Ulummudin
Penulis Kolom

Mahasiswa Studi al-Qur'an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ziarah Imam Ridha, Pusat Spiritual Syiah di Iran

Masyarakat Iran pada umumnya penganut Syi’ah Istna Asyariyah. Mereka meyakini ada dua belas Imam yang meneruskan estafet kepemimpinan semenjak Rasul meninggal. Dari dua belas Imam tersebut, hanya Imam kedua belas, Imam Mahdi yang masih ditunggu kedatangannya.

Sementara itu, semua Imam yang telah meninggal, makamnya berada di luar Iran yakni di Irak dan Saudi. Imam Ridho, atau Reza dalam pengucapan orang Persia, adalah satu-satunya Imam yang makamnya terletak di Iran.  

Makam Imam Ridho terletak di kota Mashad provinsi Khurasan Rezavi. Karena kehadiran Imam Ridho, Mashad menjadi kota santri di Iran selain Qom sebagai pusat belajar keagamaan. Sepanjang tahun, makamnya tak pernah sepi dari para peziarah baik lokal maupun internasional. Tak kurang dari 12 juta peziarah datang tiap tahunnya. Bayangkan, satu kota, satu tempat destinasi dikunjungi 12 juta orang, sementara di Indonesia, 14 juta wisatawan (dalam dan luar negeri) adalah jumlah seluruh kota tempat wisata.  

Imam Ridho menjadi daya tarik utama Mashad, kota yang dekat dengan Afganistan ini. Oleh karena itu, pada libur musim dingin ini, kami berkesempatan melakukan ziarah ke sana. Dalam tradisi Syi’ah dua belas Imam, beliau merupakan Imam ke-delapan. Beliau sendiri lahir di Madinah tanggal 11 Dzulqadah tahun 148 H dan meninggal di Mashad 17 Safar 203 H. Beliau hidup pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah dan mengalami kepemimpinan tiga khalifah yakni Harun al-Rasyid, al-Amin, dan al-Ma’mun. 

Pada masa al-Ma’mun ini, ia mendapat kehormatan sampai menjadi putra mahkota kerajaan karena menikah dengan putri al-Ma’mun yaitu Ummul Fadhal binti al-Ma’mun. Pernikahan ini menimbulkan keguncangan politik bagi al-Ma’mun maupun Ali Ridha. 

Kalangan kerajaan tidak menghendaki Ali Ridha menjadi bagian dari keluarga kerajaan karena akan menjadi ancaman kekhalifahan. Sementara, dari pihak Syi’ah, mereka memandang hal itu sebagai strategi khalifah agar mendapat dukungan politik dari kelompoknya. Ada yang berpendapat bahwa pergolakan ini lah yang menimbulkan sang Imam meninggal. 

Sore itu, langit Mashad tampak muram diselimuti kabut musim dingin. Saya sudah siap dengan jaket tebal dan sarung tangan. Saya mengajak teman Afghanistan untuk sama-sama pergi ke makam. Kami menaiki metro di depan penginapan yang akan langsung mengantar kami ke tujuan. Di bawah guyuran rintik-rintik salju, kami berjalan mendekati masjid dimana makam sang Imam berada.

Di dalam, sudah banyak orang yang memenuhi makam. Mereka ada yang salat, membaca al-Qur’an, dan melantunkan salawat. Jika diperhatikan, masyarakat Persia lebih ekspresif dalam berziarah dibanding di Indonesia. Mereka akan memegang bangunan sisi makam sambil berdiri, lalu berdoa dan bercerita tentang masalah yang dihadapi. Tak jarang, ada tetesan air mata yang keluar.   

Komplek ini juga terkenal dengan kubah emasnya yang indah. Jika malam tiba, kubahnya terlihat menyala di antara gelap yang menyelimuti. Halaman yang langsung menghadap kubah inilah menjadi tempat favorit para pengunjung setelah berdoa. Mereka biasanya hanya duduk menikmati suasana yang menyenangkan. Nuansa malam tambah syahdu dengan hiasan lampu kelap-kelip di sekitarnya. 

Di komplek masjid dan makam ini juga terdapat klinik gratis untuk para peziarah. Jadi, jangan khawatir jika tiba-tiba kita membutuhkan bantuan medis. Selain itu, ada juga pelayanan gratis yang ditujukan untuk penyandang difabel. Para relawan ini menyediakan kursi roda dan mereka sendiri yang akan menjadi pembimbingnya. Komplek makam ini benar-benar didesain untuk memberikan kenyamanan kepada para tamu yang sedang berziarah. Jika dibandingkan dengan tempat ziarah lain di Iran, komplek Imam Ridha memang lebih spesial. 

Tak pelak, makam Imam Ridha menjadi destinasi utama tempat ziarah di Iran. Mereka percaya, dengan berdoa di sana doa mereka akan cepat terkabul dengan perantara sang Imam. Melihat antusiasme dan banyaknya peziarah yang datang, tak salah jika dikatakan bahwa Imam Ridho menjadi motivator spiritual masyarakat Iran sekarang. Kehadiran Imam Ridha menjadi oase di tengah segala keterbatasan. Ketika mereka mempunyai permasalahan hidup, mereka akan mengadu dan mendapatkan dorongan spiritual darinya. 

Tak terasa hari sudah gelap ketika kami keluar dari masjid. Rupanya salju sudah berhenti turun, tapi dinginnya tetap menembus badan. Di sepanjang jalan dekat masjid, banyak sekali pedagang seperti halnya tempat ziarah di Indonesia. Namun, dingin yang kian menusuk menghalangi kami untuk berlama-lama di luar. Kami langsung menuju penginapan untuk segera istirahat. 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top