Sedang Membaca
Percakapan Pasien Covid-19 Menuju Ruang Rontgen
Laeliya Almuhsin
Penulis Kolom

Penulis lepas. Alumni Jurusan Biologi UGM. Tinggal di Depok, Jawa Barat

Percakapan Pasien Covid-19 Menuju Ruang Rontgen

Fb Img 1601902185161

Pada hari ke-8 dikarantina di RS, sore aku dikabari akan Rontgen. Petugas berpakaian APD masuk kamarku memberitahu agar siap-siap cek paru dan diminta lepas bra sekalian biar di bawah tak repot soalnya masih diinfus.

Lepas Magrib, saat keluar kamar, bertemu dengan pasien-pasien lain yang juga persiapan Rontgen. Berkumpul dengan jarak tertentu lalu antri masuk lift.

Di dalam lift bertujuh. Enam pasien dan satu petugas lelaki berpakaian APD lengkap. Enam pasien itu, tiga lelaki, tiga perempuan. Di antara enam pasien, yang masih diinfus tiga orang, termasuk aku.

Aku sempat ngobrol dengan dua pasien. Pertama, seorang perempuan muda. Mungkin usia 20an. Dia cerita sudah sebulan lebih positif Covid. Awalnya tiga minggu lebih status OTG, karantina di rumah. Karena masih positif terus, dia putuskan isolasi ke RS.

Awal gejala muncul, kehilangan aroma sekitar tujuh hari, tapi tidak kehilangan rasa. Tidak ada gejala lain. Saat masuk RS, dia malah ambruk di hari ketiga, makanya sampai kini masih diinfus. Ini sudah hari ke-10 di RS.

“Kenapa ambruknya? Gejala apa yang muncul.”

“Aku rasa gara-gara tubuhku gak kuat sama obat-obatan di sini,” balasnya.

“Mungkin karena efek Clorokuin?” tanyaku.

“Nah itu dia. Aku sebenarnya tahu efek Clorokuin. Tapi saat minum pertama dan kedua baik-baik saja, jadi kulanjutkan. Setelah itu, jantung deg-degan kuat, mual-mual, dan muntah, rasanya tak karuan.” jelasnya. Setelah itu, dia hentikan Clorokuin. Tapi, karena kadung mual hebat terus-menerus, dia jadi lemes makanya masih diinfus sampai saat itu.

Baca juga:  Jaringan Lintas Iman Tanggap Covid-19 Salurkan 5.350 Paket Sembako dari Sobat Ambyar Didi Kempot

WHO sudah melarang Clorokuin. Banyak negara sudah menghentikan. Banyak studi Clorokuin tidak punya dampak efektif membunuh virus Corona. Justru efek sampingnya lebih banyak. Entah kenapa di Indonesia masih saja diberikan ke pasien Covid-19.

“Kira-kira kenapa dulu saat isolasi di rumah, positif terus?” aku ingin tahu.

“Mungkin karena sirkulasi kamarku gak bagus. Udara hanya muter di situ-situ.” Kami ngobrol dari sejak di depan kamar, di dalam lif, hingga di antrian depan ruang Rontgen.

Pasien kedua yang kuajak bicara adalah seorang ibu paruh baya. Berdaster dan jilbab hitam. Tanpa infus di tangan. Dia di sini sudah 9 hari. Awalnya kehilangan aroma selama dua atau tiga hari, lalu tes Swab hasilnya positif. Begitu juga suaminya, positif.

Saat masuk RS tidak ada gejala lain selain anosmia. Setelah minum obat, jantung deg-degan, kepala muter-muter. Dia curiga dengan obat-besar-warna-merah yang bikin dia begitu.

Saat aku ngobrol dengan pasien pertama ngomongin Clorokuin, dia dengar. “Obat yang merah besar kan?” Si ibu menegaskan.

Sebelumnya, setiap pasien biasanya diberitahu perawat kalau Clorokuin bisa bikin jantung deg-degan. Ibu itu pun mengaku memutuskan hentikan Clorokuin tanpa bilang perawat. Setelah itu, efek pusingnya hilang. Sejak itu, sudah tak muncul gejala. Tapi masih dirawat.

Baca juga:  Ngaji Rumi: Derita Corona yang Melahirkan Kesadaran

Dia cerita setiap hari di sini menangis karena ingat di rumah ada 13 orang yang harus dia pikirkan. Dia sudah Swab lagi dan menunggu hasilnya. Dia curhat seandainya nanti hasilnya masih positif dia akan minta rekomendasi karantina di rumah saja. Sebab ia sudah tak merasakan gejala. Tadi ia tanyakan pada petugas yang membawa kami. Petugas menjawab, tergantung dokternya, akan dievaluasi dulu kondisi tubuh si ibu.

Dari percakapan di atas tidak bisa disimpulkan kondisi medis yang sesungguhnya pasien Covid-19.

Tidak merasakan gejala bukan berarti tidak ada gangguan medis sama sekali. Beberapa kasus terjadi, pasien Covid-19 tanpa gejala berarti tetapi saturasi oksigen rendah. Jika di bawah rata-rata bisa fatal. Jika hasil tes Swab masih positif dan tak merasakan gejala rasa sakit, tapi dokter meminta tetap dirawat RS, tentu ada pertimbangan sendiri.

Catatan 25 September 2020

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top