Sedang Membaca
Keunikan Tradisi Gawai Suku Talang Mamak

Penulis tinggal di Desa grogol, Tulangan, Sidoarjo. Instagram : @uswatun_khasanaa

Keunikan Tradisi Gawai Suku Talang Mamak

Tradisi Gawai

Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok serta diwarisi secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Tradisi setiap daerah memiliki keunikannya masing-masing, seperti contoh Tradisi Gawai Suku Talang Mamak.

Tradisi ini biasa disebut sebagai tradisi pernikahan. Tradisi ini dilakukan selama 3 hari 2 malam yang dipimpin oleh pemangku adat. Dalam tradisi ini tiap kerabat pengantin berangkat bersama hingga menginap di lokasi Gawai.

Suku talang mamak ini berasal dari Pagaruyung. Konon kalau suku talang mamak ini suku yang terdesak dalam konflik adat dan agama di Pagaruyung, konflik ini sering disebut dengan “perang padri”. Karena terdesak pada akhirnya mereka pindah ke Indragiri hulu, Riau. Dalam tradisi Gawai di setiap rumah pengantin sangat ramai, tidak hanya di dalam rumah melainkan juga di luar rumah untuk menyiapkan acara Gawai. Di acara Gawai ini biasanya diikuti oleh lebih dari satu pasang pengantin.

Acara Gawai biasanya dibuka dengan tradisi tradisi silat pangean. Silat pangean ini akan diadakan di halaman depan rumah yang dijadikan lokasi Gawai, lalu ditonton oleh para tokoh adat dan juga pengantinnya. Nah, selama Gawai berlangsung akan banyak tenda jualan di halaman rumah. Tapi yang berjualan di sini tidak hanya orang suku talang mamak saja. Setelah itu ada tradisi gelangga atau arena sambung ayam dalam acara Gawai. Mulai dari silat pangeran selesai hingga sore hari. Sebelum memasuki acara inti pada malam hari.

Baca juga:  Bung Karno dan Pancasila: Adanya Kementerian Agama Mulanya Konsesi Politik

Pada halaman belakang rumah ada para wanita talang mamak sedang memasak bersama, ibaratnya lagi menyiapkan hidangan. Nah, ayam yang kalah sambung akan langsung di potong lalu dibersihkan dan dimasak oleh ibu-ibu di suku talang mamak ini. Di dalam suku talang mamak ini, setiap acara kelahiran, pernikahan, sampai kematian pasti masaknya bareng-bareng.

Sebelum makan siang para Amy (panggilan Ibu) akan berbincang-bincang. Biasalah seperti Ibu-ibu pada umumnya. Tapi bedanya saat berbincang-bincang mereka juga melakukan sebar linting dan makan sirih. Mereka akan saling menawarkan rokok dan pesiriannya. Sesuai adat yang berlaku laki-laki dan perempuan harus dipisahkan duduknya saat makan. Setelah makan biasanya juga makan sirih.

Di suku talang mamak saat ada orang menikah tidak ada MUA, perias pengantin ini adalah orang talang mamak sendiri. Baju pengantinnya yang mereka gunakan di setiap Gawai itu sudah jadi milik bersama. Jadi bagi siapa yang ingin menikah sudah tersedia tetapi harus dikembalikan lagi. Di sudut lain para Amay-amay sedang menyiapkan persyaratan lain, ada yang melipat daun pisang yang nantinya akan diisi dengan ketan dan dimakan bersama. Lalu, ada yang menyiapkan pesirihan untuk para tokoh adat ketika berbincang adat nanti.

Dalam menyusun pesirihan ini tidak sembarangan, seperti daun sirih, buah pinang dan lainnya itu akan diletakkan dengan jumlah yang sudah ditentukan sesuai aturan adat. Nah, ini ada property yang paling penting yakni kendi, kalau tidak ada kendi ini bisa-bisa pengantinnya tidak sah menikah. Kalau dulunya air yang ada di dalam kendi adalah air tuak, tetapi sekarang sudah tidak lagi.

Baca juga:  Ramadan Kita Juga Terkait Musik

Para pengantin sudah duduk bersanding nih, tetapi saling membelakangi karena mereka belum sah. Acara minum ini dimulai setelah makan malam dan biasanya dimulai jam 11 atau 12 malam. Nah, kita akan masuk ke acara intinya yakni minum di kendi yang pertamanya akan dibuka oleh para tokoh adat dan selanjutnya akan dilanjutkan oleh pengantinnya.

Setelah itu para pria akan dipanggil duluan dan meminum air yang tadinya di minum oleh tokoh adat. Saat mempelai pria minum, mempelai wanita akan menyusul dan minum dengan tangan yang akan diletakkan dibawah tangan suaminya. Dilanjutkan dengan sang istri meletakkan kain panjang di bahu suaminya, inilah yang menjadi tanda sahnya mereka menjadi sepasang suami istri.

Setelah itu istri akan kembali ke posisi semula dan suaminya akan menghampiripara tokoh adat serta walinya untuk melakukan persemabahan orang pertama yang disembah. Dalam tradisi Gawai ini orang yang pertama kali disembah yaitu tokoh adat tertinggi di wilayah tersebut. Para suami akan menyembah sebanyak 3 kali yang diawali kepada batin manti katuha, orang tua, dan mertuanya.

Semboyan suku talang mamak ini adalah lebih baik mati anak daripada mati adat. Maksudnya, pentingnya memperhatikan kepentingan kaum dibandingkan kepentingan keluarga sendiri. Tradisi itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat, karena dengan tradisi akan terlihat corak kebudayaan suatu masyarakat. Tradisi dalam setiap daerah pasti mempunyai keunikan dan ciri khas mereka. Jadi, jangan pernah tinggalkan tradisi atau adat kalian. Karena tradisi adalah warisan yang benar atau warisan masa lalu.

Baca juga:  Gempita Maulid Nabi, dari Abu Lahab hingga Ibnu Taimiyah

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top