Sedang Membaca
Mengenal Ibnu Zuhr: Dokter Muslim Spesialis Jantung
Saidun Fiddaraini
Penulis Kolom

Lahir di Sumenep 22 Februari 1996, sempat nyantri di PP Nurul Jadid, Paiton, dan sekarang Tinggal di Kepulauan Kangean, Sumenep. Minat Kajian adalah keislaman dan filsafat.

Mengenal Ibnu Zuhr: Dokter Muslim Spesialis Jantung

201426113557

Bagi masyarakat, penyakit jantung masih menjadi momok yang menakutkan sampai saat ini. Pasalnya, ia dikategorikan sebagai salah satu penyakit paling mematikan di dunia tak terkecuali  Indonesia. Penyakit ini, tengah banyak merenggut korban mengingat angka kematian yang diakibatkannya kian meningkat beberapa tahun terakhir. Pun, kematian yang disebabkannya kerap kali terjadi mendadak tanpa didahului keluhan secara signifikan sebelumnya.

Salah satu penyebab utama terjadinya serangan jantung, adalah tersumbatnya pembuluh darah yang berfungsi untuk menyuplai makanan ke otot jantung yang dikenal dengan nama “pembuluh dara koroner”. Sumbatan ini bisa beragam, seperti plak, sobekan dinding jantung, tumpukan lemak (kolesterol), bekuan darah, dan lain sebagainya.

Apabila hal tersebut menimpa seseorang, maka fungsi organ vital liannya akan mengalami gangguan (sakit), seperti ginjal, otak, hati, bahkan dapat mengakibatkan terjadi kematian. Tentu ini memerlukan perhatian lebih dari pihak masyarakat dan petugas kesehatan sebagai langkah preventif, mengingat akibat yang ditimbulkan “penyakit jantung”.

Namun demikian, tidak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya penyakit jantung sudah dikenal sejak beradab-abad lamanya dalam dunia Islam. Salah satu ilmuwan Muslim di abad ke-11 M, yang konsentrasi mempelajari tentang penyakit jantung beserta pengobatannya adalah Ibnu Zuhr.

Ibnu Zuhr memiliki nama lengkap Abu Warman Abdul Malik ibnu Zuhr. Di dunia Barat, ia lebih dikenal dengan sebutan Avenzoar atau Abumeron. Ibnu Zuhr merupakan seorang ahli kedokteran, apoteker, dan sekaligus ahli bedah yang lahir di kota Sevilla, Spanyol pada tahun 109I M. Menariknya, ia terlahir dari lingkungan keluarga dokter. Kakeknya adalah seorang dokter kesohor Andalusia kala itu.

Baca juga:  Syaikhona Kholil (2): Mata Rantai Ulama Nusantara

Sejak kecil, ia sudah mulai belajar ilmu kedokteran dari keluarganya sendiri. Kemudian Ibnu Zuhr melanjutkan studi ilmu kedokterannya di Cordoba Medical University, yang sebelumnya telah menyelesaikan studi sastra dan hukum. Setelah menyelesaikan studinya di Cordoba, Zuhr kemudian berkeinginan untuk menetap beberapa lama di Baghdad, Irak, dan Kairo, Mesir.

Setelah memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Ibnu Zuhr kemudian mengabdikan dirinya kepada penguasa Dinasti Al-Murabitun dan diangkat menjadi seorang dokter utama. Pada masa pemerintahan Ali ibnu Yusuf ibnu Tachfine, ia sempat ditangkap dan dipenjara selama 10 tahun. Setelah pemerintahan Ali ibnu Yusuf berakhir, maka ia dibebaskan dan kemudian mengabdikan dirinya kembali pada Abd Al-Mu’min, seorang penguasa pertama Dinasti Al-Muwahidun dan diangkat sebagai seorang menteri.

Pada masa pemerintahan Abd Al-Mu’min inilah, Ibnu Zuhr mulai menuliskan karya-karyanya antara lain: Kitab at-Taisir fi al-Mudawat wa at-Tabdis (kitab yang mengupas beraneka ragam jenis penyakit beserta cara penyembuhannya), Kitab al-Iqtisad fi Islah al-Anfus wa al-Ajsad (merupakan kitab rangkuman yang membahas berbagai jenis penyakit, pengobatan dan penyembuhannya bahkan mengenai kajian psikologi), dan Kitab al-Aghtiya (menjelaskan tentang arti penting menjaga kesehatan melalui asupan gizi yang baik dan seimbang. Pun, menjelaskan aneka jenis makanan dan obat-obatan serta dampaknya bagi kesehatan).

Baca juga:  Menggali Nilai Karakter Cagar Budaya Dokterswoning

Konon, Kitab at-Taisir fi al-Mudawat wa at-Tabdis ini ditulis berdasarkan permintaan salah seorang teman karib sekaligus guru bagi Ibnu Zuhr, yaitu Ibnu Rusyd seorang dokter dan filosof terkemuka pada masanya. Di dalam kitab ini, ditemukan sebuah fakta bahwa Ibnu Zuhr telah menguasai cara mengobati penyakit peradangan pada kantong yang melindungi jantung. Sebagaimana termaktub dalam salah satu babnya berjudul Dhikru Amradh al-Qalb.

Di bidang ilmu kedokteran, tampaknya Ibnu Zuhr lebih memfokuskan kajiannya mengenai peradangan pada perikardium (jaringan berupa kantong atau saku yang membungkus atau mengelilingi jantung; selaput kandung (kantong) jantung) dengan menjelaskan ihwal penumpukan cairan yang membuat kemampuan jantung terbatas. Menurutnya, fenomena ini dapat menyebabkan terjadinya kematian pada seorang pasien apabila cairan tersebut tengah menutupi jantung.

Menurut Ibnu Zuhr, cairan yang dapat menutupi jantung tersebut, adalah berupa zat yang terkumpul dan menutupi lapisan atas dari lapisan membran (selaput atau lembaran bahan tipis yang berfungsi sebagai pemisah). Dan, cara untuk mengobatinya hanya dapat dilakukan dengan pembedahan. Menariknya, penjelasan (penemuan) Zuhr ini sesuai dengan hasil riset kedokteran modern saat ini.

Sebagai seorang dokter “spesialis jantung”, Ibnu Zuhr tentu sangat memahami bahwa jantung adalah termasuk salah satu organ yang sangat penting (vital) dalam diri manusia. Karenanya, apabila seorang dokter menunda perawatan, maka dapat menyebabkan pasien meninggal dunia. Pun, ia menjelaskan bahwa penyakit jantung dapat menyebabkan organ-organ yang lain juga mengalami gangguan (sakit).

Baca juga:  Salman al-Farisi: Pencari Agama-agama

Selain Ibnu Zuhr menjelaskan tentang penyebab seseorang mengalami serangan jantung, ia juga memberikan resep atau cara mengobatinya, yaitu dengan memakan apel atau meminum susu segar dari seekor kambing berusia muda, dan mandi dengan air hangat.

Demikian hasil riset Ibnu Zuhr perihal penyakit jantung beserta cara untuk mengobatinya. Ilmuwan Muslim yang kontribusinya sangat besar terhadap ilmu kedokteran modern itu, tengah menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1161 M, di Sevilla, Spanyol. Namun, sampai saat ini beliau tetap hidup melalui pemikiran dan karya-karyanya.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top