Sedang Membaca
Penciptaan Alam dalam Manuskrip Sunan Kudus
Nur Ahmad
Penulis Kolom

Alumus Master’s Vrije Universiteit Amsterdam dan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Walisongo, Semarang.

Penciptaan Alam dalam Manuskrip Sunan Kudus

Ini merupakan teks lain yang dikandung manuskrip Or. 3050. Sebelumnya kita telah membahas teks tentang ajaran akidah yang disebut diajarkan Sunan Kudus. Akidah Islam adalah Allah Esa. Semua makhluk berasal dari-Nya. Sifat utama-Nya adalah Rahman dan Rahim. Teks kali ini menerangkan ajaran Sunan Kudus mengenai penciptaan alam.

Bismillahirrahmanirrahim

Punika reke kang papastena susuhunan ing kudus

 

Di dalam Asma Allah Yang Maha Kasih dan Sayang

Ini adalah pengajaran yang ditetapkan Sunan Kudus

Demikian awal teks yang tertera pada halaman delapan itu. Ia menjaga tradisi bahwa hendaklah setiap kebaikan diawali dengan satu kesadaran. Ia terwujud semata-mata atas karunia dan bantuan Allah. Ia dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Allah.

 

Saderenging ngalam kawisesa

Lawan tan kawisesa

 

Sebelum alam ini dicipta

belum ada sesuatu pun

Ajaran ini menegaskan bahwa alam diciptakan dari ketiadaan, bahasa filsafatnya creatio ex-nihilo. Artinya alam bersifat baru (hadits). Ini memang tradisi penafsiran utama ajaran penciptaan dalam Islam, meskipun ada beberapa filsuf muslim yang mengatakan bahwa manifestasi alam ini adalah ilmu Allah yang abadi tentang Diri-Nya, seperti Ibnu Sina. Aspek yang sangat dikritisi dari filsafat Ibnu Sina. Sesuatu yang juga diajarkan dalam halaman selanjutnya:

Pan wisesanira saddaya purba qadim

Karana dadineng kabeh hiki wus pati lah ing kawuruh ing kaharsaning pangeran

 

Penciptaan kalian semua adalah azali qadim

Karena seluruh penciptaan ini telah pasti dalam ilmu (dan) kehendak Tuhan

Penciptaan dimaksud adalah penciptaan dari sisi Allah. Tidak boleh pada-Nya dikenakan hukum waktu dan tempat. Sebagaimana sifat kehendak dan ilmu-Nya yang azali, maka sifat penciptaan ini juga azali. Pada sisi-Nya, ini terjadi sekali saja. Tentu saja bagi manusia, penciptaan nampak terjadi pada kurun ruang dan waktu. Keduanya berbeda. Apa yang dilihat manusia ada di alam kecil. Sedangkan penciptaan yang azali itu terjadi di alam agung.

Saddaya amangka umisesa ingalam kabir

Semuanya tercipta di alam kabir

 

Apakah alam kabir itu?

Ngalam iki ing nganaken ing waktune dadi

Alam itu adalah alam “di waktu” penciptaan

Tentu saja waktu di sini adalah bahasa untuk memudahkan kita, manusia, memahami. Karena Tuhan tidak masuk dalam dimensi waktu yang kita kenali. Dari sini asma dan sifat Allah harus dipahami dengan realisasinya.

Baca juga:  Kiai Sahal, Mendayung di antara Liberalisme dan Fundamentalisme (1)

Mapan sipating pengeran alimul ma’lum, khaliqul makhluq, qadirul maqdur, qahirul maqhur

 

Kukuhlah sifat Tuhan: Yang Maha Mengetahui tentang segala yang diketahui, Yang Maha Mencipta makhluk, Yang Maha Kuasa segala yang ditetapkan, Yang Maha Menundukkan atas segala yang ditundukkan.

Allah Maha Mengetahui. Mengetahui apa? Pengetahuan-Nya tentu tidak sama dengan pengetahuan makhluk. Makhluk membutuhkan sebab, sumber informasi, untuk tahu.

Allah tidak membutuhkan sumber pengetahuan apapun. Allah mengetahui sekali cerapan atas segala hal yang nantinya mewujud di alam dunia ini. Oleh sebab itu, pengetahuan-Nya azali, begitu pula penyingkapan atas yang diketahui-Nya.

Wallahu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top