Christian Saputro
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)

Obituari Jalaluddin Rumi: Haul Nasional Rumi ke -746 Diselenggarakan via Live Streaming

Rumi 1

Haul  Nasional Syekh Maulana Jalaludin Ar-Rumi ke -746 yang sedianya bakal digelar  pada tanggal 18 April 2020 di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang dibatalkan, terkendala situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan karena wabah COVID-19.

Jalaluddin Rumi lahir pada tanggal 30 bulan September tahun 1207 Masehi di Balkh (sekarang adalah wilayah Afghanistan). Tepatnya, Rumi lahir di sebuah desa bernama Wakhsh, sebuah kota kecil di dekat sungai Wakhsh di Persia, yang merupakan bagian dari provinsi Balkh.

Menurut tokoh penggerak dan penggiat  tari Sufi Semarang KH Amin Maulana Budi Harjono, tetap akan digelar secara nasional melalui medsos. Agenda acara yang akan berlangsung pada tanggal 18 April 2020, mulai dari pagi hingga malam hari ini akan disiarkan melalui live streaming.

Selain itu diharapkan setiap wilayah bisa menyelenggarakan kegiatan sederhana yang terpenting tidak di ruang publik tanpa mengurangi maknanya.

Kegiatan bisa disiarkan langsung melalui media sosial atau live streaming. Berdasarkan rundown acara pagi hingga sore hari akan disiarkan langsung liputan para pelukis dari berbagai daerah di nusantara. Dan pada malam hari mulai pukul 20.00 WIB hingga selesai ini akan disiarkan langsung pementasan tari sufi dari masing-masing daerah.

Menurut KH Amin Maulana Budi Harjono mengatakan, semua siaran langsung akan disaksikannya. Sebenarnya hal ini sangat berat, tetapi semuanya demi cinta dan kemanusiaan kita lakukan agar kita terhindar dari paparan virus corona. Kita  jangan sampai menyerah, karena keadaan. Cinta bisa mengubah segalanya dan kita bisa melakukan hal yang terbaik bagi sesama.

“Kepekatan rindu dan cita yang kita miliki bisa terobati tanpa memukul diri dan dan merugikan sesama. Ada saatnya nanti kita bersua bersama Tari Sufi Nuswantara atas momentum cinta yang kita miliki, ” ujar Abah sapaan akrab penggerak tari Sufi di Semarang ini.

Lebih lanjut, Abah mengatakan, Haul nasional  Rumi ke -746 tak boleh batal, Meskipun beda ruang dan waktu , namun jiwa-jiwa tetap menyatu di langit cakrawala nusantara me jadi doa. “Saya akan menyampaikan sapaan dan pesan-pesan langsung ke masing-masing wilayah satu persatu. Peringatan Haul nasional Rumi tak boleh berhenti. Hanya melalui acara seperti ini kita bisa berdamai dengan situasi dan kondisi,” pungkas Abah.

Baca juga:  Sufi Perempuan: Hukaymah dari Damaskus

Kisah Tentang Rumi

Nama lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi. Ia lebih dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi serta lebih akrab disapa dengan panggilan Rumi.

Jalaluddin Rumi adalah seorang pujangga atau penyair Muslim dari Persia abad ke -13. Nama persia-nya dapat dieja dalam Jalāl ad-Dīn Muhammad Balkhī (dalam bahasa Persia: جلالالدین محمد بلخى‎), atau dalam bacaan Persian dieja dʒælɒːlæddiːn mohæmmæde bælxi, atau juga dikenal sebagai Jalāl ad-Dīn Muhammad Rūmī (جلالالدین محمد رومی).

Rumi lebih dikenal sebagai seorang sufi mistik. Rumi telah diakui sebagai seorang ahli spiritual terbesar dan penyair intelek yang hebat sepanjang sejarah.

Hasil karya besarnya berupa syair telah dikenal sangat baik oleh seluruh dunia, khususnya di kalangan pujangga Persia, Afghanistan, Iran dan Tajikistan. Beberapa syair Rumi juga sangat populer di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Latar belakang keluarganya memang sangat dekat dengan ilmu agama. Karenanya, Rumi juga mengisi hari -harinya semenjak kecil dengan berbagai ilmu agama dan ilmu kebatinan.

Titik Balik Hidup Rumi

Di bawah bimbingan dari Sayyed Termazi, Rumi belajar tentang ilmu Sufi.Ia mempelajari mengenai banyak sekali ilmu spiritual dan rahasia tentang jiwa dan dunia ini. Setelah Bahaduddin meninggal di tahun 1231 Masehi, Rumi pun melanjutkan posisi sang ayah sebagai seorang guru agama terkemuka di sana.

Rumi juga menjadi seorang Imam dan penceramah di Konya untuk meneruskan tugas sang Ayah. Ketika itu, usia Rumi masih 24 tahun. Meski masih muda, ia berhasil membuktikan bahwa dirinya adalah seorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam terutama mengenai ilmu agama.

Di tahun 1244 Masehi, Rumi sudah menjadi seorang guru dan seorang ahli agama. Pada tahun tersebutlah, ia berjumpa dengan seorang musafir atau pengembara yang bernama Shamsuddin of Tabriz.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (28): Al-Kattani, Berjanji untuk Tidak Tertawa

Pertemuannya dengan Shamsuddin atau yang akrab disapa Shams inilah yang kemudian menjadi sebuah momentum atau titik perubahan dari hidup Rumi. Mereka pun menjadi sahabat yang sangat dekat satu sama lain.

Sayangnya, ketika Shams berkunjung ke Damascus, ia terbunuh. Desas desus mengatakan bahwa Shams dibunuh oleh salah seorang murid Rumi yang tidak senang melihat kedekatan Sham dengan gurunya tersebut.

Tentu saja Rumi sangat sedih dan terpukul atas kematian Shams, sahabatnya ini. Lalu, ia pun mengungkapkan rasa kasih sayangnya terhadap Shams dan penyesalan atas kematiannya dalam bentuk musik, tarian, dan syair.

Selama hampir 10 tahun setelah pertemuannya dengan Shamsuddin, Rumi pun terus mengabdikan dirinya untuk menulis ghazal atau sastra puisi yang merujuk pada sebuah tangisan kematian.

Ghazal yang ditulisnya ini diberinya nama Diwan-e-Kabir or Diwan-e Shams-e Tabrizi. Ketika menulis ghazal ini, ia bertemu dengan seorang tukang emas bernama “Salaud-Din-e Zarkub”. Salaud-Din-e Zarkub lah yang kemudian selalu menemani Rumi dalam berkarya.

Di Anatolia Rumi menyelesaikan enam volume dari karya besarnya yang dikenal sebagai Masnawi atau dalam bahasa Inggris disebut “The Masnavi”.

Masterpiece Karya Rumi

Ada banyak karya yang dihasilkan oleh Jalaluddin Rumi. Karya -karya yang dihasilkannya pun bukan karya yang bisa dianggap sebelah mata. Beberapa koleksi karya besar yang merupakan buah pikirnya antara lain;

Diwan-e Shams-e Tabrizi atau Diwan-e-Kabir adalah salah satu karya andalan dari Rumi. Karya ini merupakan kumpulan dari Ghazal yang secara khusus dipersembahkan untuk sahabatnya Shamsuddin. Shamsuddin menjadi kawan baiknya sekaligus sosok yang begitu menginspirasi karyanya ini. Di dalam karya besar ini, Rumi juga mengisinya dengan sajak -sajak. Diwan-e-Kabir ditulis dalam dialek ‘Dari’. Selama ini, Diwan-e-Kabir diakui sebagai sastra Persia terbesar sepanjang sejarah.

Mathnawi atau disebut juga sebagai Masnawi atau Masnavi ini merupakan kompilasi yang terdiri dari enam volume puisi, yang ditulis dalam gaya didaktis. Syair -syair yang dituliskannya dalam karya ini dibuat dengan tujuan untuk berdakwah, mengajar, dan sekaligus menghibur para pembacanya. Kabarnya, selama menulis karya ini, Rumi ditemani oleh Husam al-Din Chalabin yang juga banyak mempengaruhi pemikirannya tentang kehidupan spiritual.

Baca juga:  Abu al-Hasan al-Busyanji Dituduh Mencuri Keledai, Tetapi...

Masnawi disebut-sebut sebagai karya sastra terbesar dan paling murni yang dimiliki oleh bangsa Persia.

Popularitas dari Jalaluddin Rumi pun tak hanya melingkupi negaranya sendiri, maupun negara di sekitarnya saja. Hampir seluruh dunia, mengenal siapa namanya dan apa saja karya -karyanya. Karenanya, Rumi pun diakui sebagai salah seorang penyair klasik Persia terbesar sepanjang sejarah.

Selama bertahun -tahun, ia banyak mempengaruhi kesusastraan Turki. Karya Rumi juga banyak menginspirasi banyak seniman lain, termasuk Mohammad Reza Shajarian (Iran), Davood Azad (Iran), Shahram Nazeri (Iran) dan juga Ustad Mohammad Hashem Cheshti (Afghanistan).

Para seniman ini mempelajari karya Rumi dan mendapatkan banyak pencerahan tentang interpretasi klasik dalam hal syair dan sastra. Selain itu, karya -karya Rumi ini juga telah diterjemahkan di berbagai belahan dunia dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Rusia, Italia, Jerman, Turki, Urdu, Perancis, Spanyol, dan tentu saja juga di Indonesia.

Bahkan, pada tahun 2007 silam, Rumi telah dinobatkan sebagai “the most popular poet in America” atau penyair paling populer di Amerika. Hal ini menunjukkan bahwa nama Rumi semakin populer di dunia, meski setelah ia tiada.

Kematian Rumi

Jalaluddin Rumi meninggal dunia pada tanggal 17 bulan Desember tahun 1273. Ia meninggal di Konya ketika Konya berada di bawah pemerintahan kerajaan Seljuk. Jasadnya dikuburkan di samping makam ayahnya di Konya. Sebagai bentuk penghargaan terhadap Sang Sufi Rumi ini, maka di Konya dibangunlah sebuah makam mausoleum bernama Mevlana.

Di dalam mausoleum ini, terdapat sebuah masjid, aula untuk menari dan ruang lainnya. Tempat ini pun sering dikunjungi oleh para penggemarnya dari berbagai belahan dunia. Makam Jalaluddin Rumi ini pun menjadi salah satu tujuan ziarah yang cukup populer di dunia.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top