Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (169): Aurad Tarekat Tijaniyah

Di dalam Tarekat Tijaniyah terdapat dua macam zikir yaitu:

  1. Zikir lazim (yang harus diamalkan).
  2. Zikir ikhtiyari (yang lebih baik kalau diamalkan).

Pada kesempatan ini hanya zikir lazim saja yang akan dijelaskan secara terperinci. Zikir lazim yang harus diamalkan oleh setiap murid Tarekat Tijani terdiri dari tiga macam:

  1. Wirid Lazim

Wirid lazim diamalkan dua kali sehari semalam, yaitu:

         Pertama: pagi hari (setelah subuh sampai waktu dhuha). Apabila ada uzur, maka waktunya bisa diundur sampai waktu maghrib. Lebih baik serta memperoleh keutamaan yang besar, jika diamalkan sebelum waktu suubuh dengan syarat harus selesai ketika waktu subuh telah tiba.

         Kedua: sore hari (setelah asar sampai waktu isyak. Apabila ada uzur, maka waktunya bisa diundur sampai waktu subuh.

Bacaan Wirid Lazim

  1. Hadiah al-Fatihah kepada Nabi Muhammad saw. dan Syaikh Abil Abbas Ahmad bin Muhammad al-Tijani.
  2. Membaca istighfar 100 kali.
  3. Membaca salawat Nabi 100 kali yang berupa Salawat Fatih yaitu sebagai berikut:

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِى إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَ عَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ

Atau shalawat yang lumrah digunakan:

اللهم صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

  1. Membaca tahlil/hailalah 100 kali, yang terakhir kalinya dipanjangkan lalu disambung dengan:

لَآ إله إِلَّا اللهُ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ عَلَيْهِ سَلَامُ اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّم

  1. Wirid Wazhifah

         Wirid Wazhifah dilaksanakan dua kali dalam sehari semalam, yaitu siang hari dan malam hari. Kalau tidak bisa dua kali, maka cukup sekali saja yaitu siang hari atau malam hari saja. Apabila dalam sehari semalam tidak melaksanakan sama sekali maka wajib mengqadha’. Demikian pula jika wirid lazim sudah habis tapi belum mengerjakannya, maka harus diqadha’ juga.

Baca juga:  Sabilus Salikin (67): Tarekat Qadiriyah - Biografi Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Bacaan Wirid Wazhifah

  1. Hadiah al-Fatihah sama dengan wirid lazim.
  2. Membaca Salawat Fatih sekali.
  3. Membaca istighfar 30 kali sebagai berikut:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَآ إله إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ

4. Membaca Salawat Fatih 50 kali.

5. Membaca tahlil atau hailalah 100 kali yang ditutup seperti pada wirid lazim.

6. Membaca salawat jauharah al-kamal 12 kali.

7. Membaca doa semampunya.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَ سَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

8. Diakhiri dengan membaca al-Fatihah sekali dan Salawat Fatih sekali.

9. Wirid Hailalah

         Wirid Hailalah dilakukan setelah shalat ‘Ashar hari Jum’at sampai waktu Maghrib. Apabila ada uzur dan tidak bisa melaksanakannya sampai waktunya habis, tidak perlu diqadha’.

Bacaan Wirid Hailalah

Yang dibaca pada saat melaksanakan wirid hailalah adalah لا اله إلا الله atau الله tanpa hitungan, mulai setelah melaksanakan sholat ‘Ashar sampai Maghrib. Kalau sendirian, maka membaca sebanyak 1600 kali, atau 1500 kali, atau 1200 kali, atau 1000 kali dan diakhiri dengan bacaan:

لَآ إله إِلَّا اللهُ سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ عَلَيْهِ سَلَامُ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dengan suara keras dan memanjangkan wirid hailalah adalah لا اله إلا الله lalu membaca:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Syarat Membaca Jauharah al-Kamal

Dalam melaksanakan pembacaan wirid salawat Jauharah al-Kamal ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut:

  1. Harus dalam keadaan suci dari najis, baik pada badan, tempat, dan apa saja yang dibawanya.
  2. Harus dalam keadaan suci dari hadats, baik hadats kecil atau besar.
  3. Bersucinya harus dengan air, tidak boleh dengan tayamum.
  4. Harus menghadap kiblat.
  5. Harus duduk dan tidak boleh berjalan.
  6. Tempatnya harus luas dan cukup dengan 7 orang.
Baca juga:  Sabilus Salikin (135): Macam-macam Zikir Tarekat Naqsyabandiyah

Keterangan Aurad

  1. Bacaan Istighfar

Salah satu unsur masuk tarekat adalah taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah Swt.), sebelum taqarrub murid harus membersihkan diri dari semua dosa dengan membaca Istighfâr (minta ampun) sehingga semua dosa dan noda-noda ruhaniyah hilang dan diganti dengan nilai-nilai yang baik.

وَ مَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدْ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا. (النسآء 110)

Hadis Rasulullah saw.

عَنْ اَنَسَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلْعَمْ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى يَا ابْنَ اَدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَ رَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ وَ لَا اَبَالِى. يَا ابْنَ اَدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنِ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَ غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ اَدَمَ لَوْ اَتَيْتَنِيْ يَقْرَبُ الْاَرْضُ خَطَايًا ثُمَّ لَقَيْتَنِيْ لَا تُشْرِكْ بِيْ شَيْئًا لَاَتَيْتُكَ يُقَارِبُهَا مَغْفِرَةً. رواه الترمذى

Dari Anas r.a.. ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Allah Swt. berfirman: “Hai anak Adam a.s. selama kamu berdo’a kepadaku dan mengharap aku, maka aku mengampuni kamu atas apa saja yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam As. andaikata dosa-dosamu sampai pada langit kemudian kamu beristighfâr, maka Aku mengampunimu. Hai anak Adam a.s. andaikata kamu datang kepadaku dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu menjumpaiku dengan tidak menyekutukan aku sama sekali, maka pastilah aku datang kepadamu dengan membawa sebesar bumi pengampunan”.

  1. Bacaan Salawat

Shalawat al-Fatih:

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَ الْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وِ الْهَادِى إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَ عَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَ مِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ

Makna الفاتح لما اغلق adalah:

  1. Nabi Muhammad saw. (Haqiqat Muhammadiyah, Nur Muhammad SAW.) adalah pembuka belenggu ketertutupan segala yang maujud di alam (الكواكب) dari tidak ada menjadi ada.
  2. Nabi Muhammad saw. (Haqiqat Muhammadiyah, Nur Muhammad saw.) sebagai pembuka belenggu pintu-pintu rahmat ilahiyah bagi keberadaan makhluk di alam ini.
  3. Nabi Muhammad saw. (Haqiqat Muhammadiyah, Nur Muhammad saw.) sebagai pembuka hati yang terbelenggu syirik sehingga hati dipenuhi dengan keimanan dan hikmah.
Baca juga:  Sabilus Salikin (171): Sejarah Perkembangan Tarekat Idrisiyah

 

Makna الخاتم لما سبق adalah:

  1. Nabi Muhammad saw. sebagai penutup kenabian dan ker
  2. Nabi Muhammad saw. sebagai kunci kenabian dan ker
  3. Tidak ada harapan kenabian dan kerasulan lagi bagi yang lainnya, (Jauhar al-Ma’ani, juz 1, halaman: 106).

Sanad Tarekat Tijaniyah (yang sampai ke Indonesia)

Sanad Tarekat Tijaniyah diterima langsung dari Rasulullah saw, melalui pertemuan syaikh Ahmad al-Tijani dengan Rasulullah saw. secara sadar (yaqdhah), dan Rasulullah saw. menalqin wirid Tijani kepada Syaikh Ahmad al-Tijani, (Jauhar al-Ma’ani, juz 1, halaman: 95-96).

Selengkapnya silsilah tarekat ini yaitu Rasulullah à Syekh Ahmad al-Tijani à Sayyid Muhammad al-Ghob à Sayyid Umar bin Sa’id al-Futi à Sayyid Sa’id bin Umar al-Futi à Sayyid Alfa Hasyim à Syekh Ali al-Thoyyibah dan Syekh Muhammad bin Abd. Hamid al-Futi. Dari kedua syekh terakhir inilah Tarekat al-Tijani dikembangkan di Indonesia.

Doktrin Syaikh Ahmad al-Tijani tentang Pemikiran Tasawuf

Syaikh Ahmad al-Tijani mengembangkan tarekat al-Tijani menggabungkan dua corak metode tasawuf yaitu; tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Hal ini dapat dilihat dari ajaran Syaikh Ahmad al-Tijani tentang maqâm Nabi Muhammad saw. sebagai haqiqat al-Muhammadiyah dan Wali Khatam. Lalu muncul shalawat Fatih dan shalawat Jauhar al-Kamal, (Futûhât al-Makkiyah, juz 3, halaman: 75).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
7
Ingin Tahu
3
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top