Tanggal 16 Nopember, masyarakat dunia hari Toleransi Internasional. Di Indonesia, tepatnya di Magelang, tokoh toleransi dan juga politisi dari Pesantren Telarejo Magelang, mengunggah foto santrinya yang sedang menaiki tangga candi Borobudur.
Santri bersarung tersebut digandeng seorang pemuka agama Budha, yang ciri-ciri fisiknya khas: baju pendeta warna kuning tua. Keduanya tampak akrab berjalan menaiki tangga candi yang tercatat sebagai warisan dunia itu. Pengambilan gambar dari atas (high angle) pada foto tersebut membuat dua orang berbeda agama ini sangat berbeda tampilannya, satu kepala berkopiah, satunya gundul.
Gus Yusuf, dengan nama lengkap Muhammad Yusuf Chudlori, adalah ulama muda Nahdlatul Ulama yang menjadi simpul kehidupan bersama di Jawa Tengah. Pandangan-pandangan Gus Yusuf terhadap keragaman hidup; budaya, tradisi, agama diwarisi dari ayahandanya yang memang masyhur sebagai ulama yang memiliki pendekatan budaya dalam berdakwah. Pendekatan budaya Kiai Chudlori disempurnakan oleh ajaran-ajaran sufistik yang diambil dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam al-Ghazali.
Gus Dur, yang santrinya Kiai Chudlori, pernah mengatakan bahwa kemanusiaan dan pengajaran sifat manusia yang diberikan gurunya merupakan perpaduan antara ajaran tasawuf dan budaya. Yang pertama mengajarkan transendensi, spititulisme, keesaan, yang kedua mengajarkan keragaman dan sifat kemanusiaan.
Gus Yusuf berikhtiar keras agar nilai-nilai yang sudah dibangun oleh ayandanya mewujud dalam kehidupan sehari-hari, dan dipraktikkan baik di pesantren ataupun di masyarakat luas.
Maka tidak heran jika Gus Yusuf terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan budaya seperti Festival Lima Gunung, di mana berbagai budaya dan agama kumpul di sana. Tidak heran juga jika pesantrennya sering dikunjungi atau dijadikan tempat pertemuan para pemuka dari pelbagai agama, atau sebaliknya, Gus Yusuf banyak menghadiri acara-acara yang berkaitan dengan kehidupan antaragama, baik lokal, nasional, ataupun internasional.
Satu poin yang perlu dicatat lagi adalah, bahwa Gus Yusuf (47 tahun) ini politisi. Biasanya, seorang politisi, jika ada kegiatan ini dan itu, apalagi beresiko seperti hubungan antaragama ini, harus dipertimbangkan apakah akan memengaruhi citra partainya atau tidak, apakah akan memengaruhi aspek elektoral atau tidak. Gus Yusuf, yang terpilih sudah dua periode memimpin Partai Kebangkitan Bangsa tingkat Jawa Tengah, tidak mempedulikan aspek “politik” seperti itu. Ia berjalan terus, sesuai keyakinan dan tugas kebudayaannya.
Tanpa sering mengatakan petuah Gus Dur bahwa yang tertinggi dari politik adalah kemanusiaan, Gus Yusuf menjalani itu semua dengan keyakinan penuh.