Sedang Membaca
Sajian Khusus: Menari Bersama Kekasih
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sajian Khusus: Menari Bersama Kekasih

Whatsapp Image 2021 05 26 At 1.10.02 Am

Sajian khusus edisi ke-67 ini terasa sangat spesial. Alif.id kali ini berkolaborasi dengan Yayasan Pemuda Tersesat asuhan Habib Husein Ja’far Al Hadar untuk menayangkan tulisan-tulisan bertemakan kisah-kisah sufi dan tasawuf.

Tasawuf atau jalan yang ditempuh para sufi adalah proses untuk menggapai kecintaan dan kesempurnaan rohani. Ia adalah esensi spiritualitas dan dimensi esoteris dalam Islam. Seorang yang sudah menempuh suluk tasawuf ini, apapun yang ia pandang selalu melihatnya dengan kacamata Tuhan, yang Maha Rahman-Rahim. Dia akan mampu mengendalikan ego atau nafsunya, dan tidak mudah menghakimi orang lain yang dianggap kebanyakan orang (mungkin) melenceng atau sesat. Karena pada hakikatnya jalan yang ditempuh adalah cinta sejati, mahabbatullah.

Oleh sebab itu, ketika seseorang sudah sampai pada maqam tersebut, di dalam hadis qudsy disebutkan, Allah Swt berfirman: “Manakala hamba-Ku mendekati-Ku, dengan selalu mengingat-Ku, sampai Aku mencintainya. Bila aku mencintainya, maka dia melihat dengan Mata-Ku, mendengar dengan Pendengaran-Ku, memukul dengan Tangan-Ku, berjalan dengan Kaki-Ku. Bila dia meminta, Aku akan mengabulkannya dan bila dia memohon perlindungan-Ku, Aku melindunginya.”

Wajar saja jika banyak sufi yang merasa dirinya kotor, amal ibadah tidak seberapa dibanding dengan kasih sayang dan limpahan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya. Dan, seorang sufi manakala melihat sesama, dia akan memandang semua makhluk ini dengan penuh kecintaan. Karena mencintai makhluknya sama saja ia mencintai penciptanya. Begitu juga sebaliknya, membenci dan menistakan makhluknya, samahalnya ia menistakan dan menghina penciptanya.

Baca juga:  Sabilus Salikin (124): Perjalanan Ruhani al-Syadzili

Kita akui, tidak ada manusia yang suci tanpa dosa, kecuali para nabi. Namun pada hakikatnya manusia adalah suci seperti bayi. Seiring berjalannya waktu, manusia melakukan dosa bertumpuk—seperti membangun dinding atau tabir dengan Tuhannya. Dan jalan para sufi atau tasawuf ini adalah cara untuk mencapai kembali hubungan antara manusia dengan Tuhannya agar apa yang ia lakukan selaras dengan keinginan Tuhan, sehingga mampu menari bersamanya.

Terima kasih Mas Arif Saifudin Yudistira yang sudah menyajikan tulisan ini dengan sangat apik dan bergizi. Semoga bermanfaat. Kepada seluruh pembaca setia Alif.id kami ucapkan banyak terima kasih atas dukungan selama ini dengan membagikan tulisan-tulisan yang telah ditayangkan oleh Alif. Semoga menjadi pahala yang terus mengalir.

Terima kasih juga kepada Yayasan Pemuda Tersesat yang sudah mendukung kami untuk terus berkarya dan menyajikan konten yang bermanfaat. Semoga menjadi amal jariyah.

Akhirul kalam, selamat membaca!

Redaksi.

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top