Sedang Membaca
Mengenang Gus Dur: Meneladani Pemikiran, Nilai, dan Melanjutkan Perjuangannya
Saiful Bari
Penulis Kolom

Penulis adalah alumnus Program Studi Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Juga, pernah nyantri di ponpes Al-Falah Silo, Jember. Kini, aktif sebagai peneliti The Al-Falah Institute Yogyakarta.

Mengenang Gus Dur: Meneladani Pemikiran, Nilai, dan Melanjutkan Perjuangannya

Tentang Siluet Negara Islam 2

Lebih dari satu dekade KH. Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur telah meninggalkan kita. Meskipun Gus Dur telah lama meninggalkan kita. Namun, bagi saya, serasa kemarin dan bahkan hari ini. Mengapa? Karena, Gus Dur adalah sosok yang mampu mengayomi semua aspirasi. Sehingga, tak ayal apabila sosok Gus Dur ini sulit dilupakan, terutama dalam hal pemikiran dan perjuangannya.

Harus diakui bahwa pemikiran dan perjuangan Gus Dur sangat besar bagi bangsa ini. Karena, meminjam bahasanya A. Muhaimin Iskandar (2010), sifatnya yang melampaui batas-batas agama, etnis, budaya dan bangsa. Maka, pemikiran dan perjuangannya merangkum gagasan-gagasan besar dari berbagai agama, tradisi, budaya dan peradaban manusia, sehingga ia bersifat memayungi semua aspirasi dan kepentingan kelompok masyarakat dari berbagai keyakinan.

Oleh karena itulah, sekali lagi, saya amat sulit melupakan sosok guru bangsa yang satu ini. Disadari atau tidak, sepeninggalnya dari dunia ini, amat jarang seseorang yang mau dan mampu mengayomi semua aspirasi dari masyarakat yang multi agama dan multi etnis. Jika pun ada, masih tak sebanding dengan Gus Dur dalam hal merajut kerukunan antarumat beragama.

Indonesia, sudah sangat kesulitan mencari pengganti Gus Dur namun, masih saja ada seseorang maupun sekelompok orang yang hendak merusak kerukunan umat beragama, dengan makin gencar mengkampanyekan khilafah dan menyebarluaskan paham radikal ekstrim. Padahal mereka tahu bahwa Indonesia adalah negara yang multikultural. Tak bisa diseragamkan dalam satu panji agama atau sekte tertentu.

Baca juga:  Politik Gus Dur, Yitzhak Rabin, dan Lobi Yahudi

Melihat fenomena ini, dari sekian banyak tokoh yang ada seharusnya dapat melakukan tindakan yang proaktif dan progresif terhadap mereka, bukan hanya sekadar menaruh empati terhadap tindakan mereka. Hemat saya, tokoh sekarang lebih banyak menaruh empati daripada hadir menemui kelompok radikal dan mengayomi mereka.

Tentu hal tersebut berbeda dengan Gus Dur, dalam pandangan saya, beliau akan merangkul mereka. Seperti halnya kelompok separatis di Papua yakni, Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kala itu, Gus Dur tidaklah langsung serta-merta membumihanguskan mereka, jika mau pasti amat bisa karena ketika itu masih menjadi orang nomor wahid di  Indonesia, namun Gus Dur bukan memukul mereka dengan segala kekuasaannya melainkan merangkul mereka. Inilah yang saya maksud tadi bahwa Indonesia membutuhkan sosok seperti Gus Dur. Atas dasar inilah, dalam rangka mengenang alm. Gus Dur maka mentradisikan pemikiran dan melanjutkan perjuangannya adalah suatu keniscayaan.

Menurut Muhaimin Iskandar (2010), paling tidak ada lima alasan mengapa pemikiran Gus Dur penting ditradisikan dan perjuangannya penting dilanjutkan, pertama, Gus Dur senantiasa mengembangkan pemikiran dan kesadaran bahwa agama diturunkan ke bumi ini adalah untuk kebaikan dan memudahkan kehidupan manusia beserta alam seisinya. Agama hadir bukan untuk memberi beban, menakut-nakuti atau menjadi ancaman bagi agama lain. Agama hadir untuk memudahkan tugas manusia sebagai khalifah di bumi dan mewujudkan kemaslahatan di antara mereka.

Baca juga:  Gus Dur, Sarwono, dan Laut Kita

Kedua, Gus Dur seringkali menyatakan Islam dan agama-agama yang ada hanya merupakan salah satu bagian saja dari kehidupan masyarakat bangsa, bukan faktor tunggal. Karena itu, posisi dan ajaran agama harus ditempatkan dalam fungsi komplementer bersama nilai-nilai, ideologi atau kelompok yang lain. Menempatkan dan memahami agama sebagai faktor tunggal dan yang paling menentukan hanya akan mendorong lahirnya pemikiran dan tindakan absurd yang bertentangan dengan inti ajaran agama itu sendiri.

Ketiga, Gus Dur juga sering berbicara soal hukum atau dimensi normatif agama. Namun bagi Gus Dur norma-norma agama akan berfungsi efektif jika ia bisa menjadi etika sosial yang menyatu dengan kesadaran masyarakat. Tanpa bisa menjadi etika sosial, norma-norma agama akan kehilangan dimensi moral dan etisnya, sehingga manifestasi keberagamaan menjadi sangat kaku dan hitam-putih.

Keempat, dalam berdakwah, Gus Dur senantiasa menyebarkan toleransi di internal dan di antara agama-agama itu sendiri. Juga, tidak pernah merasa paling benar (truth claim). Bagi Gus Dur, toleransi yang sesungguhnya tidak sekadar hidup berdampingan secara damai dalam suasana saling menghormati dan menghargai, tetapi juga adanya kesadaran dan kesediaan untuk menerima ajaran-ajaran luhur dari agama atau keyakinan berbeda. Dengan toleransi itulah, suasana damai dan dinamis bisa dijaga dan kemuliaan ajaran agama menampakkan wujudnya.

Baca juga:  Tasbih Fatimah Az-Zahra, Kritik Takbir Neno Warisman

Terakhir, dalam kehidupan politik, Gus Dur juga mendedikasikan hidupnya untuk mewujudkan demokrasi dan tegaknya hak asasi manusia secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat bangsa. Bagi Gus Dur, demokrasi merupakan manifestasi terbaik dari nilai-nilai luhur agama. Dan dalam sistem demokrasi dimungkinkan umat dari berbagai agama, kepercayaan dan suku bisa bersatu untuk mewujudkan tujuan nasionalnya, serta terlindunginya hak-hak asasi manusia.

Itulah beberapa sari dari pemikiran Gus Dur yang telah diperas oleh Cak Imin. Berangkat dari pandangan tersebut pada gilirannya dapat membuka cakrawala kita tentang pentingnya menjaga kerukunan umat beragama. Karena, menjaga keharmonisan antarumat beragama adalah berbanding lurus dengan merawat dan menjaga keutuhan NKRI. Ini artinya, merawat kerukunan umat beragama merupakan suatu perkara yang tidak akan sia-sia.

Akhirnya, di bulan Desember (oleh beberapa kalangan, disebut juga sebagai bulan Gus Dur), semoga kita mampu meneladani pemikiran, nilai, dan melanjutkan perjuangan Gus Dur. Semoga.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top