Ada seorang yang suka melakukan maksiat memiliki kebiasaan agak aneh. Dia suka sekali kepada Nabi Isa dan pengikutnya, yang dikenal dengan nama (kaum) Hawariyin. Dia suka melihat Nabi Isa dan pengikutnya lewat karena kebaikan yang mereka lakukan.
Pelaku maksiat ini sungkan kepada nabi Isa dan rombongannya sehingga dia hanya menyimpan rasa senang melihat rombongan orang-orang baik lewat. Apa yang disukai dari orang fasik ini?
Orang ini senang karena kebaikan yang bisa mereka lakukan. Sedangkan dirinya selama ini merasa berat untuk melakukannya.
Suatu waktu, ketika orang fasik ini melihat nabi Isa dan rombongannya, tiba-tiba dia spontan berjalan mengikuti rombongan nabi Isa. Karena sungkan, dia berjalan di belakang agak menjauh dari nabi Isa karena merasa diri hina terlalu banyak dosa.
Di saat yang sama ada pengikut Isa yang merasa dirinya lebih baik dari si fasik sehingga tak mau berjalan dekat dengan orang fasik. Pengikut nabi Isa memilih maju ke depan agar bisa berjalan lebih dekat dengan nabi Isa.
Seketika Allah memberi wahyu kepada nabi Isa, “Wahai Isa, semua amal ibadah pengikutmu yang sombong itu kuhapus karena kesombongannya. Dia merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Dia harus melakukan kebaikan lagi mulai dari awal. Dan dosa pelaku maksiat itu kuampuni karena dia merasa dirinya hina di hadapan orang lain.”
Kisah di atas ada dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Imam al-Ghazali, yang sudah terkenal berabad-abad itu.