Alumni Pondok Pesantren Gontor yang kini sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar, Cairo Mesir.

Ini Penjelasan Kalimat Mutiara yang Terkenal dari Sahabat Ali bin Abi Thalib

“Lihatlah apa yang dikatakannya, dan jangan lihat siapa yang mengatakannya,” demikian terjemah dari unzdur ma qala wa laa tanzdur man qala (انظر ما قال و لا تنظر من قال).

Kalimat tersebut mungkin tidak asing lagi bagi sebagian orang. Bahkan di pesantren, acap kali dikutip sebagai penutup pada latihan pidato atau orasi para santri.

Di pesantren saya dulu, kata mutiara ini diajarkan ketika saya masih kelas satu. Bagaikan senjata pamungkas yang mujarab karena pendek dan mudah dihafal, makanya sering dipakai untuk menyampaikan nasihat atau untuk mengingatkan orang lain yang terkadang terlewat takabur. Saya dan teman-teman yang sudah lulus pun mengakui bahwa hingga sekarang kutipan tersebut lekat sekali di kepala.

Unzdur ma qaala wa laa tanzdur man qaala sebenarnya bersumber dari perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib. Dinuqil dari kitab Nahjul Balaghah karya Syarif Radli (yang berisi tentang kumpulan ucapan, pidato dan surat Ali bin Abi Thalib). Maksud dari kalimah mutiara adalah untuk menerima dan mendengarkan perkataan dari seseorang yang berasal dari keluarga yang dipandang rendah serta seseorang yang berperilaku buruk, yang mungkin kurang ilmu nya atau perilakunya.

Namun, ada beberapa tambahan makna dari kata mutiara tersebut yang harus diperinci lagi dan diperhatikan oleh kita. Dikutip dari perkataan Syekh Doktor Syarafuddin Al-Azhari, seorang doktor lulusan S3 untiversitas Al-Azhar Kairo, dalam penjelasan mukadimah kitab Al-Jurumiyah, beliau tidak terlalu setuju dengan perkataan tersebut yang ditelan mentah-mentah. Makna nasihat Sayidina Ali sangatlah luas dan tidak bisa diartikan sangat sempit. Apa saja yang perlu diperhatikan?

Baca juga:  Teringat Lebaran di TVRI: Lawakan

Pertama, unzdur ilaa man qaala wa maa qaala idzaa kaana al-kalaamu kalaamul ’ulama. Terjemahnya: Lihatlah ke siapa yang berkata dan apa yang dikatakannya, jika perkataannya adalah perkataan para ulama atau para ilmuwan. Penekanannya pada subjek, yakni “ulama” atau “ilmuwan”. Secara singkat dapat diartikan bahwa orang yang berilmu dengan otoritasnya yang mengarah pada kebenaran perlu diperhatikan serta disimak baik-baik apa yang disampaikannya.

Jika ada perkataan ulama dan kita tidak melihat siapa ulama yang mengatakan perkataan tersebut, maka kita tidak akan benar-benar mengenal para ulama tadi, dan latar belakang penyampaiannya.

Kedua, unzdur ilaa man qaala wa laa ilaa maa qaala idzaa akhto’a al-kalaamu min kalaamil ’ulamai. Terjemahnya: Lihatlah ke siapa yang berkata, tanpa melihat apa yang dikatakannya ketika perkataan ulama atau ilmuwan itu salah. Apa maksud kalimat ini?

Maksudnya adalah untuk tidak mencela dan tetap menghormati ulama tersebut jika pada suatu saat perkataannya salah. Lain waktu, saya akan menjelaskan tata cara dan etika menyampaikan koreksi pada ulama dan orang-orang yang salah secara umum, menurut literatur-literatur keislaman.

Ketiga, unzdur ilaa maa qala wa laa ilaa man qaala idzaa qaala al-jununu qawla al-hikmah. Maknyanya: Lihatlah apa yang dikatakannnya, tanpa melihat siapa yang mengatakannya jika orang gila berkata perkataan mengandung hikmah. Ketika ada orang dalam gangguan mental atau jiwa mengatakan perkataan yang mengandung hikmah, hendaknya kita mengambilnya, tanpa melihat siapa yang mengatakannya. Wallahu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
2
Scroll To Top