Sedang Membaca
Yazd, Kota dengan 2 Agama Berdampingan: Islam dan Zoroaster
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Yazd, Kota dengan 2 Agama Berdampingan: Islam dan Zoroaster

Masjid Agung Yazd

Kota Yazd adalah salah satu kota tua di Iran yang telah dihuni ratusan tahun sebelum Masehi. Kota ini merupakan ibukota provinsi Yazd yang berjarak 622 Km dari Tehran ke arah tenggara. Jika kita menengok peta, Yazd terlihat tepat berada di tengah-tengah negara Iran. Daerahnya cukup panas karena berdekatan dengan gurun pasir. 

Kota ini selalu diidentikkan dengan kepercayaan Persia kuno, yaitu Zoroaster sebuah agama yang menghormati api. Di antara masyarakat Yazd masih banyak yang setia dengan agama nenek moyangnya ini. Mereka hidup berdampingan secara damai dengan orang-orang Islam. 

Kuil api yang sudah berumur ribuan tahun pun dengan api abadinya masih eksis di kota ini. Kuil ini juga masih digunakan sebagai tempat ibadah. Jejak-jejak Zoroaster lain pun masih dapat ditemukan seperti Dakhmeh, tempat peletakan jenazah penganut Zoroaster yang terletak di atas bukit. 

Satu hal unik lainnya dari kota ini adalah masih lestarinya badgir di banyak bangunan di Yazd. Badgir adalah teknologi kuno untuk menangkap angin yang difungsikan untuk menyejukkan ruangan secara alami. Karena cuaca Yazd yang relatif panas, badgir sangat dibutuhkan untuk membuat nyaman penguni rumah. 

Badgir biasanya berbentuk seperti menara yang di atasnya terdapat lubang-lubang sebagai jalan angin masuk ke dalam ruangan. Angin akan berputar dan dialirkan melalui badgir. Badgir bisa dikatakan sebagai AC alami dengan teknologi yang sederhana. 

Baca juga:  Membaca Pendapat Para Ulama Tentang Bulan Sya'aban

Yazd juga menawarkan nuansa yang eksotis. Bangunan-bangunan di Yazd sangat berbeda dengan kota-kota lain di Iran. Yazd masih mempertahankan bangunan-bangunan bergaya lama dengan lumpur dan tanah liat sebagai bahan dasarnya. 

Bagunan-bangunan di Yazd terlihat tua, tetapi tetap mempesona. Kita akan merasa seolah-olah sedang berada di kota abad lampau dimana kehidupan modern belum dikenal dunia. Bangunan-bangunan di Yazd begitu unik dan sederhana yang membuat kita lupa dengan gemerlapnya kota. 

Untuk menikmati nuansa Yazd dengan sempurna, kita harus pergi ke wilayah kota tuanya. Di komplek ini, kita akan menyusuri gang-gang sempit yang lebih menyerupai seperti labirin tak berujung. Kita juga akan disuguhi dengan atraksi keseharian masyarakat Yazd dengan bangunan-bangunannya yang unik. 

Di komplek kota tua ini, kita harus singgah di restoran atau kedai teh, lalu memilih lantai paling atas yang biasanya terbuka tanpa atap. Dari sana, pemandangan benar-benar menakjubkan. Tak ada gedung bertingkat dengan beton megah. 

Sebaliknya, kita akan menyaksikan bangunan-bangunan tradisional dengan dominasi warna kuning kecoklatan. Bangunan akan bertambah terlihat eksotis ketika mentari sore memantulkan cahayanya.

Sebelum memutuskan menyusuri lorong-lorong kota tua, kita sebaiknya menikmati arsitektur Islam Persia di masjid agung Yazd yang tepat berada di pintu utama kota tua. Masjid ini sudah berumur ratusan tahun karena didirikan pada abad 12 M. Walaupun sudah tua, masjid ini masih digunakan sebagai tempat ibadah sampai sekarang. 

Baca juga:  Muslim dan Dunia Sains (3): Ibnu Haitsam dan Renaissance di Eropa

Masjid agung ini pertama kali dibangun oleh Ala’oddoleh Garshasb dari dinasti Al-e Bouyeh. Menurut para sejarawan, masjid ini berdiri di atas kontruksi bekas kuil api pada zaman Sasanid. Sementara, arsiteknya mengadopsi gaya Azary, salah satu model arsitektur Persia. Masjid ini juga dihiasi dua minaret sebagai pintu masuknya. Minaret di masjid ini menjadi salah satu yang tertinggi di Iran.  

Sementara, di bagian dalam masjid terdapat halaman yang cukup luas. Lalu, di setiap sisi-sisinya dilengkapi dengan kamar-kamar kecil yang terbuka sebagai tempat istirahat para jamaah. Masjid semakin indah dengan langit-langitnya yang dihiasi dengan mozaik-mozaik yang mengagumkan. Selain itu, dindingnya juga dilengkapi dengan kaligrafi yang mengadopsi gaya kufic. Masjid ini benar-benar klasik dan artistik. 

Selain masjid, situs sejarah lainnya adalah komplek Amir Chaqmaq. Letaknya cukup dekat dengan masjid agung dan komplek kota tua. Komplek itu dibangun oleh Amir Jalaluddin Chaqmaq-e Shami yang menjadi penguasa setempat pada masa dinasti Timurid sekitar abad 15 M. 

Di sana juga terdapat masjid yang dulu digunakan oleh kalangan penguasa, karavanserai, sebuah penginapan bagi para pedagang atau musafir, sekolah, sumber air, dan khanqah atau rumah para sufi. Jejaknya masih terawat rapi hingga kini walaupun sudah tidak digunakan lagi. 

Baca juga:  Membaca Alquran dengan Beragam Langgam

Berkunjung ke Yazd memberikan sensasi yang berbeda. Yazd adalah representasi kota klasik Persia, di mana Zoroaster dan Islam hidup berdampingan lengkap dengan situs-situsnya yang masih terjaga. 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top