Sedang Membaca
Sabilus Salikin (19): Pengertian Sufi dan Tasawuf
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Sabilus Salikin (19): Pengertian Sufi dan Tasawuf

Sabilus Salikin (19): Pengertian Sufi dan Tasawuf

Ngaji kitab Sabilus Salikin yang disusun oleh pengasuh Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, Sholeh Bahruddin beserta para santri, telah memasuki Bab II yaitu tentang Sufi dan Tasawuf.  Sufi dan tasawuf dimaknai secara berbeda oleh banyak ulama. Terdapat hampir 90 ulama yang memaknainya di dalam kitab Tahdzib al-Asrar fi Ushul al-Tasawwuf, namun untuk edisi ke-19 ini akan dituliskan 45 ulama dulu, dan bersambung di edisi ke-20.


Para ‘Ulama‘ memberikan pengertian berbeda-beda atas makna sufi dan tasawuf. Rasûlullah SAW bersabda;

مَنْ سَمِعَ صَوْتَ اَهْلِ الصُّوْفِ يَدْعُوْنَ فَلَمْ يُؤْمِنْ عَلَى دُعَائِهِمْ كُتِبَ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

Barangsiapa mendengar suara ahli tasawuf yang sedang berdo’a dan dia tidak mengucapkan amin atas do’anya maka dia termasuk golongan orang yang lalai, (Tahdzîb al-Asrâr fî Ushûl al-Tasawuf, halaman: 11).

Berikut ini pendapat para ‘ulama‘ sufi tentang pengertian sufi dan tasawuf yang dijelaskan dalam kitab Tahdzîb al-Asrâr fî Ushûl al-Tasawuf, halaman: 11-22;

  1. Ibrâhîm bin Adham, tasawuf adalah luhurnya sebuah tujuan yang dicita-citakan setiap umat agar terhindar dari tergelincirnya langkah dan melakukan Zuhud (Mencegah) dari apa-apa yang dihalalkan oleh Allâh SWT, bukan dari sesuatu yang di haramkan Allâh SWT
  2. Sarri as-Saqathi, sufi adalah seseorang yang tidak pernah padam dari cahaya ma‘rifat Allâh SWT sebab cahaya sifat wira’i dirinya, orang yang tidak berbicara dengan bathin ilmu yang bisa merusak dhahirnya ilmu, orang yang tidak tertarik dengan kemuliaan yang bisa merusak batas-batas aturan.
  3. Dzunnun al-Mishri, ketika di tanya apakah tasawuf itu lafadz yang musytaq atau julukan? beliau berkata; tasawuf adalah menutupi dan menyimpan amal yang bisa menyebabkan riya’.
  4. Syaikh Imam al-Junaidî, tasawuf adalah;
    1. Meninggalkan ikhtiyar.
    2. Menjauhi sesuatu yang tidak pantas.
    3. Seseorang yang mempunyai 8 sifat yaitu sakha’ (dermawan), sabar, ridha, isyarah, ghurbah (menyendiri), berpakaian sufi, siyâhah (perjalanan ruhani), dan merasa fakir.

al-Junaidî juga menjelaskan bahwa orang sufi memiliki tiga sifat, yakni:

  • Bagaikan bumi, yang semua orang menempatinya baik orang yang taat atau orang tidak taat.
  • Bagaikan mendung yang menaungi siapa saja.
  • Bagaikan hujan yang menyirami orang taat dan yang tidak taat.
  1. Abû Ja’far al-Naisâburî, sufi adalah seseorang yang perilaku dan perbuatannya suka memaafkan (pemaaf), mengajak untuk berbuat kebaikan (amar ma‘ruf), dan menjauhi dari sifat-sifat bodoh.
  2. Abû ‘Utsman al-Hairi, siapakah orang sufi itu? Beliau berkata;
    1. Orang-orang mu‘min yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allâh… (QS. al-Ahzab: 23)
    2. Orang yang tidak membanggakan amalnya, karena orang yang membanggakan amalnya berarti meremehkan nikmat Tuhannya.
  3. Abu Yazid al-Busthami, tasawuf adalah membuang nafsu dalam Abu Yazid al-Busthami, tasawuf adalah membuang nafsu dalam ibadah, menyandarkan hati pada sifat ketuhanan, berperilaku dengan akhlak yang luhur dan melihat Allâh SWT secara utuh. Tasawuf juga dapat ditinjau dari tiga sisi;
    1. Syari‘at: membersihkan hati dari kotoRAn dan berperilaku baik pada sesama makhluk dan mengikuti Rasul pada semua syari‘atnya
    2. Haqiqat: tidak ada kejelekan, tidak ada kehidupan, tidak ada keburukan, terbebas dari menghamba kepada syahwat (nafsu), keluar dari syubhat, melebur sifat-sifat kemanusiaan, meninggalkan semua yang dicintai dan cukup dengan Allâh
    3. al-Haq: Allâh al-Haq memilih Sufi karena sifatnya yang bersih, sehingga dikatakan golongan yang bersih.
  4. Sahal bin Abdullah, Sufi adalah; orang yang darahnya selalu dialirkan, miliknya selalu dimubahkan, tidak melihat sesuatu kecuali dari Allâh, mensucikan Allâh pada semua ciptaan-Nya. Dan tasawuf adalah; Menghindari perselisihan, meRasa tenang terhadap Allâh SWT, berlindung kepada Allâh SWT, dan menjauhi makhluk.
  5. Abû Husain al-Nûri, tasawuf ialah meninggalkan semua bagian nafsu, bisa menguasai waktu. Dan orang Sufi adalah; mereka yang meRasa tenang ketika tidak ada, dan mengalah ketika ada, mereka yang meninggalkan kepentingan nafsu dan memilih kepentingan Allâh SWT, serta mereka yang menemukan dan memahami keberadaannya.
  6. Jâbir bin Dâwud, tasawuf ialah mengharapkan Allâh yang Haq pada makhluk tanpa perantara makhluk.
  7. Muhammad bin Alî al-Tirmidzî, orang Sufi ialah orang yang tujuan dan cita-cita utamanya adalah Allâh yang H
  8. Abûl Abbâs bin Masrûq, orang yang berpura-pura tasawuf akan di siksa dengan siksa yang tidak pernah diberikan kepada seorang makhluk di alam ini, sedangkan orang yang ber-tasawuf dengan sungguh-sungguh akan diberi kenikmatan yang tidak pernah diberikan kepada seorang makhluk di alam ini.
  9. Muznî al-Kabîr, tasawuf adalah berbudi pakerti dan mengosongkan tangan dari beberapa harta dan membersihkan jiwa dari berangan-angan serta menjaga Allâh yang Haq pada setiap keadaan.
  10. al-Wâlîd bin Qâsim, tasawuf adalah menjaga gerak-gerik sifat dari mengikuti jejak syahwat (hawa nasfu) dan bersegera memilih Allâh yang Haq dalam segala keinginanya.
  11. Abû Husain bin Hindun, Tasawuf adalah memurnikan cinta.
  12. al-Kattânî, Tasawuf berarti bersih dan menyaksikan, Tasawuf juga berarti budi pekerti, seseorang yang tambah Tasawuf-nya berarti bertambah pula akhlaknya. Orang Sufi ialah orang yang ta‘at dan ketika beribadah dianggap masih melakukan kesalahan dan membutuhkan banyak istighfar.
  13. Abû Ali al-Rudzbârî, Tasawuf adalah;
    1. Membersihkan budi pekerti dari kotoRAn seorang hamba
    2. Nama untuk orang-orang yang dipercaya oleh Allâh dan orang-orang yang dicintai oleh Allâh
    3. Menetap atau mendiami pada pintu Allâh sekalipun ditolak
    4. Membatasi kebebasan, dan
Baca juga:  Ajaran Sufisme Jawa dalam Kitab Serat Wirid Hidayat Jati

Abû Ali al-Rudzbârî juga berkata, bahwa Sufi ialah barangsiapa yang melepas setiap geRAkan dengan berfikir dan tunduk pada jalur takdir serta tidak memperoleh teman kecuali secukupnya.

  1. Husain bin Mansyûr, Sufi adalah;
    1. Seseorang yang tidak bisa menerima orang lain dan tidak diterima orang lain
    2. Seseorang yang mempunyai sifat dari Allâh SWT
    3. Orang yang mempunyai sifat seperti yang di Isyarahkan oleh Allâh SWT di dalam Alquran;
  2. as-Syiblî, Sufi adalah;
    1. Orang yang selalu menepati janji-janji Allâh SWT
    2. Orang yang tidak memandang di dunia dan akhirat bersama dengan selain Allâh SWT
    3. Orang yang memutuskan hubungan yang tidak bisa menjadi lantaran kepada Allâh SWT seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa yang memutskan hubungannya dengan kaumnya sehingga melakukan khâlwat (menyendiri)
    4. Orang yang tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu
    5. Bagaikan anak kecil yang berada dipangkuan Allâh SWT (dalam kekuasaan) yang Haq

Imam as-Syiblî juga mengatakan bahwa Tasawuf adalah membatasi gerakanmu dan menjaga setiap nafasmu, serta terjaga dari memperhatikan alam semesta (perhatiannya hanya kepada dunia)

  1. Ruwaim, Tasawuf adalah;
    1. Permulaan menggunakan ruh jika mampu, jika tidak mampu jangan sekali-kali sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna
    2. Meninggalkan keutamaan diantara dua hal dan melakukan segala amal kebaikan. Imam Ruwaim juga berkata, Sufi ialah melakukan segala amal kebaikan.
  1. ‘Amr bin ‘Utsmân al-Makki, orang Sufi adalah orang yang menggunakan keutamaan waktu yang ada.
  2. Abûl ‘Abbâs bin ‘Atha’;
    1. Orang Sufi adalah orang yang jiwanya bersih dari kotoRAn dan sifat-sifat indRawi
    2. Keutamaan orang Sufi adalah mengalahkan seluruh manusia dengan kepasrahannya
    3. Permulaan Tasawuf adalah sâlik berdiri di depan Allâh yang Haq sepertihalnya mayit bearada ditangan orang yang sedang memandikannya, mayit tetap dalam kekuasaan orang yang memandikan dan tidak ada pilihan lain bagi mayit tersebut.
  3. Abbas al-Jarîrî, Sufi adalah tidak menghiRAukan terhadap kenikmatan yang dianggap baik dan cobaan yang dianggap jelek. Sedangkan Tasawuf adalah;
    1. Memperhatikan keadaan hati dan tetap teguh pada akhlak/etika
    2. Manusia yang paling utama ketika menyibukkan dirinya dengan memanfaatkan semua waktu yang ada.
  4. Qays bin Abdul Azîz, Tasawuf adalah sabar terhadap rekayasa nafsu dan menghindari sesuatu yang dianggap jinak.
  5. Ahmad RAjâ’ al-Makkî, orang Sufi adalah orang yang cara makannya seperti orang yang sakit dan tidurnya seperti orang yang tenggelam, sedangkan Tasawuf ialah tunduk kepada Allâh yang H
  6. Yahya al-‘Alawî, Tasawuf adalah menetapi (menguatkan) sirrî sampai tidak tersisa (habis)
  7. Abû ‘Abdillah al-QuRAsyî, Tasawuf adalah mengawali dengan menghilangkan sifat-sifat insaniyah (manusiawi) dan diakhiri dengan mengikat sifat-sifat ubudiyah (menghamba).
  8. Abûl Hadîd, Tasawuf adalah Allâh memuliakanmu di keRajaan-Nya seperti Allâh memuliakan selainmu dikeRajaan-Nya. (tidak meRasa lebih mulia dari orang lain/tawaddhu‘).
  9. Abû Khashîb, Tasawuf adalah budi pekerti yang tidak sepatutnya digunakan kecuali untuk taat kepada Allâh SWT
  10. Fâris al-Baghdâdî, perilaku Sufi ada 3, antara lain; sadar dan mengambil ‘ibâRAt, malu dan memohon ampun, serta menerima teguRAn dan menerima alasan.
  11. al-Nashîbî, Sufi adalah orang yang tidak mengenal lelah untuk mencari Allâh SWT dan tidak menggelisahkan sebab.
  12. al-Nabâjî, Tasawuf adalah mensucikan Rahasia dari kotoRAn dengan berpaling pada selain Allâh yang H
  13. Abû Turâb al-Nakhsyabî, Sufi adalah;
    1. Orang yang tidak mengotori segala sesuatu melainkan membersihkan segala sesuatu
    2. Orang yang bersih karena Allâh SWT
  14. Samnûn al-Muhibbi, Tasawuf adalah;
    1. Masuk dalam segala budi pekerti yang baik dan keluar dari segala budi pekerti yang jelek
    2. Mengirimkan jiwa dalam hukum Allâh SWT
  15. Abû Muhammad al-Murta‘isyu, Sufi adalah tidak sebaiknya mendahulukan jejak cita-citanya (hawa nafsu)
  16. Abû Zayd al-Warâq, Tasawuf adalah sebagaimana firman Allâh SWT “Orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allâh. Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)” (Q.S. al-Ahzab: 23)
Baca juga:  Tesis Kemunduran dan Kemandekan Islam

…رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلاً ﴿الأحزاب: ٢٣﴾

Dan sifat mereka adalah sebagaimana firman Allâh SWT “….mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong”, (Q.S. Ibrahîm: 43)

…لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ ﴿الأحزاب: 34﴾

  1. Ibrâhîm al-Khawâsh, Tasawuf adalah meninggalkan beban dan mengerjakan uasaha sampai tampak indah (berhasil dengan baik)
  2. Abû Sa‘îd al-Hasan bin Yasâr al-Bashri, Tasawuf adalah senang dalam beribadah, mengeRAhkan kesunguh-sungguhan dan meninggalkan kesibukan perkara yang tidak ada gunanya.
  3. Abû Sulaimân al-Dârâni, Tasawuf adalah pekerjaannya itu hanya Allâh yang mengetahui, serta bersama Allâh dan hanya Allâh yang mengetahui.
  4. Abû Ya‘qub al-NahRAjûriketika ditanya perihal Tasawuf, beliau berkata; mereka yang mengadu itu termasuk umat yang tertinggal, dan Tasawuf itu adalah membawa hati dengan menitipkan kehadiRAn kepada Allâh SWT sehingga Allâh SWT bercakap-cakap dengan hatinya.
  5. Abûl Hasan al-Sanjâri, Sufi adalah orang yang berpuasa dan shalat dengan menetapi ataupun berpaling, baik berzuhud dan menyepi sendiri, baik cepat dan pelan.
  6. al-Hasan bin Ahmad al-Masûhi, Tasawuf adalah memutus sesuatu yang mengantungkan kepadanya, mengambil dengan kebenaran, berbicara dengan lembut dan putus asa dari makhluk.
  7. Abû ‘Alî al-Makkî, Tasawuf adalah tiga nama/sifat yang terkumpul yaitu; penetapan, keikhlasan dan kebinasaan, penetapan yang dimaksud alah bersama Allâh SWT, dan keikhlasan itu dari sifat kemanusiaan dan kebinasaan dari Akhlak.
  8. Mimsyâd al-Dainûri, Tasawuf adalah;
    1. Kejernihan Rahasia dan amal (perbuatan) karena untuk mencari ridha Allâh al-Jabbar, dan persahabatan dengan manusia tanpa usaha (mencari)
    2. Kecukupan, sedikit mengetahui manusia, dan meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya.
  9. Abû ‘Ali al-Hasan al-Asfihâni, Sufi adalah orang yang memakai pakaian kain wool (bulu domba) yang bersih, orang yang memakan hawa nafsu dengan Rasa pahit, orang yang membuang dunia dibelakang tengkuk, dan mengikuti jejak Nabi SAW
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
1
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Scroll To Top