Muhammad Hilal Zain
Penulis Kolom

Penulis adalah Mahasiswa S2, jurusan Perbandingan Tafsir, Universitas Internasional Al Musthofa Isfahan Iran dan Alumni Perguruan Islam Matholi'ul Falah Kajen Pati.

Pesan Jalaluddin Rumi dalam Menghadapi Wabah Covid-19

1 A Coronaa

Virus corona atau 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) masih menjadi topik terhangat sejak awal mula munculnya di kota Wuhan-China pada akhir tahun 2019. Virus yang awalnya tidak disangka-sangka akan dapat menyebar luas seantero dunia ini pada akhirnya juga bersinggah di negeri kita tercinta, Indonesia. Walaupun negara kita relatif telat disinggahi oleh virus corona, namun sejak awal diumumkannya pasien pertama yang terjangkit virus corona di Indonesia hingga saat ini korban terus berjatuhan dan bahkan terus meningkat setiap harinya.

Realita pendemi yang mengkhawatirkan dan meresahkan masyarakat ini, akhirnya memaksa Presiden Jokowi dengan kewenangannya sebagai pemimpin negara untuk menandatangani Keputusan Presiden tentang kedaruratan kesehatan masyarakat. Disamping penandatanganan Kepres, beliau juga memilih opsi untuk Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB) dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Terlepas dari setuju atau tidaknya kita terhadap pilihan opsi yang dilakukan oleh Presiden dalam menghadapi pandemi ini, alangkah baiknya jika kita sebagai warga negara yang baik juga bersama-sama menghadapi serta memutus rantai penyebaran Covid-19 di negeri tercinta ini, dan tidak malah hanya menggunjing sana-sini.

Perlu diingat bahwa majemuknya masyarakat kita pada akhirnya melahirkan pemikiran yang majemuk juga, termasuk dalam menghadapi pandemi ini; sebagian ada yang santai, ada yang parno berlebihan dan sebagiannya lagi ada yang pertengahan. Lantas, bagaimana cara yang tepat untuk menyatukan kemajemukan pemikiran masyarakat kita ini?

Jawabannya adalah mungkin dengan mengingat kembali apa yang telah dikatakan oleh Jalaluddin Rumi dalam bukunya, divan e syams;

Baca juga:  Petuah Imam Al-Ghazali dalam Mencari Harta

صد نامه فرستادم صد راه نشان دادم

یا راه نمی دانی یا نامه نمی خوانی

“Ratusan surat telah ku tulis, ratusan jalan telah ku tunjukkan. Mungkin kau tak tahu jalannya, atau kau tak membacanya” ( Divan e Syams, Gazal 2572)

Sya’ir yang telah Rumi tuliskan dalam divannya, sebenarnya ingin mengingatkan kepada kita bahwa Allah Swt. sebagai Pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan buku panduan bagi manusia untuk selalu diingat, dibaca dan diamalkan agar manusia dengan pola pikirnya yang berbeda-beda itu bisa mencapai kebahagian dalam hidupnya melalui jalan yang benar yang telah Allah Swt tunjukkan, dan buku panduan itu adalah Al Quran dan As Sunnah. Adapun untuk memahami keduanya agar tidak terjadi penyimpangan dalam pemahamannya, kita perlu keterangan-keterangan yang disampaikan oleh ulama yang memiliki sanad keilmuan hingga Rasulullah Saw.

Salah satu kebahagian kita sebagai manusia adalah terbebasnya kita dari belenggu-belenggu dunia, seperti; terbebas dari wabah dan penyakit. Namun sekarang dengan maraknya pandemi Covid-19 di tengah-tengah kehidupan kita, kebahagian yang sebelumnya kita miliki seakan mulai berkurang karena merasa resah dan terancam oleh keberadaan Covid-19 tersebut. Untuk itu, kita perlu mengingat kembali pesan yang telah Rumi sampaikan dalam divannya tadi yaitu mencari dan membaca kembali buku pedoman kita (Al Quran dan As Sunnah) agar kebahagian kita kembali seperti semula dan wabah corona ini segera hilang dari kehidupan kita.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (34): Menjadi Gila Karena Kitabnya Hangus Terbakar

Nabi Muhammad Saw bersabda;

لا عدوى و لا طيرة و لا هامة و لا صفر ( صحيح البخاري5757)

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada dampak anggapan sial, tidak ada kesialan karena burung Hammah, dan juga tidak ada kesialan pada bulan safar” (HR.Bukhori No.5757)

Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA;

لا عدوى و لا طيرة و لا هامة و لا صفر و فر من المجذوم كما تفر من الأسد (صحيح البخاري 5707)

“Tidak ada penyakit menular, tidak ada dampak anggapan sial, tidak ada kesialan karena burung Hammah, dan juga tidak ada kesialan pada bulan safar. Dan larilah dari penyakit kusta sebagaimana kau lari dari singa” (HR.Bukhori No.5707)

Dari kedua hadist di atas, jumhurul ulama sepakat bahwa tidak ada penyakit atau wabah yang menular secara sendirinya. Ibnu Sholah dalam Kitab Ulumul Hadist, mengatakan bahwa hakikat penyakit itu tidak dapat menular tanpa adanya faktor lain seperti bergaulnya orang sakit dengan orang sehat, kontak fisik, udara dan lain-lain. Dan Imam Ibnu Hajar Al Asqolani juga menerangkan dalam Kitab Fathul Bari bahwa lari dari suatu penyakit yang apabila kita berdekatan dengan pasien akan menyebabkan diri kita juga terjangkit penyakit tersebut, merupakan sadd adz dzariah (menutup celah keburukan).

Dan Allah Swt. juga berfirman dalam Al Quran;

واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خآصة (الأنفال:25)

Baca juga:  Sufi dan Seni (3): Qawwali, Musik Para Sufi

Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dholim saja di antara kamu (Qs. Al-Anfal, 25).

Oleh karena itu, salah satu ikhtiar kita sebagai manusia ketika menghadapi wabah Covid-19 ini selain berdoa kepada Allah Swt. adalah social distancing atau physical distancing. Adapun menjaga kesehatan dan kebersihan diri juga sangat diperlukan seperti yang telah para ahli adzzikr (dalam hal ini adalah seorang dokter) jelaskan.

Dan untuk permasalahan mudik lebaran pada tahun ini, alangkah baiknya jika kita semua mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak mudik dan mendem jero rasa kangen dahulu guna menekan penyebaran Covid-19 tersebut. Karena dengan padatnya volume kerumunan masyarakat, berpindahnya masyarakat dari satu tempat ke tempat lain, juga tidak diketahuinya siapa yang telah mengidap penyakit merupakan salah satu faktor cepatnya penyebaran virus corona tersebut di kalangan kita. Dan Anjuran itu sesuai dengan riwayat hadist perihal Sayyidina Umar RA yang mengurungkan niatnya memasuki negeri Syam karena sedang terjadi penyebaran penyakit wabah di dalamnya.

Semoga kita selalu mengingat dan mengamalkan pesan dari Rumi tadi untuk terus berpegangan kepada Al Quran dan Al Hadist dalam menghadapi segala hal termasuk pandemi ini, dan juga semoga Allah Swt. selalu menjaga kita, keluarga kita, teman-teman kita serta semuanya dari wabah ini dengan segera diangkatnya Covid-19 ini dari muka bumi ini. Aamiin. Wallahu ‘alam bis showab

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top