Sedang Membaca
New Mudho Puspito: Jatilan untuk Kehidupan
Avatar
Penulis Kolom

Mahasiswa semester 1 UNU Yogyakarta.

New Mudho Puspito: Jatilan untuk Kehidupan

Jatilan

New Mudho Puspito merupakan salah satu grup kesenian jatilan yang ada di Yogyakarta. Markas grup kesenian tersebut berada di dusun Kembang, RT 01/RW.61 desa Maguwoharjo Kecamatan Depok,  Sleman, Yogyakarta. Di tengah gempuran modernitas yang seakan mengubur tradisi jatilan, kelompok ini bangkit dan bertahan. Uniknya, setiap kali melakukan pentas, kerumunan warga selalu mendekat. Tidak ada jarak yang berarti antara penonton dan pemain, semuanya melebur merayakan tradisi yang terus hidup.

Vakum 15 Tahun

Terlahir sejak tahun 1967, awalnya kelompok jatilan ini bernama Mudho Puspito. Melanglang buana menampilkan pertunjukan jatilan berpuluh tahun lamanya memaksa Mudho Puspito harus bubar di tahun 2003 karena pelatihnya menikah. “Jika seorang seniman memiliki istri yang bukan seniman dan telah berkomitmen terhadap istri, ia akan istirahat dan meninggalkan seninya demi keluarga,” ungkap Pak Sambudi yang biasa disebut dengan Mbah Gondrong selaku pelatik kelompok ini. Vakum 15 tahun lamanya tidak membuat panggilan jiwa men-jatil itu sirna. Dukungan dari warga yang merupakan penggemar setia sejak berpuluh tahun lamanya dan usikan jiwa ingin berkarya dari seluruh expersonel Mudho Puspito akhirnya membuat kelompok ini berdiri lagi di tahun 2018. Berdirinya kelompok jatilan ini mengangkat nama baru yaitu New Mudho Puspito.

Baca juga:  Musik Pengiring Tabot dalam Tradisi Peringatan Wafatnya Hasan dan Husein

Nama kelompok jatilan yang sudah melegenda di masyarakat ini memiliki daya tarik tersendiri. New Mudho Puspito tidak pernah mencari pemain, selalu ada orang yang berkeinginan untuk bergabung ke kelompok jatilan ini meskipun tidak dibayar.

Makin Gayeng, Berganti Kostum dan Dialog

Mungkin tidak semua orang tahu, ada yang membedakan antara jatilan Jawa Timur dan Yogyakarta. Salah satu yang membedakan adalah dari segi kapan ditampilkannya. Kalau di Jawa Timur, jatilan hanya ditampilkan ketika hanya saat karnaval atau lomba tertentu, namun di Yogyakarta, tradisi ini masih meramaikan hajatan masyarakat.

Selain nama yang sudah melegenda, New Mudho Puspito memiliki keunikan dari kelompok jatilan lainnya. Apabila kelompok jatilan lainnya hanya memainkan 2 babak cerita jatilan, New Mudho Puspito memainkan empat babak jatilan dengan kostum yang selalu berganti. Disetiap babak yang berganti, pemain New Mudho Puspito menyelipkan dialog yang membuat jalan cerita jatilan ini bertambah gayeng. Cerita yang diangkat oleh New Mudho Puspito sangat beragam genrenya mulai dari roman percintaan hingga horor, misalnya Yuyu Kangkang, Rama Sinta, Mak Lampir dan yang terakhir adalah Pocongan.

“Pergantian kostum di setiap babak dan menyelipkan dialog dalam setiap perpindahan babak adalah cara kami agar penonton selalu terjaga semangat menontonnya, agar tidak bosan,” ungkap salah satu pemain.

Baca juga:  Gus Mus dan Umi Kultsum: Tentang Kultur Musik Kaum Santri

Air Sendang Keramat

Jatilan diidentikkan dengan tradisi yang berbau mistis. Sering kita temui entah itu pemain atau bahkan penonton jatilan yang kesurupan. Biasanya di jatilan lain kita melihat apabila ada orang kesurupan diberi minum air kelapa atau bahkan es krim untuk mendinginkan badan.Namun, tidak dengan New Mudho Puspito. Bapak Jono sebagai pawang di jatilan ini justru mempersiapkan air putih yang diambil dari Sendang Kawidodaren.

Memberikan air sendang ini sudah dilakukan sejak tahun 1967 dimana grup ini terbentuk. Air sendang itu akan diberi doa yang dipanjatkan kepada Tuhan YME. Konon, pemilihan air Sendang Kawidodaren dilakukan karena di sendang tersebut ada kerajaan ghaib yang masih hidup.

Terdampak Pandemi

Pekerja seni jatilan mengalami dampak yang sama dengan sesama pekerja seni lainnya. New Mojo Puspito yang awalnya sering diundang ke berbagai acara, kini tidak lagi. Himbauan untuk tidak menimbulkan kerumunan membuat New Mojo Puspito membatalkan seluruh rencana pentasnya. Kini mereka hanya rutin latihan setiap minggu saja.

Melihat New Mudho Puspito membuat saya sadar bahwa seni merupakan panggilan hati. Meskipun secara sukarela, para pemain tidak patah arang menjaga tradisi. Kini saat pandemi, pertemuan mereka dengan para penggemar setia New Mudho Puspito terganjal, kostum pun tersimpan rapi dan tidak dijajal. Semoga pandemi ini cepat berakhir hingga New Mudho Puspito bisa kembali menampilkan seni untuk menjaga tradisi.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top