Sedang Membaca
Jelajah Kota Bam, Lumbung Kurma Terbaik di Iran
Afifah Ahmad
Penulis Kolom

Afifah Ahmad: Penyuka traveling, penulis buku "The Road to Persia" dan anggota Gusdurian Teheran.

Jelajah Kota Bam, Lumbung Kurma Terbaik di Iran

1 (bam Citadel)

Ada yang sudah mencoba kurma Mazafati Bam? Kurma dengan daging tebal dan tekstur yang lembut. Setiap bulan Ramadhan seperti sekarang ini, kurma Bam menjadi menu pembuka iftar di berbagai negara muslim, termasuk Indonesia beberapa tahun belakangan ini.

Sebenarnya, selain dikenal sebagai penghasil kurma, kota Bam memiliki kekayaan sejarah berupa benteng tua yang masuk dalam situs budaya UNESCO. Karena itulah, kota ini menjadi salah satu tujuan penting para traveler dunia. Beruntung, saya pernah mengunjunginya pada awal September 2019 lalu.

Bam merupakan kota kecil yang terletak di propinsi Kerman, Iran. Jaraknya cukup jauh dari Teheran, sekitar 1170 kilometer. Setelah menempuh perjalanan udara lebih dari satu jam ke kota Kerman, saya melanjutkan jalur darat sekitar tiga jam dengan menyewa mobil berikut sopirnya. Mahiabad, begitu dia memperkenalkan nama belakangnya, datang tepat waktu dengan membawa mobil yang cukup bagus untuk ukuran daerah. Peugeot 405, mobil keluaran Perancis yang dirakit di dalam negeri. 

Mahiabad tidak banyak bicara. Ia menyupir dengan sangat hati-hati. Sesekali menjawab pertanyaaan saya tentang kota-kota kecil yang kami lewati. Menurutnya, Jika terus melaju ke arah timur jalan Kerman-Bam ini, kami akan sampai ke Zahedan, kota yang berbatasan langsung dengan negara Pakistan. 

Dari Kerman menuju Bam nyaris tak ada pemeriksaan. Sebaliknya, arah dari Bam ke Kerman terlihat antrian panjang. Kata Mahiabad, mobil yang dicurigai akan diperiksa ketat. Para penumpang diminta turun dan anjing pelacak akan mengendus ke dalam mobil. Pemeriksaan ini memang demi menghentikan peredaran narkoba yang secara masif dipasok dari para agen mafia di perbatasan Pakistan dan Afganistan. 

Baca juga:  Ziarah di Kawasan Kota Tua Kairo (4): Makam Al-Hafizh al-Qasthalani

Setelah menempuh kurang lebih tiga jam perjalanan, lamat-lamat kota Bam mulai terlihat di depan mata. Kebun-kebun kurma berjajar sepanjang jalan menuju kota. Sayangnya saya datang terlambat. Sebulan lalu kurma-kurma segar baru saja dipanen. Mahiabad, berbaik hati mengantar ke gudang pendingin, tempat tumpukan kardus kurma disimpan sebelum diekspor ke berbagai negara. Gudang ini memiliki fasilitas kulkas raksasa dengan teknologi tinggi, hingga kualitas kurma tetap segar, meskipun sudah dipanen setahun sebelumnya.

2 (patung Petani Kurma)
Patung petani kurman (foto: Afifah Ahmad)

Mobil yang kami tumpangi kembali melaju memasuki kawasan kota menuju benteng Arg-e Bam. Sungguh di luar dugaan. Kota Bam yang setingkat kabupaten ini, ternyata cukup besar dan ramai. Secara historis, kawasan Bam memang pernah menjadi pusat perdagangan yang cukup diperhitungkan di dunia Islam. Catatan Ibnu Hawqal (943-977), seorang traveler dan ahli geografi Arab, menyebutkan bahwa Bam merupakan penghasil kain terbaik yang diekspor ke berbagai negara, termasuk Khorasan, Irak hingga Mesir. 

Keberadaan benteng Arg-e Bam juga dipercaya menjadi salah penopang kekuatan ekonomi kota Bam. Orang-orang dari berbagai tempat selalu tergoda untuk melihat benteng ini. Ahli sejarah Yakubi, tak ketinggalan turut memberi pujian pada kemegahan benteng yang telah ada sejak 2000 tahun lalu ini. Walaupun sebenarnya, terjadi renovasi besar-besaran pada era dinasti Safawi. Sebelaum gempa bumi hebat tahun 2003 yang mengguncang kota ini, Arg-e Bam terlihat lebih spektakuler.

Baca juga:  Dome of the Rock, antara Mu’jizat Peradaban dan Kemelut Sejarah

Berjalan di lorong-lorong Bam Citadel hari ini, saya seperti terlempar ke masa lalu. Dinding-dindingnya yang dilapisi tanah liat kecoklatan seolah bercerita tentang ketuaan. Benteng ini disebut-sebut sebagai benteng terbesar di dunia setelah China. Sayangnya, sebagaian kondisinya rusak akibat gempa. Saya terus berjalan ke bagian puncak benteng, melintasi banyak jejak sejarah yang pernah tertoreh di tempat ini.

Di sebuah pemberhentian, saya melihat papan petunjuk yang menjelaskan, kawasan ini pernah menjadi pemukiman kaum Yahudi. Tidak jauh dari lokasi tersebut, terdapat masjid tua yang sudah berdiri sejak abad kesembilan Masehi. Bangunannya sederhana tanpa kubah. Ternyata, aroma keragaman pernah mewarnai kawasan ini. 

Setelah berjalan santai selama satu jam, akhirnya saya sampai di bagian puncak benteng, disambut langit cerah dan udara dingin. Rasanya sulit dipercaya, akhirnya saya dapat menjejakkan kaki di benteng yang sangat bersejarah ini. Saya langsung membayangkan, seperti apa benteng Arg-e Bam pada masa kejayaannya.

Maqdasi, seorang ahli geografi Arab dalam bukunya, Ahsanu Taqasim, menuliskan catatan menarik tentang benteng Arg-e Bam. “Sebuah benteng yang kokoh dengan empat gerbang menjulang. Pasar-pasar terlihat begitu ramai. Dan air sungai jernih membelah kota, mengalir memasuki benteng”

Tentu saja, sungai jernih dan keramaian pasar di benteng ini hanya tinggal cerita. Dari atas benteng, saya hanya dapat menyaksikan pepohonan kurma yang tumbuh di mana-mana. Bagi masayarakat Bam, pohon kurma adalah berkah dari langit. Mahiabad bercerita, setiap musim panen, seluruh warga Bam mengajak anggota keluarganya ke perkebunan, tidak terkecuali perempuan. Mereka bahu membahu mengumpulkan pundi-pundi rejeki yang hanya datang setahun sekali. 

Baca juga:  Toleransi dan Rasa Syukur Menyatu dalam Tradisi Wiwitan Jali

Di dekat pintu masuk Benteng Arg-e Bam, saya melihat ekspresi para petani kurma dalam patung replika yang khusus dibuat untuk merayakan hari panen kurma. Terlihat sebuah patung yang sedang memanjat pohon kurma, empat patung lainnya berdiri di bawah sambil membentangkan kain. Reka adegan ini seperti mengingatkan saya, pada setiap butir kurma, ada peluh-peluh lelah para petani. 

Kota Bam yang pernah melewati sejarah panjang dan menjadi pusat perdagangan di dunia Islam, kini seolah ingin kembali hadir di tengah masyarakat muslim dunia lewat kurma-kurmanya yang lezat. Semoga suatu hari, Anda juga dapat menjejakkan kaki di sini, kota lumbung kurma terbaik Iran.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (5)

Komentari

Scroll To Top