Pendidikan Islam adalah salah satu bagian dari sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupan sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian.
Selain itu, pendidikan Islam juga bisa dimaknai sebagai sebuah bimbingan jasmani dan rohani, yang berlandaskan etika dan hukum yang ada di dalam Islam, sebagai upaya mewujudkan pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam, tentu saja menjadi pedoman bagi para pemeluknya termasuk dalam hal pendidikan. Dimensi dan nilai-nilai pendidikan Islam di dalam Alquran sangat banyak sekali, jika kita benar-benar menggali hal-hal apa yang terkandung di dalam Alquran. Bahkan, bukan hanya pada aspek pendidikan saja, tetapi juga bidang-bidang lainnya.
Surat Al-Fatihah adalah salah satu contoh tentang dimensi dan nilai pendidikan Islam, yang ada di dalam Alquran. Sebagai surat yang terletak di awal, tentu saja surat ini mempunyai banyak keistimewaan. Al-Fatihah juga mengandung unsur-unsur penting yang menjadi pedoman dalam pendidikan Islam. Lalu apa saja unsur penting atau nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam surat Al-Fatihah?
Nilai-nilai pendidikan Islam yang ada didalam surat Al-Fatihah di antaranya adalah nilai pendidikan keimanan, nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan tentang hukum Islam (syari’ah), dan nilai pendidikan tentang kisah-kisah bersejarah.
Nilai pendidikan keimanan yang ada didalam surat Al-Fatihah, adalah tentang diperkenalkannya sifat Allah SWT yang menyeluruh yaitu Ar-Rahman dan ar-rahim (yang maha pengasih dan maha penyayang). Dan juga dikenalkan bahwasanya Allah SWT adalah yang menguasai alam semesta ini, yaitu yang terdapat pada lafadz Rabb al-Alamin. Ajaran keimanan yang terdapat dalam surat Al-Fatihah menekankan tentang pentingnya mengenal Allah SWT, dengan mengamati secara seksama yang ada di jagat raya ini. Dan hal ini semua terdapat pada surat Al-Fatihah ayat 1-4.
Selain pendidikan keimanan, ada juga nilai-nilai pendidikan ibadah yang terkandung dalam surat Al-Fatihah yang terdapat dalam ayat ke-5. Yang mempunyai arti “kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan”. Inti dari ibadah adalah ketundukan untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi yang dilarang oleh Allah SWT. Namun, ibadah tidak hanya berkutat dalam artian khusus seperti melaksanakan Salat, Puasa, Zakat, dan Haji. Tetapi juga ibadah yang mempunyai makna yang luas, yaitu seluruh aktivitas kebaikan yang dilakukan untuk mengangkat martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.
Dalam perspektif pemikiran Rasyid Ridha dalam tafsirnya Al-Manar bahwa kandungan ibadah yang dimaknai secara luas ini juga akan menghidupkan tauhid dalam hati dan mematrikannya dalam jiwa. Ibadah dalam arti demikianlah yang harus menjadi tujuan dalam pendidikan Islam, supaya Islam tidak hanya yang berwujud simbol-simbol saja namun juga etika dan estetika.
Selanjutnya kandungan atau nilai pendidikan Islam, yang ada dalam surat Al-Fatihah adalah tentang hukum agama atau syariat. Hal ini ada dalam ayat yang ke-6, yang mempunyai arti “Tunjukilah Kami jalan yang lurus”. Maksud dari jalan yang lurus disini adalah agama, dengan hukum-hukumnya yang menjadi aturan bagi manusia dalam kehidupan, untuk memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat.
Ajaran tentang hukum agama sangat erat kaitannya dengan sebuah kurikulum pendidikan yang merupakan produk pemikiran manusia. Oleh karena itu dengan adanya agama, sebuah pemikiran bisa dipagari supaya tidak menjadi liar dan brutal. Dengan tetap menyeimbangkan antara rasionalitas akal (aqli) dan wahyu (naqli). Dan hal ini tentu saja sangat penting di era sekarang ini.
Nilai pendidikan Islam terakhir yang termuat dalam surat Al-Fatihah adalah tentang ajaran kisah-kisah yang bersejarah. Hal ini terdapat dalam ayat terakhir yang artinya sebagaimana berikut “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. Di mana ayat ini memberikan informasi tentang sejarah orang yang mendapatkan kenikmatan dan kemurkaan serta kesesatan dari Allah SWT.
Mereka yang mendapat kenikmatan seperti para nabi, orang-orang sholih dan lain sebagainya. Diharapkan bisa menjadi teladan bagi umat manusia agar menjadi baik, bukan menjadi yang buruk sebagaimana yang mendapat kemurkaan dari Allah SWT seperti orang-orang yang mengingkari kebenaran, berbuat keburukan dan sebagainya.
Kisah-kisah bersejarah sangat disukai oleh kalangan banyak dan juga menjadi media untuk berdakwah, karena selain di dalamnya banyak hikmah juga banyak motivasi. Misalnya kisah tentang ketampanan Nabi Yusuf AS, dimana dari kisah tersebut bisa diambil hikmah bahwa ketampanan tidak hanya luar saja tetapi juga butuh ketampanan batin.
Dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan Islam yang beberapa diantaranya dicontohkan dalam surat Al-Fatihah, bisa dikatakan bahwa karakteristik yang menonjol dalam pendidikan Islam adalah religius moralisnya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ghazali, bahwa bahwa karakteristik pendidikan Islam adalah agama dan moralitas yang tidak mengesampingkan hal-hal yang bersifat duniawi, akal, dan ketrampilan.