Sedang Membaca
Sufi Abu Abdillah al-Syirazi Iri pada Seekor Rusa hingga Diprotes Muridnya 
Mukhammad Lutfi
Penulis Kolom

Alumnus Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sufi Abu Abdillah al-Syirazi Iri pada Seekor Rusa hingga Diprotes Muridnya 

Rusa

“Ketakwaan adalah menjauhkan segala apa yang dapat menjauhkanmu dari Allah.” (Abu Abdillah al-Syirazi)

Abu Abdillah al-Syirazi, nama lengkapnya Muhammad bin Khofif al-Syirazi. Abu Abdillah adalah kuniyahnya, sementara al-Syirazi–ada juga yang menyebutnya al-Syairazi– dinisbatkan pada kota Syiraz, tempat Abu Abdillah al-Syirazi bermukim. Ihwal tahun kelahiran Abu Abdillah al-Syirazi, penulis belum menemukannya. Sementara kematiannya disebutkan dalam catatan al-Sulami di Ṭabaqat al-Ṣūfiyah, yaitu di tahun 371 Hijriyah.

Dikatakan, bahwa Abu Abdillah al-Syirazi bersahabat dengan Ruwaim, Abu al-Abbas bin Atha’, Thahir al-Maqdisi, Abu Amr al-Dimasyqi, bahkan dikatakan juga sempat bertemu dengan Husain bin Mansur al-Hallaj. Beliau, Abu Abdillah al-Syirazi, sangat mendalami sekali ilmu syari’at serta ilmu hakikat.

Tentang kisah-kisah Abu Abdillah al-Syirazi, pernah suatu ketika kesabarannya diuji. Ketika itu Abu Abdillah al-Syirazi sedang perjalanan menuju Mekah untuk Haji, saat tiba di Baghdad, Abu Abdillah al-Syirazi tahu kalau di kota itu ada seorang sufi besar, Imam Junaid al-Baghdadi, namun Abu Abdillah al-Syirazi sengaja tidak mengunjungi Imam Junaid al-Baghdadi. Akhirnya sampailah Abu Abdillah al-Syirazi di sebuah padang pasir. Di tengah teriknya padang pasir, Abu Abdillah al-Syirazi yang berbekal tali dan ember melihat seekor rusa yang meminum air dari sebuah lubang bibir sumur. Setelah rusa itu selesai minum dan pergi, Abu Abdillah al-Syirazi lalu mendekati lubang bibir sumur itu dan ia tak melihat air kecuali ada di bagian paling dalam sumur itu.

Baca juga:  Perempuan Sufi: Ummu Sa’id

“Ya Allah, nasibku tak seperti rusa tadi. Air sumur itu menghampiri rusa, sementara kepadaku air sumur itu seolah menjauh,” keluh Abu Abdillah al-Syirazi.

Selepas Abu Abdillah al-Syirazi berkeluh soal air sumur, tiba-tiba Abu Abdillah al-Syirazi mendengar suara.

“Kamu itu punya tali dan ember, sementara seekor rusa itu tak memilikinya,” ujar suara itu.

Bergegaslah Abu Abdillah al-Syirazi, melemparkan ember yang sudah diikatnya itu, namun apa daya, ember itu tak dapat menjangkau air di kedalaman sumur itu. Abu Abdillah al-Syirazi pun menyerah dan memilih pergi meninggalkan sumur itu. Namun, untuk kali kedua, lagi-lagi Abu Abdillah al-Syirazi mendengar suara.

“Wahai Abu Abdillah al-Syirazi, sesungguhnya Aku sedang menguji kesabaranmu, kembalilah ke sumur itu dan minumlah,” ucap suara itu.

Abu Abdillah al-Syirazi lantas kembali ke sumur itu, benar saja, air sumur itu tiba-tiba penuh hingga lubang bibirnya. Abu Abdillah al-Syirazi kemudian bergegas mengambil air sebagai bekal, ia lalu minum dan wudhu. Dikatakan, hingga sampai di Madinah Abu Abdillah al-Syirazi tak mengalami kekurangan bekal air. 

Sekembalinya Abu Abdillah al-Syirazi dari haji, ia kembali melewati kota Baghdad, dan pada hari itu bertepatan hari jumat. Akhirnya masuklah Abu Abdillah al-Syirazi ke sebuah masjid di Baghdad. Tak disangka, di masjid itu, Abu Abdillah al-Syirazi bertemu dengan Imam Junaid al-Baghdadi. Belum sempat mengucapkan apa-apa kepada Imam Junaid al-Baghdadi, tiba-tiba Imam Junaid berkata, “Andai saja waktu itu kau bersabar, kau akan mendapati air mengalir dari telapak kakimu.”

Baca juga:  Hakikat Tawaduk

Mendengar ucapan Imam Junaid al-Baghdadi, Abu Abdillah al-Syirazi hanya bisa diam mematung. Abu Abdillah al-Syirazi menyesal, kenapa, dulu saat berangkat haji ia tak mengunjungi Imam Junaid al-Baghdadi ketika memasuki kota Baghdad.

Pada kisah yang lain disebutkan, bahwa Syekh Abu Abdillah al-Syirazi pernah suatu ketika diprotes oleh beberapa muridnya. Protes itu lantaran kasih sayang dan perhatian Syekh Abu Abdillah al-Syirazi lebih banyak kepada Ahmad al-Shoghir dibanding kasih sayang dan perhatiannya kepada Ahmad al-Kabir, padahal Ahmad al-Kabir adalah murid yang rajin, tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar, sementara Ahmad al-Shoghir kebalikannya. Hal ini dipandang murid-murid Syekh Abu Abdillah al-Syirazi yang lain sebagai ketidakadilan.

Desas-desus itu pun akhirnya diketahui Syekh Abu Abdillah al-Syirazi. Syekh Abu Abdillah al-Syirazi akhirnya berinisiatif untuk menguji Ahmad al-Kabir dan Ahmad al-Shoghir di depan para murid yang lain.

“Wahai Ahmad al-Kabir, bawalah unta yang sedang berbaring di kandang itu keluar, dan ajaklah ke padang (tanah lapang)!” perintah Syekh Abu Abdillah al-Syirazi kepada Ahmad al-Kabir.

“Wahai Syekh, unta itu berat sekali, mana mungkin aku bisa melakukannya,” ujar Ahmad al-Kabir.

“Ya sudah kalau engkau memang tak sanggup melakukannya,” timpal Syekh Abu Abdillah al-Syirazi.

Syekh Abu Abdillah al-Syirazi lalu memerintahkan hal yang serupa kepada Ahmad al-Shoghir.

Baca juga:  Kisah Sufi Unik (45): Ja'far al-Khuldi dan Nasihat untuk Murid

“Wahai Ahmad al-Shoghir, bawalah unta yang sedang berbaring di kandang itu keluar, dan ajaklah ke padang (tanah lapang)!” perintah Syekh Abu Abdillah al-Syirazi kepada Ahmad al-Shoghir.

Mendengar perintah sang guru, Ahmad al-Shoghir bergegas berangkat ke kandang unta dan berusaha keras untuk memanggul unta milik gurunya itu ke tanah lapang, namun usaha Ahmad al-Shoghir tak kunjung berhasil meskipun ia mengerahkan seluruh tenaganya.

“Sudah cukup cukup, kau tinggalkan saja unta itu,” pinta Syekh Abu Abdillah al-Syirazi kepada Amad al-Shoghir yang telah mengerahkan segala kemampuannya.

“Aku tahu, tak mungkin ada yang mampu membawa unta yang berat itu. Namun di sini kalian bisa melihat, Ahmad al-Kabir menyambut perintahku dengan protes, sementara Ahmad al-Shoghir menyambut perintahku dengan melaksanakannya semampunya, meskipun pada akhirnya Ahmad al-Shoghir tak berhasil melakukannya,” tutur Syekh Abu Abdillah al-Syirazi di depan murid-muridnya.

Para murid Syekh Abu Abdillah al-Syirazi terdiam mendengar penjelasan gurunya.

Berikut quote sufistik dari Syekh Abu Abdillah al-Syirazi:

 اَلتَّقْوَى مُجَانَبَةُ مَا يُبْعِدُكَ عَنِ اللهِ

“al-taqwa mujānabatu mā yubʻiduka ʻani-l-llāhi.”

“Ketakwaan adalah menjauhkan segala apa yang dapat menjauhkanmu dari Allah.”

اَلتَّوَكُّلُ اَلإِكْتِفَاءُ بِضَمَانِهِ وَإِسْقَاطُ التُّهْمَةِ عَنْ قَضَائِهِ

“al-tawakkulu al-iktifāʼu biḍomānihi wa isqātu-l-tuhmati ʻan qaḍāʼihi.”

“Kepasrahan (tawakkul) yaitu merasa cukup atas apa yang telah dijamin oleh-Nya, dan tidak keberatan atas takdir dan ketentuannya.”

Wallahu A’lam.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top