Sedang Membaca
Ziarah Wali di Bosnia
Aminuddin Ende
Penulis Kolom

Penulis perjalanan. Tinggal di Jakarta

Ziarah Wali di Bosnia

Siang itu, di teman udara dingin, kami menuju Blagaj, hanya 15 menit dari Mostar.  Ya, kami akan mengunjungi Blagaj, kota kecil yang pada zaman baheula merupakan tempat pemukiman Romawi. Kota ini, pada abad pertengahan baru masuk wilayah kerajaan Bosnia pada masa Stefan II dari dinasti Katromanic, diteruskan penerusnya hingga masuk Ottoman pada 1466.

Pengaruh Islam mulai masuk bersamaan dengan datangnya warga muslim ke kota ini dan hingga tahun 1835 muslim adalah mayoritas. Bukti mayoritas muslim adalah masih adanya tujuh mesjid di kota ini termasuk madrasah pesantren, maktab baca tulis Al-Qur’an, dan penginapan atau musafirhana.

Wilayah ini kemudian jatuh dalam penguasaan Austro Hungarian. Pada era inilah jumlah pemeluk Katolik Roma dan Kristen Ortodox melejit, bertambah melebihi penduduk muslim. Bukti masuknya Kristen adalah gereja ortodox dibangun pada tahun 1893 dan gereja Katolik pada tahin 1908.

Setelah lewat kota Blagaj, kami langsung ke Tekija sebuah tempat untuk zikir seperti yang dilakukan oleh orang suci atau aulia 6 abad yang lalu. Letaknya sulit dijangkau. Ia berada di dasar jurang karang setinggi 200m. Nama wali ini yang kita ziarahi adalah Muhammad Buchari Sari Saltuk.

Tempat zikir aulia ini ditemukan pada masa Turki Usmani dan dilakukan renovasi sehingga tampak seperti saat ini. Tempat ini selain di jurang karang adalah juga sebagai sumber air dari sungai buna (Vrelo Bune) dengan airnya yang berwarna hijau emerald dan tentu jernih.

Baca juga:  Gus Dur dan Kisah di Balik Makam Trowulan

Memasuki Tekija, berderet resto mengapit sungai Buna dan mata air yang keluar dari balik karang. Tiket tanda masuk adalah 5 km atau 2.5 euro. Pintu masuk awal adalah toko souvenir dan buku terkait Blagaj. Kami gak sabar ingin masuk ke tempat zikir, yang dalam bahasa Bosnia disebut tekke itu.

Kami disambut imam yang baru selesai salat asar berjamaah, namanya Sayyid (harusnya ini bukan nama orang ya), masih muda ganteng ramah, dan seneng mendengar klo kami dari Indonesia…  Saya langsung bilang tarekat Naqsabandi ada di Indonesia dan banyak pengikutnya.

Lantai pertama tekke adalah tempat salat laki dan perempuan. Lantas kami diantar ke lantai 2. Di situ ada makam orang suci Sari Saltuk dan muridnya dalam satu ruang. Tidak jauh dari itu kita diantar ke ruang minum teh dan kopi dengan pemandanga mata air Bune…indah…

Di dinding ada lambang peti mati utk mengingat mati dengan dua penjaga yaitu, Al-Qur’an dan hadis. Di plafon ada segi empat melambangkan Rasulullah saw yang diapit empat sahabatnya. Ini semua menunjukkan mereka adalah pengikut Sunni.

Ilmu yang didapat dari penjelasan imam adalah bahwa ruang tempat minum kopi itu adalah cerminan dunia dan sebagai bekal hidup didunia itu ada dua penjaga, yaitu Al-Qur’an dan Hadis dan satu lagi mengingat mati.

Baca juga:  Sayidah Fatimah Maksumah, Mengenal Pusat Spiritual Mazhab Syiah

Lalu kami diajak ke ruang belajar, sambil dijelaskan mengenai tarekat yang lebih banyak silsilah spiritualnya lahir dari sahabat Abu bakar Asshidiq sementara tarekat yang lain melalui sahabat Ali bin Abu Thalib. Rujukannya tetap kepada Syekh Abdul Qadir Jaelani hingga silsilah turunannya. Jadwal zikir bersama masih berlangsung seminggu tiga kali untuk pria sesudah Isya dan wanita sesudah Magrib. Dari gambaran ini, kita tahu, bahwa Bosnia bukan saja Sunni, tapi plus tarekat. Hah? Iya, karena tidak semua mazhab Sunni suka tarekat.

Kami lalu bergeser ketempat salat yang berada di pinggir mata air Bune. Seneng juga dengar penjelasan imam. Ia bercerita dengan detil banget. Karena memang sepaham pengetahuannya dengan kami jadi lancar ngobrolnya.

Kami juga ditunjukkan tempat hamam (kamar mandi) sebuah shower air hangat dan dingin. Atapnya berupa ukiran bintang yang tembus cahaya warna warni.

Luar biasa Tekke dari Muhammad Buchari Sari Saltuk ini menemukan tempat yang sedamai dan indah ini. Diceritakan lebih lanjut tempat zikir ini sepanjang sejarah juga telah mengalami beberapa kali renovasi termasuk deretan rumah disekitarnya. Tekija sendiri mulai diaktifkan dibuka pada saat meninggalnya shaeik sejdo sehovic pada tahun 1925 hingga setelah perang dunia kedua. Kegiatan untuk zikir di tempat itu untuk seluruh Bosnia dilarang hingga tahu 1979.

Baca juga:  Kota Islam (18): Jejak Komunitas Kristen Armenia di Hamedan

Tekija kemudian di kelola oleh National Museum of Bosnia Herzegovina. Sejak tahun 1974 tempat ini diserahkan oleh komunitas muslim walau tidak mendapat dukungan pemerintah, mereka berupaya untk menjaga tempat ini dari kerusakan. Tekke ini kemudian direkonstruksi dan fungsinya dikembalikan sebagai situs penting hingga tahun 2013, setelah sebelumnya mengatur bangunan sekitarnya dan pintu masuk Tekke ini sehingga seperti terlihat saat ini.

Tempat ini menjad tujuan ziarah bagi umat Islam Bosnia terutama pada waktu Maulid Nabi. Kami kembali ke penginapan dengan hawa dingin yang masih melekat. Namun hati ini terasa cukup hangat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top