Sedang Membaca
Humor Gus Dur: Gus Dur dan Palu Arit

Humor Gus Dur: Gus Dur dan Palu Arit

Pada Pemilu tahun 1955, Gus Dur masih sekolah di Jogja. Meski baru duduk di SMEP, dia sudah masuk Ansor/Banser. Karena NU menjadi partai politik, tugas Banser untuk memenangkan NU adalah menjemput orang-orang tua untuk dibawa ke tempat pemungutan suara.

Gus Dur juga kebagian tugas itu, dan harus menjemput orang tua yang—konon—warga NU untuk dibawa ke TPS.
Gus Dur bersama satu teman Bansernya membawa tandu, dan menjemput kakek itu dari rumahnya di daerah Gading untuk ditandu ke TPS alun-alun Utara. Jarak Gading ke Alun-Alun Utara sekitar 1 kilometer lebih.

Tapi, demi memenangkan partai NU, jarak sejauh itu tidak jadi soal.

Begitu sampai di TPS, petugas menyambut kakek renta itu, lalu keduanya masuk ke bilik suara. Gus Dur menunggu di dekat TPS itu. Petugas menanyakan partai pilihan kakek itu dengan suara agak keras karena pendengarannya juga pasti sudah merosot.

“Nyoblos nopo, mbah? (Mencoblos apa, Mbah?)”
“Pasti … gambar Jagat,” pikir Gus Dur.

Ternyata, kakek itu menjawab, “Pa-lu Arit…” (Sumber: TawaShow di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF)

Baca juga:  Namaku Asher Lev: Pergolakan Iman Pelukis Besar Yahudi
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top