Sedang Membaca
Tradisi Maulid di Mesir Semarak karena Mereka Punya Hubungan Dekat dengan Nabi Muhammad
M. Tholhah Alfayad
Penulis Kolom

Lahir 15 Agustus 1996. Pendidikan: alumni Madrasah Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri. Sedang menempuh S1 Jurusan Ushuluddin Univ. Al Azhar al Syarif, Kairo, Mesir. Asal Pesantren An Nur I, Bululawang, Malang, Jawa Timur.

Tradisi Maulid di Mesir Semarak karena Mereka Punya Hubungan Dekat dengan Nabi Muhammad

Peringatan Maulid Nabi adalah peringatan yang umum dilihat di berbagai penjuru dunia, khususnya  di negara-negara yang dihuni oleh penduduk beragama Islam, tak terkecuali negeri kita tercinta.

Setelah bertahun-tahun lahir dan menghidup udara tropis ala Indonesia,  saya menyaksikan sesuatu yang unik dalam tradisi masyarakat Kairo, terutama saat merayakan Maulid Nabi. Semarak Maulid Nabi dimulai dari awal bulan Robi’ulawal hingga akhir bulan Robi’ulawal, atau sebulan penuh. Pada sepuluh hari awal bulan Maulid, terlihat banyak majelis pengajian yang diisi dengan kajian-kajian tentang baginda Nabi.

Pernah terbersit dalam hati mengapa begitu antusias penduduk kota Kairo dalam menyambut bulan Maulid Nabi. Bahkan dalam pandangan saya, lebih antusias daripada semangat masyarakat di kampung asal saya. Usut punya usut, ternyata ada beberapa hal yang menjadikan penduduk Mesir umumnya sangat antusias menyambut kehadiran bulan Maulid.

Alasan pertama, masyarakat Mesir secara umum meyakini bahwa mereka memiliki hubungan nasab yang begitu kuat dengan sang Nabi. Hubungan darah itu jika dirunutut lebih awal, dapat ditemukan pada garis leluhur Nabi Muhammad saw, yakni sayidah Hajar (atau di Indonesia dikenal dengan Siti Hajar). Hajar adalah ibunda Nabi Ismail yang tercatat dalam sejarag bebagai istri Nabi Ibrahim dari keturunan bangsa Qibti, Mesir.

Baca juga:  Ziarah Makam, Masjid Kotagede, dan “Aswaja” dalam Centhini

Selain itu, kebanggaan masyarakat Mesir yang merasa terhubung secara langsung dengan Nabi adalah berasal dari fakta sejarah, bahwa Baginda Nabi mempunyai seorang istri yang berasal dari negeri Mesir. Istri Nabi yang terlahir dari bangsa Qibti itu bernama Maria. Dan kemudian lebih dikenal dengan nama Maria al Qibtiyyah, yang beragama Kristen itu.

Alasan kedua, karena adanya hubungan yang begitu kuat antara keluarga Baginda Nabi dengan negeri Mesir. Hingga saat ini, banyak ditemukan makam keluarga Nabi Muhammad SAW di tanah Mesir. Di antara keluarga Nabi yang dimakamkan di kota Kairo antara lain:

1. Sayidah Zainab putri dari Sayidah Fatimah yang sekaligus adalah cucu Nabi Muhammad saw;

2. Sayidah Fatimah putri dari Sayid Hasan yang sekaligus cicit Baginda Nabi;

3. Sayidah Sukainah putri dari Sayid Husain yang sekaligus cicit baginda Nabi;

4. Sayidah Atikah, bibi baginda Nabi Muhammad. Dan masih banyak lagi.

Menurut catatan sejarah, awal mula terjadinya perpindahan besar-besaran keluarga baginda Nabi menuju negeri Mesir adalah karena Mesir dinilai relatif lebih aman dari gangguan dinasti Umayyah yang saat itu tidak terlalu baik dalam menghormati keturunan baginda Nabi. Zaenab, putri Fatimah sekaligus cucu baginda Nabi adalah orang pertama dari keturunan baginda Nabi yang menetap di negeri Mesir sesuai dengan arahan Abdullah ibnu Abbas, yang juga sepupu baginda Nabi.

Baca juga:  115 Pesantren Suryalaya: Sinarnya hingga Kawasan Asia Tenggara

“Pergilah menuju negeri Mesir, disana engkau akan menemukan orang-orang yang akan melindungimu dan keturunanmu,” demikian Abdulloh ibnu Abbas memberikan petunjuk untuk sayidah Zaenab.

Kenyataan bahwa banyak dzurriyyah Nabi saw yang dimakamkan di negeri Piramid itu, menjadi kebanggaan tersendiri bagi sehingga menumbuhkan kecintaan di Hati penduduk Mesir. Sebagian dari mereka bahkan meyakini bahwa keberadaan makam dzurriyyah Nabi itu membuat mereka merasakan betapa keturunan baginda Nabi telah menghiasi dan membimbing kehidupan mereka.

Pada kenyataannya, banyaknya keturunan baginda Nabi yang di kemudian hari menjadi panutan penduduk Mesir di zamannya melalui thariqoh yang didirikannya. Misalnya Ahmad al Badawi, keturunan baginda Nabi yang mendirikan thoriqoh Ahmadiyyah atau Abu Hasan asy-Syadzili yang mendirikan thoriqoh Syadziliyyah. Dan masih banyak lagi.

Alasan ketiga, karena begitu besarnya pengaruh Ahlusunnah wal Jama’ah di negeri Mesir bahkan sejak dahulu negeri Mesir adalah salah satu pusat penyebaran Ahlusunnah wal Jama’ah bahkan banyak kitab-kitab karya ulama negeri Mesir diajarkan hingga ujung asia tenggara yaitu sampai negara Indonesia. Di antara Ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang sangat masyhur dikaji karyanya di Indonesia adalah Imam Jalaluddin as-Suyuti, imam Ibrohim al-Baijuri, imam Ibrahim ad-Dasuki dan masih banyak lagi yang tentunya sangat menekankan kecintaan kepada baginda Nabi melalui ribuan karyanya.

Baca juga:  Ummu Kulsum, Sang Bintang Timur

Alasan keempat, karena begitu besarnya pengaruh pembesar sufi dalam sejarah peradaban Mesir. Di sana, sejak ditaklukkan oleh umat Islam di tahun ke-20 hijriah, negeri Mesir berubah menjadi pusatKebudayaan dan peradaban umat Islam. Hal ini ditandai juga dengan berkembangnya empat mazhab fikih umat Islam dengan sangat baik, yaitu Hanafi yang didirikan oleh Abu Hanifah, Maliki yang didirikan oleh Malik bin Anas, Syafii yang didirikan oleh Ahmad bin Idris asy Syafii, dan Hanbali yang didirikan oleh Ahmad bin Hanbal. Dan telah kita ketahui bahwa keempat mazhab ini mempunyai kontribusi sangat besar di dalam memasyhurkan perayaan Maulid Nabi. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya Ulama dari empat mazhab yang memberikan sanggahan dan bantahan kepada aliran-aliran di luar empat mazhab yang menolak secara terang-terangan dengan diselenggarakannya perayaan Maulid Nabi.

Kairo, November 2019.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top