Sebagian dari masyarakat Indonesia mungkin menganggap bahwa Iran hanya ditinggali oleh orang-orang Persia saja. Namun, faktanya ada banyak suku yang mendiami negara ini. Salah satunya adalah bangsa Yahudi yang mencapai 15 ribu jiwa. Mereka inilah yang biasa disebut dengan Yahudi Persia atau Iran.
Yahudi di Iran tersebar di beberapa kota. Komunitas terbesarnya berada di kota Tehran. Sementara, yang lainnya tersebar di Esfahan, Kashan dan salah satunya ada di Hamedan. Pada kesempatan kali ini, saya mencoba untuk menelusuri jejak-jejak mereka di kota terakhir yang disebutkan.
Hamedan adalah salah satu kota tertua di Iran. Kota ini telah ditinggali sejak masa kekaisaran Persia yang bertanggal ratusan tahun sebelum Masehi. Dengan sejarahnya yang panjang, kota ini telah menjalin hubungan dengan berbagai peradaban dan bangsa yang berada di sekitarnya termasuk komunitas Yahudi yang masih dapat ditemukan sampai sekarang di kota ini.
Orang Yahudi mempunyai sejarah panjang di Persia. Sejatinya, mereka telah menetap di sini sejak sekitar 2800 tahun yang lalu. Perjalanan ke tanah ini bermula dari penaklukan Yerusalem oleh raja Nebukadnezar dari Babilonia. Saat itu, orang-orang Yahudi mengalami pembuangan dari negerinya dan perbudakan.
Akan tetapi, setelah raja Cyrus dari Persia mengalahkan Babel, orang-orang Yahudi mendapatkan kebebasannya. Mereka diperbolehkan untuk kembali ke tanah leluhurnya di Yerusalem. Namun, tak sedikit yang tetap tinggal di wilayah tersebut di bawah kontrol raja Persia. Dari sinilah orang Yahudi tersebar ke beberapa kota di Iran. Salah satunya ke Hamedan.
Di Hamedan, ada sebuah situs utama yang menjadi pusat ziarah penganut Yahudi. Situs tersebut adalah makam Esther dan Mordekhai. Tak sulit untuk menemukan makamnya karena berada di tengah kota. Walaupun mereka tokoh Yahudi, bukan berarti orang di luar Yahudi tidak bisa masuk. Tempat ini bisa dikunjungi oleh semua orang tanpa memandang agamanya.
Esther merupakan tokoh penting dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Dalam tradisi kedua agama tersebut, ia dianggap sebagai orang suci. Namanya bahkan diabadikan dan menjadi tokoh sentral dalam Alkitab yang dikenal dengan Kitab Esther. Dalam kitab tersebut, banyak diceritakan tentang Yahudi di Persia.
Esther sendiri lahir di tanah Persia tepatnya di kota Shush, provinsi Khujestan, Iran sekarang ini. Ia adalah keturunan Yahudi yang mengalami pembuangan. Ia dikenal karena kecantikannya, hingga raja Persia saat itu, Xerxes I menjadikannya sebagai permaisuri. Jadi, Esther ini mempunyai sejarah penting baik di kalangan Yahudi maupun Persia karena hubungannya dengan raja.
Sementara itu, Mordekhai merupakan anak dari saudara ayah Esther. Ia mengurus Esther setelah orang tuanya meninggal dunia. Nama lengkapnya adalah Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang keturunan Yahudi dari suku Benyamin. Ia juga menjadi generasi Yahudi yang lahir di tanah pembuangan.
Esther dan Mordekhai mempunyai peran yang sangat penting bagi keberlangsungan Yahudi di Persia. Mereka menyelamatkan orang-orang Yahudi dari pembantaian yang akan dilakukan oleh Haman, petinggi kerajaan Persia yang memusuhi Yahudi.
Mereka melakukan negosiasi dengan raja Persia saat itu. Setelah raja mengetahui bahwa Mordekhai pernah menyelamatkan nyawanya dari pengkhianatan pengawalnya, raja berbalik simpati kepada Mordekhai dan bangsanya.
Peran Esther adalah penyambung lidah Mordekhai dengan raja karena ia mempunyai akses khusus sebagai ratu. Melalui Mordekhai, ia juga memberi instruksi kepada orang-orang Yahudi yang ada di luar istana. Berkat mereka berdua, orang-orang Yahudi di Persia menikmati kebebasannya. Sebaliknya, Haman yang mempunyai niat buruk terhadap Yahudi, nasibnya berakhir di tiang gantungan.
Untuk mengenang jasa mereka berdua, setiap tahun sampai sekarang, orang-orang Yahudi merayakan hari raya purim. Perayaan ini diperingati setiap hari ke 14 dan 15 bulan Adar dalam tradisi Yahudi. Pada hari itulah orang Yahudi memperoleh keamanan dan duka cita yang berubah menjadi suka cita. Untuk memperingatinya, mereka membagikan makanan kepada saudara dan orang-orang miskin sebagai bentuk rasa syukur.
Itulah perjalanan Esther dan Mordekhai sebagai seorang Yahudi yang tinggal di Persia. Mereka telah menjadi bagian integral dari masyarakat Iran yang menyaksikan sejarah negeri tersebut dari waktu ke waktu.
Sampai sekarang, mereka dapat hidup nyaman dan beribadah di sinagog dengan tenang. Semua itu tak lepas dari dua tokoh utama Yahudi Persia, Esther dan Mordekhai yang makamnya masih terawat di kota Hamedan, Iran.