempuran melawan pasukan Kristen tidak membuahkan hasil. Mereka mengalami kekalahan telak di Las Navas De Tolosa pada tahun 1212 M. Runtuhnya Dinasti Al-Muwahidun juga menandai akan keruntuhan kejayaan Islam di Eropa.

Baca juga:  Pesantren Pada Masa Kolonial (4): Pesantren Sebagai Basis Pendidikan Nasional Indonesia

Suku berber mempunyai peranan penting dalam perkembangan peradaban Islam, khususnya di masa pemerintaha Dinasti Al-Murabithun dan Al-Muwahidun yang ikut andil dalam mempertahankan kejayaan peradaban Islam di Eropa.

Hari ini, etnis Berber tersebut di negara Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Mauritania, Spanyol, Prancis, Belgia, Belanda, Israel, Niger, Mali. Di Prancis saja etnis Berber diperkirakan ada tiga juta lebih, sehingga tak aneh jika Zidane, mantan pesepakbola itu, sangat eksis.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
3
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
3
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top