Kota Qom merupakan salah satu kota santri di Iran. Kota yang dapat ditempuh dua jam dari Teheran ini menjadi pusat pendidikan agama yang banyak melahirkan ulama dan cendikiawan. Ada banyak talabeh atau santri yang mengenyam pendidikan di hauzeh al-Mustafa di kota ini. Mereka datang tidak hanya dari Iran saja, tetapi juga dari luar negeri, termasuk pelajar dari Indonesia.
Suasana kota santri akan sangat terasa ketika kita memasuki kota Qom. Di sepanjang jalan kita akan melihat orang-orang berlalu lalang dengan pakaian khas santri hauzeh. Selain itu, di sana juga banyak terdapat toko buku dan kaset-kaset ceramah dari ulama-ulama terkemuka. Tak hanya di madrasah, di taman-taman pun kita akan mudah menemukan para santri yang sedang berkumpul untuk berdiskusi.
Gairah kota Qom yang demikian tidak lepas dari peran seorang tokoh perempuan yang sangat dihormati. Dia adalah Sayidah Fatimah Maksumah, adik dari Imam Ridha (Imam ke-8 dalam tradisi Syi’ah) yang dikebumikan di Mashad. Siapa sangka justru seorang tokoh perempuan yang menjadi daya tarik masyarakat untuk datang ke Qom. Masyarakat meyakini bahwa Qom menjadi kota haram atau suci seperti sekarang ini adalah berkah dari Sayidah Maksumah.
Hingga kini, makamnya tidak pernah sepi dari para peziarah. Peziarah datang dari berbagai sudut Iran dan juga mancanegara. Hingga ada suatu istilah seseorang tidak dikatakan pernah ke Qom jika tidak berziarah ke makam Fatimah Maksumah. Masyarakat percaya, berziarah ke makam ini akan mendapatkan pahala dan keberuntungan.
Cerita Sayidah Fatimah ke Qom bermula ketika beliau melakukan perjalanan dari Madinah ke Mashad untuk menyusul sang kakak yakni Imam Ali Ridha. Namun, di tengah perjalanan, beliau jatuh sakit lalu singgah di kota terdekat Qom. Masyarakat Qom menyambut dan merawat beliau. Tak lama setelah itu, beliau meninggal dan dikuburkan di sana. Sejak saat itu, Qom yang tadinya hanya padang tandus menjadi ramai oleh para peziarah dan pelajar yang menuntut ilmu.
Makam Sayidah Maksumah ditandai dengan kubah kuning keemasan. Tempat tersebut tidak pernah sepi oleh para peziarah yang berlalu lalang. Tempat ziarahnya dipisah antara laki-laki dan perempuan, sehingga kita tidak khawatir akan bercampur. Di sana mereka akan memanjatkan doa dan menceritakan semua masalah yang tengah dihadapi. Mereka berharap akan mendapatkan keberkahan dengan perantara beliau.
Suasana di sekitar makam juga sangat ramai. Suasananya mirip dengan makam wali-wali yang ada di Pulau Jawa. Ada banyak penjual yang menjajakan berbagai barang dagangannya. Tempat ziarah bukan saja memberikan kekuatan spiritual, tetapi juga berdampak terhadap ekonomi bagi penduduk sekitarnya.
Sayidah Maksumah membuktikan bahwa perempuan pun bisa mendapatkan posisi terhormat. Beliau dihormati bukan semata-mata karena putri dari seorang Imam, melainkan karena kepribadiannya yang sangat luar biasa. Ia dikenal karena kemuliaan akhlak, sabar, dan istiqamah dalam kebenaran. Sifat-sifat tersebut menjadikan beliau sosok tak terlupakan di tengah masyarakat. Jadi, kemuliaan seseorang bukan ditentukan oleh nasab atau keturunan, melainkan oleh akhlak yang terpuji.
Keberadaan Sayidah Maksumah menjadi oase di tengah keringnya alam Qom. Saat ini, ia menjadi pusat spiritual utama setelah makam Imam Ali Ridha di Mashad yang tidak lain adalah kakaknya sendiri. Setiap tahunnya ribuan atau bahkan jutaan orang yang berziarah ke sana. Kehadirannya memberikan kekuatan spiritual kepada masyarakat agar mampu menghadapi gelombang kehidupan yang terkadang tidak pasti.