Sedang Membaca
Shah Cheragh dan Masjid yang Berkilau
Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Shah Cheragh dan Masjid yang Berkilau

Masjid Shah Cheragh

Salah satu hal yang menarik dari Iran adalah negara ini memiliki masjid-masjid dengan arsitektur yang memukau. Masjid-masjid tersebut dapat disaksikan di berbagai kota dan penjuru Persia. Kehadiran masjid megah menjadi lebih semarak dipadu dengan tradisi Islam Persia yang menyukai ziarah. Hal ini tak terlepas dengan kehadiran makam tokoh yang dihormati yang biasanya menyatu dengan masjid.

Salah satu masjid dengan kriteria seperti itu adalah masjid Shah Cheragh yang terletak di kota Shiraz, provinsi Fars. Selain menikmati keindahan masjid, pengunjung juga dapat berziarah ke makam Shah Cheragh yang merupakan seorang ulama keturunan Nabi Muhammad saw. Kehadiran Shah Cheragh menjadi daya tarik utama masyarakat untuk berkunjung ke sini.

Arsitektur masjid Shah Cheragh sama seperti kebanyakan masjid di Persia, halaman yang luas dan berkubah biru dengan menara di sampingnya. Namun, ketika masuk ke dalamnya, kita akan terperangah dengan keindahan ornamen yang menghiasinya. Atap-atap bangunan yang menaungi makam berkilauan memancarkan cahaya hijau dari berbagai sudut. Masjid ini dihiasi oleh kristal-kristal yang memantulkan warna hijau di dinding dan langit-langit masjid.

Shah Cheragh sendiri memiliki arti The King of Light atau raja cahaya. Ada dua versi terkait penamaan masjid ini. Pertama, dikatakan Shah Cheragh karena interior masjid ini memantulkan cahaya yang berkilauan. Kedua, sebelum dibangun menjadi sebuah masjid, konon seorang alim yang bernama Ayatullah Dastghaib melihat cahaya yang memancar ke atas langit pada malam hari di posisi makam yang sekarang berada di dalamnya.

Baca juga:  Masjid Mantingan, Warisan Pejuangan Perempuan

Setelah dilakukan penggalian ternyata makam tersebut merupakan makam putra Imam Musa al-Kadzim, salah satu imam dalam tradisi Syi’ah yang bernama Ahmad dan Muhammad. Itu teridentifikasi dari cincin yang ditemukan di sana yang bertuliskan “al-Izzatulillah Ahmad bin Musa”. Mereka juga adalah saudara Imam Ali Reza yang dimakamkan di kota Mashad, Khurasan. Mereka pergi dan menetap di kota Shiraz untuk menghindari persekusi yang dilakukan oleh dinasti Abbasiyah terhadap mereka.

Sejak saat itu, untuk menghormati keduanya, masyarakat membangun masjid dan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ziarah. Masjid ini menjadi pusat ziarah sejak abad ke-14 dan masih berlangsung sampai sekarang. Tak perlu heran, budaya Persia hampir sama dengan di Indonesia. Makam orang saleh atau wali biasanya berada di kawasan masjid, sehingga dapat menjadi destinasi wisata spiritual.

Di sekeliling makam banyak orang yang membaca Al-Qur’an, salawat, atau sekedar berdoa sambil bersandar ke dinding makam. Suasana sepanjang hari tak pernah sepi oleh pengunjung. Di Persia, putra-putra Imam Syi’ah memang sangat dihormati. Makam mereka biasanya dibangun indah dan menjadi pusat ziarah. Makamnya sendiri dikenal dengan istilah Emam Zodeh yang berarti anaknya Imam. Makam Emam Zodeh hampir tersebar di seantero Iran.

Ketika kita memasuki area masjid, kita merasa seperti berada di sebuah pusat pendidikan Islam atau pesantren. Selain masjid yang menjadi bangunan utama, di samping masjid juga dibangun semacam teras yang mempunyai ruangan-ruangan kecil. Teras tersebut membentuk segi empat mengelilingi halaman yang sangat luas di tengah-tengahnya.

Baca juga:  Masjid Tongas, Masjid Andalan Pelintas di Probolinggo

Kita dapat menyaksikan para peziarah berlalu lalang, anak-anak berlarian, dan burung merpati yang beterbangan. Di halaman tersebut juga terdapat kolam kecil yang dilengkapi dengan air mancur yang dapat menjadi oase jika cuaca panas terik.

Di dalam masjid ini juga terdapat sebuah museum yang terletak di sebelah tempat ziarah. Museum ini mengoleksi benda-benda yang terkait dengan tempat ini seperti al-Qur’an tua dan barang berharga lainnya. Selain itu, di lantai bawah, pengunjung juga dapat menikmati pintu dengan dekorasi megah yang dilapisi emas dan perak.

Namun, ada beberapa peraturan yang harus diperhatikan oleh para pengunjung. Pengunjung non-Muslim diperbolehkan masuk di waktu-waktu tertentu. Sementara, untuk pengunjung perempuan, mereka harus mengenakan chador yang disediakan oleh pihak masjid. Chador di Iran berbeda dengan cadar dalam pengertian menutup seluruh tubuh kecuali  mata. Chador ini hanya kain panjang yang dipakai untuk menutup kepala sampai kaki tanpa menutup wajah.

Ketika berkunjung ke Shiraz, kebanyakan orang menjadikan masjid Nashirul Muluk atau masjid pink sebagai destinasi utamanya. Padahal, masjid Shah Cheragh juga tidak kalah indahnya. Berbeda dengan masjid Nashirul Muluk yang memancarkan warna pink ke dalam masjid, masjid Shah Cheragh menampilkan warna hijau yang berkilauan layaknya sebuah permata di dalamnya.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top