Fauly Awina
Penulis Kolom

Kelahiran Ponorogo, 14 Februari 2002. Bersekolah di MAN 2 Ponorogo dan bercita-cita sebagai psikolog

Karena Teknologi dapat Mengubah Banyak Hal

Pengantar: Sejak 21 Januari 2019, kami menurunkan 20 esai terbaik hasil Sayembara Esai Tingkat SMA/Sederajat 2018. Setelah lima besar, 15 esai lainnya dimuat menurut urutan nama penulis sesuai abjad.

——–

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus dikembangkan di Indonesia. Sebenarnya iptek mudah saja berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Setiap negara berlomba-lomba mengembangkan bahkan bersaing untuk kemajuan iptek. Pandangan dunia pada saat ini, ketika iptek di suatu negara berkembang sangat pesat maka negara tersebut bisa dikatakan negara makmur. Karena, iptek pada dasarnya memang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas bangsa.

Data Global Competitiveness Index menunjukkan, peringkat Indonesia di bidang iptek masih rendah, terutama pada pilar kesiapan teknologi dan pilar inovasi. Indonesia dinilai rendah karena kurangnya pemanfaatan ilmu pengetahuan secara baik dan benar, tentang bagaimana kesiapan kita untuk menyikapi perkembangan iptek. Dari sini kita tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang cenderung sedikit tertinggal dari negara-negara Eropa.

Akan tetapi, masyarakat Indonesia tampaknya tidak mau ketinggalan dalam konsumsi teknologi. Berbagai macam produk dikeluarkan dari berbagai perusahaan. Makin canggih teknologi, makin banyak pula orang menggunakannya di dalam kehidupan sehari-hari, mulai mesin cuci, kulkas, penyejuk ruangan, hingga otomotif. Jangan lupa, telepon seluler atawa telepon genggam. Namun, masyarakat lebih berperan sebagai konsumen. Lantas bagaimana masa depan Indonesia jika dilihat dari pemanfaatan iptek ini?

Seperti yang kita tahu iptek memberikan dampak positif dan negatif bagi kita. Dampak positif yang ditimbulkan iptek antara lain:
a. Mempernudah seseorang melakukan suatu hal. Dalam urusan teknologi  komunikasi, misalnya. Dengan berkembangnya iptek kita dapat berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja tanpa ada batasnya. Kita dapat terhubung dengan siapa saja, ditambah lagi komunikasi pada masa ini sudah sangat canggih. Yang dulunya kita mengirim pesan lewat surat, kini kita dapat mengirimkannya lewat telepon seluler yang kita miliki.

Baca juga:  Mari Mengenal Debat dalam Tradisi Islam

b. Ilmu pengetahuan kita semakin bertambah dan meluas. Dengan perkembangan iptek yang diikuti oleh arus globalisasi, kita akan mendapatkan informasi-informasi terkini atau up to date dari berbagai wilayah bahkan belahan dunia. Kita tidak akan takut ketinggalan zaman atau ketinggalan informasi tertentu.

Adapun dampak negatif  iptek antara lain:
a. Membuat manusia menjadi malas. Kecanggihan teknlogi menyebabkan perubahan suatu pola piker masyarakat. Mereka cenderung akan kecanduan dengan perkembangan iptek masa kini. Dan ini sangat berdampak khususnya para pelajar di Indonesia

b. Membuat kita melupakan budaya tradisonal. Kita terlena, sampai-sampai kita melupakan budaya tradisional. Seperti contoh kecilnya saja yaitu saling menyapa satu sama lain. Kita sangat fokus terhadap handphone sehingga kita mengabaikan keberadaan orang di sekitar kita.

Dampak Lain: Radikalisme

Selain dampak-dampak yang yang saya sebut di atas, terdapat pula berbagai kasus yang pernah terjadi di tanah air, dipicu oleh  kurangnya pemahaman masyarakat terhadap teknologi. Sering kita jumpai berita yang beredar yang berhubungan dengan radikalisme, yang menguat seiring pesatnya perkembangan teknologi juga.

Radikalisme merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan mengubah suatu kondisi yang diinginkan dengan cara yang tidak biasa seperti kekerasan. Radikalisme sering di hubungkan dengan Islam, dengan munculnya ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), mereka melakukan teror di berbagai belahan dunia dengan menggunakan simbol-simbol Islam dalam setiap aksinya, seperti bercadar atau semacamnya.

Lalu apa persisnya kaitan radikalisme dengan iptek? Jelas sangat berhubungan. Orang-orang seluruh dunia bisa berperan dan terhubung sangat cepat dalam penyebaran paham radikalisme karena teknologi komunikasi. Sejumlah orang Indonesia pergi ke Suriah untuk berjihad juga karena informasi dari berbagai media jejaring di internet. Itu belum termasuk teknologi persenjataan dan lain-lain

Baca juga:  Benarkah Ibnu Sina Bermazhab Syiah?

Di Indonesia, masyarakat sangat mudah mempercayai suatu berita yang belum pasti kebenarannya. Mereka cenderung mudah menyimpulkan suatu informasi sesuai apa yang mereka tangkap tanpa tahu kebenarannya. Teknologi informasi sudah seperti tidak ada batasnya. Semua bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan dilakukan oleh siapa saja. Hanya modal jari menekan tombol “ok” sebuah berita bisa sampai ke kawasan mana pun. Ini adalah contoh perilaku yang kurang memanfaatkan iptek dengan baik dan benar, tanpa menyaring lebih dulu apakah berita itu benar atau hoax alias palsu/bohong.

Ada pun metode yang dapat kita lakukan guna untuk menghindari kasus-kasus tersebut antara lain:

1. Miri (pahami dan saring) informasi. Apabila kita mendapat suatu informasi, pahami dan pastikan dahulu kebenarannya. Cari dari berbagai sumber yang akurat karena kabar yang beredar, berita hoax pada masa kini mudah sekali tersebar sehingga dapat mengakibatkan berbagai konflik. CNN Indonesia menuliskan, “Di era ‘berita bohong’ […] 61 persen konsumen Indonesia dengan senang hati mempercayai informasi yang mereka peroleh,”. Kurangnya giat literasi penduduk Indonesia seringkali mengakibatkan perbedaan pendapat sehingga membuahkan konflik di Indonesia.

2. Jahe (jeli dalam menanggapi berbagai hal khususnya berita). Jika kita mengetahui sebuah informasi dan sudah kita buktikan kebenarannya,kita boleh percaya bahwa berita yang di informasikan tersebut benar-benar fakta. Selanjutnya apakah berita tersebut perlu di sebar? Atau hanya perlu kita baca saja ? Jika berita tersebut merupakan berita atau informasi yang mengharuskan penduduk Indonesia mengetahuinya, maka kita boleh menyebarluaskan dengan mrmperhatikan ketentuan yang berlaku.

Baca juga:  Keluarga, Benteng Utama Menolak Radikalisme

Selain itu, menurut penelitian Center of Innovation Policy and Governance (CIPG) yang dirilis akhir tahun 2018, saat ini laju penetrasi internet Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia, dan kini sudah mencapai 51%. Meningkatnya pembangunan infrastruktur jaringan mendorong masyarakat dapat dengan mudah mencoba berbagai aplikasi dan konten digital baru yang tersedia. Jika sebelumnya layanan telepon langsung dan pesan singkat (short messaging service — SMS) banyak digunakan, saat ini layanan yang lebih banyak digunakan adalah aplikasi-aplikasi instant messaging, panggilan telepon melalui internet (voice over internet protocol – VoIP), dan tentunya media sosial.

Aplikasiaplikasi seperti Go-jek dan Grab tentunya tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Banyak sekali yang memanfaatkan aplikasi tersebut untuk kepentingan sehari-hari. Bahkan fakta yang mengejutkan ternyata Grab dan Garuda Indonesia telah bekerja sama semenjak 2017 guna berikan nilai tambah bagi para pelanggan (sumber: situs Garuda Indonesia).

Semua ini semakin mendorong masyarakat untuk selalu menggunakan aplikasi dalam jaringan (daring) guna mempermudah kehidupan sehari-hari. Padahal persentase kesiapan masyarakat dalam menyikapi perkembangan iptek masih kurang. Cara jitu dalam menyikapi perkembangan iptek dengan munculnya berbagai aplikasi online adalah berpikirlah cerdas akan aplikasi tersebut,gunakan jika perlu.

Kita bisa melakukan suatu hal tanpa bergantung pada sebuah aplikasi. Karena dari sinilah masa depan Indonesia bisa dilihat mengingat semakin banyak munculnya aplikasi-aplikasi online seiring perkembangan iptek. Atau bisa saja tahun-tahun yang akan mendatang akan muncul lebih banyak aplikasi yang membuat manusia semakin memiliki rasa ketergantungan dan bisa jadi juga akan melupakan kebudayaan tradisional.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
2
Terinspirasi
2
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top