Sedang Membaca
Sabilus Salikin (92): Tarekat Khalwatiyah
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (92): Tarekat Khalwatiyah

Khalwatiyah diambil dari kata “khalwat”, yang artinya menyendiri untuk merenung. Diambilnya nama ini dikarenakan seringnya Syaikh Muhammad bin Nur al-Khalwati, pendiri Tarekat Khalwatiyah, melakukan khalwat di tempat-tempat sepi. Tarekat Khalwatiyah merupakan cabang dari al-Suhrawardiyah, yang didirikan oleh Syaikh Syihabuddin Abi Hafs Umar al-Suhrawardi al-Baghdadi (539-632 H).

Tarekat Khalwatiyah berkembang secara luas di Mesir. Ia dibawa oleh Musthafa al-Bakri (lengkapnya Musthafa bin Kamaluddin bin Ali al-Bakri al-Shiddiqi), seorang sufi asal Damaskus, Syiria. Ia mengambil Tarekat tersebut dari gurunya yang bernama Syaikh Abdul Latif bin Syaikh Husamuddin al-Halabi.

Karena pesatnya perkembangan Tarekat ini di Mesir, tak heran jika Musthafa al-Bakri dianggap sebagai pemikir Khalwatiyah oleh para pengikutnya. Karena selain aktif menyebarkan ajaran Khalwatiyah ia juga banyak melahirkan karya sastra sufistik. Di antara karyanya yang paling terkenal adalah Tasliyat al-Ahzan (Pelipur Duka).

Musthafa al-Bakri sejak kecil dikenal sebagai seorang zahid yang cerdas. Menurut salah satu bukunya, al-Bakri menceritakan, bahwa dirinya pernah mengalami hidup sebatang kara. Pada waktu kecil, tepatnya ketika berumur dua tahun, ayah dan ibunya sempat bercerai.

Ia kemudian tinggal bersama ayahnya setelah ibunya kawin lagi dengan lelaki lain. al-Bakri juga menyatakan, secara geneologis, ayahnya masih memiliki nasab sampai kepada Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq RA. Sedangkan dari sisi ibunya, nasabnya sampai cucu Rasulullah SAW. al-Husein, putRA Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Hidup al-Bakri suka sekali berkeliling, terutama ke negeri-negeri yang ada di kawasan Timur Tengah. Hal itu dilakukannya tak lain guna menambah wawasan dan pengetahuan, dan belajar pada guru-guru yang dianggapnya memiliki ilmu tinggi. Dari Damaskus, kampung halamannya, ia pergi ke kota Quds di Palestina, kemudian ke Tripoli (Libanon Utara), ke kota Akka dan kemudian singgah di kota Sidon atau Shaida.

Baca juga:  Gus Dur Kecil, Membaca dan Bermain

Setelah menikah dengan sepupunya tahun 1141 H., ia melanjutnya perjalanannya ke Makkah al-MukarRamah sambil menunaikan ibadah haji. Di sana, ia banyak melakukan kontemplasi untuk memperdalam pengalaman batinnya.

Setelah tinggal beberapa lama di Makkah, ia melanjutkan perjalannya ke Mesir. Kemudian kembali ke Quds dan Irak (Baghdad dan Basrah). Tak lama, ia kembali pergi ke Makkah untuk berhaji yang terakhir kalinya. Tahun 1161 H., ia pergi ke Mesir dan menetap di sana hingga akhir hayatnya (1162 H).

Di Mesir inilah, ia banyak berdakwah melalui Tarekat Khalwatiyah yang diambil dari gurunya, Syaikh Abdul Latif bin Husamuddin al-Halabi. Tarekat Khalwatiyah nampaknya telah banyak memberi pengaruh pada pemikIran maupun amaliyah al-Bakri sehari-hari. Sehingga dari sekitar 200 karya al-Bakri, sebagian di antaranya banyak berupa amaliyah praktis.

Tarekat khalwatiyah dinisbahkan kepada Syaikh Muhammad bin Nur al-Khalwati yang dikembangkan oleh keponakannya yang bernama Syaikh Sirajuddin Umar al-Khalwatiy (w. 730 H). Keduanya diberi julukan Khalwatiy karena keduanya selalu berkhalwat dan keduanya juga diberi  pelajaran tentang tujuh Asmâul Husnâ dalam tujuh tahapan khalwat dari syaikh Ibrahim al-Kailani dari Syaikh Jamal ad-Din al-Thibrizi Iran (w. 640 H.) dari  Syaikh Syihabuddin Muhammad al-ZiRAzi (w. 629 H.) dari Ruknuddin Muhammad bin Fadhal al-Zanzani (w. 615 H.) dari Qudbuddin Muhammad bin Ahmad al-Abhari (w. 590 H.) dari Abi Najib Diya’uddin al-Syuhrawardi (w. 563 H.).

Baca juga:  At-Turjuman minal Lughah: Leksikografi Arab-Melayu-Jawa Karangan Syaikh Abu Bakar Tuban (1885)

Pelajaran tujuh tahapan khalwat tersebut berfungsi untuk menjadi tali pengendali nafsu yang juga berjumlah tujuh yaitu :

  1. لا اله الا الله : untuk nafsu ammarah,
  2. الله : untuk nafsu awwamah
  3. هو : untuk nafsu muthmainnah
  4. حي : untuk nafsu râdhiah
  5. قيوم : untuk nafsu mardhiyah
  6. حق : untuk nafsu mulhimah
  7. قهار : untuk nafsu kamilah, (Adhwâ’ ‘ala al-Tarekat al-Rahmaniyah al-Khalwatiyah, halaman: 17)

Sejarah Perkembangan

Tarekat Khalwatiyah pada awalnya mengakar kuat di Iran pada abad ke 9 H. Pemimpin yang paling terkenal pada saat itu adalah Syaikh Saifuddîn al-Khalwatiy (w.884 H./1381 M.) dan Syaikh Zhahiruddîn al-Khalwatiy (w.900 H./1397 M).

Penyebaran keluar wilayah Iran berada di bawah pimpinan syaikh Shadruddin al-Khayawi (w. 832 H.), beliau mengambil tarekat dari Syaikh Izzuddîn al-Syarwani (w.815 H./1312 M.) dari Syaikh Muhammad Birom al-Khalwatiy (780 H./1277 M.) dari Umar al-Khalwati (w. 730 H), kemudian pekembangannya bertambah luas di bawah pimpinan murid Syaikh Shadruddîn yaitu Syaikh Yahya Jalâluddîn bin Sayyid Bahâ’uddîn al-Syarwani al-Bakwi (w. 879 H).

Beliau terkenal dengan Mujaddid Tarekat Khalwatiyah secara amaliyah, seiring dengan berkembangnya tarekat yang dipimpin Syaikh Yahya Jalâluddîn bin Sayyid Bahâ’uddîn al-Syarwani al-Bakwi muncullah cabang dari tarekat Khalwatiyah sampai tarekat ini memiliki 23 cabang yaitu;

  1. Jamâliyah, yang didirikan oleh Jamâluddîn al-Aqshari(w. 893 H./1485 M.)
  2. Sunbuliyah, yang didirikan oleh Yusuf Sunbul Sanan(w. 936 H./1529 M.)
  3. Ahmadiyah, yang didirikan oleh Ahmad Syamsuddîn al-Bakhtiyasyi(w. 939 H./1433 M.)
  4. Sya’baniyah, yang didirikan oleh Sya’ban Wali(w. 975 H./1568 M.)
  5. Sananiyah, yang didirikan oleh Ibrahim Umi Sanan(w. 976 H./1569 M.)
  6. Isyaqiyah, yang didirikan oleh Husnî Hisamuddîn Isyaqi(w. 1001 H./1593 M.)
  7. Syamsiyah, yang didirikan oleh Syamsuddîn Siwasi(w. 1010 H./1602 M.)
  8. Jalwatiyah, yang didirikan oleh ‘Aziz Mahmûd Khadiri Hada’i(w. 1037 H./1628 M.)
  9. Qurabasyiyah, yang didirikan oleh ‘Alî Ala’uddîn Qarbasy Wali(w. 1096 H./1685 M.)
  10. Mishriyah, yang didirikan oleh Syaikh Nawazi Mishri(w. 1104 H./1693 M.)
  11. Damardasyiyah, yang didirikan oleh Muhammad Damardasy(w. 930 H./1526 M.)
  12. Kalsyaniyah, yang didirikan oleh Ibrahim Kalsyan(w. 940 H./1534 M.)
  13. Ashaliyah, yang didirikan oleh Ahmad bin ‘Ali al-Harîri al-Ashâli (w. 1050 H./1639 M.)
  14. Bahsyiyah, yang didirikan oleh Muhammad al-Bahsyi al-Halbi(w. 1098 H./1687 M.)
  15. Nâshihiyah, yang didirikan oleh Muhammad al-Nâshihi(w. 1124 H./1718 M.)
  16. Jarâhiyah, yang didirikan oleh Nuruddîn Muhammad al-Jarahi(w. 1127 H./1721 M.)
  17. Jamâliyah, yang didirikan oleh Muhammad Jamâluddîn ‘Isyâqi(w. 1157 H./1751 M.)
  18. Raûfiyah, yang didirikan oleh Ahmad RAûf(w. 1163 H./1757 M.)
  19. Shalâhiyah, yang didirikan oleh ‘Abdullâh Shalâhuddîn ‘Isyâqi(w. 1198 H./1784 M.)
  20. Ibrâhîmiyah, yang didirikan oleh Ibrâhîm al-Khalwati(w. 1265 H./1849 M.)
  21. Saiza’iyah, yang didirikan oleh Hasan Saiza’i(w. 1144 H./1738 M.) Cabang dari Kalsyaniyah
  22. Zahruwiyah, yang didirikan oleh Ahmad Zahr(w. 1150 H./1744 M.) Cabang dari Sananiyah
  23. Hayâtiyah, yang didirikan oleh Muhammad al-Hayati(w. 1172 H./1766 M.), (Adhwâ’ ‘ala al-Tarekat al-Rahmaniyah al-Khalwatiyah, halaman: 18-22).
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
4
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top