Sedang Membaca
Mengenang Ibnu Batutah, Pengelana Sepanjang Masa

Pengasuh Pesantren Ali Maksum dan Al-Munawwir, Krapyak Yogyakarta; Anggota DPD RI

Mengenang Ibnu Batutah, Pengelana Sepanjang Masa

Fb Img 1714955603714

Alhamdulillah, bisa ziarah ke Tangier, tempat makam dan situs Imam Ibnu Batutah, penjelajah paling masyhur, pengelana terlama dan terjauh yang pernah dikenal dalam sejarah peradaban manusia.

Saya ingat betul, Allahuyarham Simbah KH. Ali Maksum sering menyebut dan membanggakan nama beliau dalam pengajian-pengajian sebagai tasyji’ atau dorongan kepada anak-anak santri agar “ngerti ndunyo”, memiliki wawasan yang luas, pikiran yang tidak cupet alias sempit, dan berani belajar dan berdakwah, keluar dari zona nyaman di daerahnya sendiri.

Nama lengkap Ibnu Batutah adalah Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Lawati ath-Thanji. Beliau lahir di Tangier pada hari Senin, 17 Rajab 703 H./24 Februari 1304 M. Adapun tahun wafat beliau ada beberapa versi, ada yang menyatakan tahun 779 H. atau tahun 1377 M., ada juga yang menyebut tahun 1368 atau 1369 M. Nama “Batutah” (Bathuthah) sendiri merupakan nama keluarga yang diambil dari nama salah seorang kakek leluhur beliau.

Beliau melakukan perjalanan panjang sejak hari Kamis, tanggal 2 Rajab 725 H. hingga berakhir pada akhir bulan Dzul Hijjah 754 M. di kota Fez. Perjalanannya berlangsung selama lebih dari 29 tahun, melewati lebih dari 40 negara atau kerajaan pada masanya, dan menjelajah lebih dari 120.700 kilometer jauhnya.

Baca juga:  Napak Tilas Jejak Sahabat di Istanbul

Perjalanan beliau tentu saja melebih pengelana Venesia, Marco Polo (w. 1324 M.), yang “hanya” berlangsung selama 24 tahun, dan jarak tempuh 24.000 km “saja”. Apalagi bila dibandingkan dengan pengelana Portugal, Vasco da Gama (w. 1524 M.), yang “hanya” mengelilingi Afrika dan India.

Perjalanan beliau keliling dunia dimulai dari berangkat haji ke Makkah, menyusuri pesisir Afrika Utara, melewati Tunis, lanjut ke Iskandaria (Aleksandria), ke Kairo, ke Damaskus, ke Madinah, hingga ke Makkah. Beliau melanjutkan perjalanan ke Baghdad dan menjelajahi Jazirah Arab hingga Persia, hingga lanjut menyisir Afrika melalui Mogadishu (Somalia), kemudian ke Asia Tengah, lalu ke India dan kawasan Asia Selatan, lanjut ke Asia Tenggara, China hingga Spanyol.

Catatan perjalanan beliau ditulis dalam buku yang beliau diktekan kepada seorang penulis bernama Ibnu Juza, dan diberi judul Tuhfatun Nuzhzhar fi Ghara’ibil Amshar wa ‘Aja’ibil Asfar atau lebih familiar dengan judul Rihlah Ibni Bathuthah. Kisah perjalanannya disertai dengan cerita tentang karakter dan kebiasaan masyarakat, makanan dan minuman lokal, pakaian, adat istiadat serta upacara-upacara yg berlaku, dan kejadian-kejadian penting selama dalam perjalanan.

Perjalanan beliau di Jawa (Indonesia) [hlm. 629-636] dimulai dari pulau Sumatera, tepatnya di Aceh pada tahun 1345 M., masa pemerintahan Sultan Malik adz-Dzahir. Selama perjalanan di Indonesia beliau memiliki kesan bahwa Indonesia negeri yang subur, hijau, indah, penuh pepohonan. Mudah sekali dijumpai tanaman kelapa, pinang, cengkih, gaharu dan jeruk.

Baca juga:  Misi Damai Ulama Perempuan Indonesia ke London (1)

Beliau juga mencatat bahwa Sultan adalah penganut Madzhab Syafi’i yang mencintai para kiai, sering mengaji dan mengajak mereka berdiskusi. Kesan lain yang beliau tulis terkait Indonesia yang hanya berkisar kira-kira 7 halaman itu adalah keramahan penyambutan terhadap beliau, juga beliau diberi pakaian sarung, serta pada umumnya masyarakat makan nasi 3 kali sehari.

Pengembaraan beliau diapresiasi oleh dunia. Di Tangier Maroko, kampung halamannya, didirikan museum untuk mengenang beliau dengan nama Fadla’ ‘Ardl Dzakirah Ibn Bathuthah. Sementara di Dubai, pusat perbelanjaan terbesar di sana dinamakan dengan Mall Ibn Batutah. Bukunya juga diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa, antara lain Inggris, Perancis, Jerman dan Indonesia.
Rabbi fanfa’na bibarkatih.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Scroll To Top