Sedang Membaca
Ini Tantangan buat Kamu yang Suka Online Zoom Saat Pandemi

Saya mendefinisikan diri saya sebagai seorang yang gemar membaca, menulis, berenang, dan jalan-jalan. Menulis menjadi sarana saya untuk mengabadikan berbagai hal. Menulis juga melatih saya untuk mengerti arti konsistensi dan pantang menyerah. Tulisan saya seperti puisi, opini, dan feature pernah dimuat di berbagai media massa. Di antaranya di Detik, Kompas, Suara Merdeka, Wawasan, Tribun Jateng, Bangka Pos, Bali Pos, Radar Lampung, Malang Voice, dan Koran Sindo. Telah menerbitkan dua buku di Ellunar Publisher, Kumpulan Puisi Berjudul Racau dan Kumpulan Opini di Media Massa Berjudul Gelisah Membuah

Ini Tantangan buat Kamu yang Suka Online Zoom Saat Pandemi

Whatsapp Image 2020 05 07 At 10.44.25 Pm

Pandemi Corona yang menghantam Indonesia pada awal kuartal tahun 2020 ini benar-benar membuat semua orang harus cepat beradaptasi. Ini juga berlaku untuk dunia pendidikan. Kegiatan belajar-mengajar yang semula berlangsung di ruang kelas sekolah, sementara waktu dilakukan secara jarak jauh. Semua pembelajaran dialihkan lewat media digital.

WhatsApp, Facebook, Zoom, Google Meet, dan Skype menjadi penolong saat interaksi tatap muka tak bisa dilakukan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui berbagai platform konferensi video tersebut. Tentu ini bukan tanpa kendala.

Salah satu platform penyedia layanan konferensi video tersandung masalah privasi. Kabarnya, data para pengguna dipertukarkan secara bebas. Tentu ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pendidik. Pasalnya bisa saja di tengah-tengah agenda pengajaran, muncul penyusup yang menebarkan konten-konten asusila yang tidak layak dikonsumsi para anak didik.

Kendala lain yang menghadang ketika pengajaran digital akan dilakukan adalah tidak semua guru memiliki penguasaan tinggi terhadap teknologi. Hal ini lumrah kita temui saat berhadapan dengan guru-guru yang usianya sudah paruh baya. Mereka terbiasa menerangkan siswanya dengan cara konvensional, dengan bantuan buku dan papan tulis. Untuk mengoperasikan laptop saja mungkin membutuhkan bantuan anaknya di rumah.

Yang perlu diingat lagi, para guru-guru ini bukan seperti para pekerja kantoran milineal yang sudah mengakrabi beragam platform konferensi tersebut. Butuh penyesuaian untuk mengenali tampilan antarmuka berbagai situs dan aplikasi tersebut. Apalagi umumnya, pesan instruksi dari aplikasi tersebut adalah bahasa Inggris. Keterbatasan pemahaman bahasa Inggris ini juga menjadikan para guru terkadang harus meraba-raba maksud dari tiap instruksi. Atau bisa saja UX Writer dari aplikasi tersebut tidak memberikan panduan yang memadai dan mudah dipahami.

Baca juga:  Kafe Basabasi, dari Kuliah Tasawuf Milenial hingga Pengembangan Ekonomi

Tak berhenti di situ, tantangan juga muncul ketika koneksi internet ternyata tidak mendukung untuk pelaksanaan pembelajaran secara daring. Cakupan akses jaringan internet belum merata. Tidak menyeluruh kekuatannya di seluruh wilayah Indonesia. Di daerah Jakarta saja, sinyal beberapa provider sangat lemah. Apalagi di daerah pelosok di Indonesia.

Lalu, tidak semua guru ataupun murid memiliki laptop pribadi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Para siswa yang berasal dari keluarga ekonomi rendah tentu akan merasa kebingungan jika harus membeli laptop yang terbilang barang bernilai tinggi. Keluarga merekapun harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan laptop tersebut. Anggaran juga semakin bertambah untuk membeli kuota internet yang nantinya akan menghubungkan mereka dengan kegiatan belajar mengajar.

Para orangtua juga perlu menyikapi pengajaran digital selama pandemi ini dengan keterbukaan pikiran. Jangan melulu menyalahkan para guru yang dinilai membebani anak mereka dengan bejibun tugas. Ingat, ini bukan libur panjang. Anak tetap harus belajar dan mendapatkan asupan ilmu. Orangtua tetap bertugas sebagai alarm pengingat yang mendisiplinkan pola belajar anak.

Anak tetap harus diawasi dan dibiasakan dengan jadwal belajar dari rumah. Rutinitas belajar yang semula dilakukan di ruang kelas, dipindahkan ke spot-spot yang ada di rumah. Tapi jangan lupa, anak juga menaati jadwal belajar yang ditetapkan sekolah. Jadi para orangtua juga harus menyusun agenda tentang kapan anak mulai bangun, mandi, sarapan, dan siap menerima pembelajaran.

Baca juga:  Keluarga, Benteng Utama Menolak Radikalisme

Berikan pula pemahaman kepada anak bahwa mereka tetap harus mengerjakan tugas dan menyerap edukasi yang disampaikan guru. Pasti anak akan cepat merasa bosan dan mudah terdistraksi karena menjalani pembelajaran dengan suasana berbeda. Orangtua perlu turun tangan dan membantu guru dalam hal ini. Orangtua hadir sebagai pembimbing yang mendorong anak-anak tetap betah belajar, juga memastikan sang anak mengumpulkan tugas seperti yang diminta guru.

Ini akan menyadarkan orangtua bahwa institusi sekolah bukanlah lembaga penitipan anak. Ternyata tugas guru membentuk kepribadian dan kecerdasan anak didiknya tidak bisa terwujud sepenuhnya jika tidak mendapat suntikan dukungan dari orangtua.

Namun lagi-lagi ini akan berbenturan dengan tantangan, apalagi untuk orangtua yang juga harus menjalani bekerja dari rumah. Konsentrasi orangtua terbagi, harus fokus menyelesaikan tugas kantor dengan tetap memerhatikan anaknya belajar secara benar dan menyenangkan.

Tantangan-tantangan macam itu yang akan mewarnai hari-hari pembelajaran digital di tengah-tengah wabah corona yang telah mengglobal ini. Di sini, peran orangtua dan guru harus saling selaras. Harus mulai saling memaklumi karena kondisi ini tidak menawarkan pembelajaran yang ideal.

Setidaknya ada angin segar dari pemerintah yang mulai melirik media televisi untuk menyiarkan materi pembelajaran. Ini menjawab kesulitan guru dan murid yang berada di daerah yang tidak terjangkau internet. Upaya sederhana yang patut diapresiasi dan mudah-mudahan ada upaya tambahan lainnya. Semoga pandemi ini segera usai dan kehidupan kita kembali normal.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top