Sedang Membaca
Sarung Samarinda dan Kitab Beirut
Iip D Yahya
Penulis Kolom

Peminat budaya Sunda dan penulis sejarah. Bukunya yang telah terbit di antaranya "Biografi Oto Iskandar Di Nata: The Untold Story" dan "Ajengan Cipasung: Biografi KH. Moh. Ilyas Ruhiat".

Sarung Samarinda dan Kitab Beirut

Sarung Samarinda dan Kitab Beirut 3

Kalau sarung Samarinda diperoleh dari toko pakaian, dari mana para santri dan ajengan mendapatkan kitab Beirut? Mereka tentu memerolehnya dari toko kitab. Lalu dari mana toko kitab itu mendapatkannya?

Salah satu distributor besar yang kini masih bertahan adalah Daar el Fikr yang bertempat di Jakarta dan Surabaya. Sementara untuk kitab terbitan Daar al-Kutub al-Ilmiyyah antara lain diperoleh dari distributor Ahmad Nabhan Surabaya. Distribustor dan toko-toko kitab umumnya dikelola oleh para habaib dan masyayikh yang menekuni perdagangan kitab sejak beberapa generasi. Habaib adalah kata jamak dari habib, yaitu orang keturunan Arab yang masih memiliki ikatan nasab sampai kepada Nabi Muhammad. Sedangkan orang Arab yang bukan dari jalur istimewa itu disebut masyayikh/syaikh.

Di Jakarta, Daar el Fikr berpusat di bilangan Kalibata Timur dan di Surabaya di kawasan Panggung yang tak jauh dari komplek makam Sunan Ampel.

Sejauh ini, mayoritas pengelola toko kitab memang orang-orang berdarah Arab, baik habaib maupun masyayikh. Hal ini pula yang kiranya memudahkan relasi dengan penerbit-penerbit kitab di Timur Tengah. Dari distributor besar inilah kitab-kitab terbitan Beirut beredar ke seluruh pelosok Nusantara.

Di Garut, misalnya, kita bisa mendapatkannya di Toko ABC Utama dan ABC Hasanah, di Bandung ada Toko Dahlan dan Al-Falah, di Sukabumi ada Toko Anda, dan lain-lain. Para peminat bisa mendapatkan kitab Beirut yang diinginkannya di toko kitab di ibu kota kabupaten/kotamadya di seantero Jawa Barat.

Baca juga:  Islam yang Dianut Quraish Shihab
“Semewah apapun cetakan kitab/buku, itu zaman old”

Dari mana para ajengan yang waktunya sehari-hari habis untuk mengaji itu mendapatkan kitab-kitab Beirut, yang harganya bisa mencapai angka jutaan? Banyak dari mereka yang memerolehnya sebagai hadiah dari para muhibbin, yakni jamaah pengajian yang mengagumi dan hormat kepadanya. Ada pula yang memerolehnya secara wakaf. Tak jarang kitab itu dibeli langsung di Makkah dan Madinah saat musim haji. Biasanya sebelum kepergian ke tanah suci, para muhibbin ini datang ke rumah ajengan meminta restu dan bertanya, barangkali ada sesuatu yang hendak dipesan.

Hampir dipastikan pesanan itu berupa kitab. Seperti terbaca pada kitab AlJami li Ahkamil Qur’an karya Muhammad bin Ahmad al-Anshary Al-Quthuby, yang menjadi koleksi almarhum KH. Bunyamin Gufron Pakuwon Cisurupan Garut. Di halaman dalam di balik sampulnya terbaca tulisan, “Waqif al-hajj Iton Damiri Qarut”, pemberi wakaf Haji Iton Damiri Garut. Pada masanya, KH. Bunyamin adalah kiai yang cukup dikenal di wilayah Selatan Garut, sedangkan Haji Iton Damiri adalah pengusaha masyhur pemilik perusahaan Dodol Piknik.

Kekaguman dan penghormatan Haji Iton, diwujudkan dalam bentuk wakaf kitab, suatu relasi yang hingga kini masih tetap terjaga antara para ajengan dan para saudagar. Seperti diakui Ghazi, pemilik Toko ABC Utama Garut, “Kami masih sering melayani pembelian kitab untuk dihadiahkan atau diwakafkan seperti itu, biasanya kitab yang berjilid banyak.”

“hadirnya teknologi digital membuat pamor produk printing menurin drastis”

Dari relasi itulah para ajengan dapat terus mengembangkan keilmuannya lewat mutalaah yang tak terhenti. Para pengusaha pun mendapat berkahnya, karena amal jariah yang diberikan terus dibaca sang ajengan dan para pelanjutnya.

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top