Sedang Membaca
Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial (3): Menjembatani keragaman dan menguatkan kemanusiaan
Musdah Mulia
Penulis Kolom

Ketua Yayasan Indonesian Conference on Religions for Peace

Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial (3): Menjembatani keragaman dan menguatkan kemanusiaan

Dakwah Sebagai Media Transformasi Sosial (2): Menghidupkan Nilai-nilai Moral, Meningkatkan Kualitas Spiritual

Saya yakin jika upaya reformulasi dakwah dilakukan sesuai dengan tawaran peningkatan kualitas unsur-unsur dakwah tadi, maka dakwah mampu menjembatani keragaman dan menguatkan kemanusiaan (bridging diversity and enriching humanity). Akhirnya, dakwah akan berhasil mengubah umat Islam menjadi umat terdepan dalam memajukan peradaban manusia dan menjaga perdamaian dunia.

Pengalaman panjang yang saya temukan dalam banyak dialog agama menyimpulkan, semua agama (baca penganut) memiliki musuh yang sama, yaitu ketidakadilan. Ketidakadilan mewujud dalam banyak bentuk, seperti korupsi, kesenjangan sosial, kemiskinan, pengangguran, sistem politik yang tiranik dan despotik yang membawa kepada kolonialisme dan imperialisme.

Ketidakadilan juga melahirkan pendewaan diri melalui perilaku konsumeristik, individualistik, dan hedonistik. Ketidakadilan mewujud dalam bentuk relasi tidak setara yang pada gilirannya melahirkan dominasi, diskriminasi, eksploitasi dan beragam kekerasan dan kebiadaban.

Karena itu, dakwah dalam semua agama hendaknya diarahkan untuk mengeliminasi musuh yang sama agar terwujud masyarakat bermoral dan berkeadaban, yaitu masyarakat yang mencintai keadilan. Untuk dapat mencintai keadilan, seseorang atau masyarakat harus memiliki spiritualitas yang kuat, dan ini diperoleh dengan berupaya menghidupkan nilai-nilai moral yang sudah ada dalam diri setiap manusia sebagai anugerah Tuhan.

Kesimpulannya, dakwah harus mampu menghidupkan nilai-nilai  moral agama yang esensinya adalah nilai-nilai universal kemanusiaan. Dengan menghidupkan nilai-nilai tersebut, akan terbangun relasi kemanusiaan yang hangat, akrab, intens dan bermakna, dimulai dari diri sendiri dalam keluarga. Dakwah harus berujung pada terwujudnya masyarakat yang damai dan bahagia,  dalam term Alqur’an disebut baldatun thayyibah wa Rabbun ghafur.

Baca juga:  Toleransi Beragama dalam Khazanah Tafsir Nusantara

Akhirnya, saya sangat ingin suatu saat nanti memberikan testimoni akan keberhasilan dakwah dalam mentransformasi masyarakat menjadi lebih baik, sebagaimana testimoni yang disampaikan oleh Jafar ibn Abu Thalib yang saya utarakan di awal tulisan ini. Semoga!

Baca juga:

Katalog Buku Alif.ID
Halaman: 1 2 3
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top