Sedang Membaca
Khutbah Jumat: Ciri-ciri Muttaqin
Noor Sholeh
Penulis Kolom

Penulis pernah mengajar di SMKN 2 Jepara, dan mengabdi di Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Kabupaten Jepara. Pernah juga diamanahi menjadi Ketua MWC NU Kota Jepara. Kolom Khutbah Jumat adalah kumpulan naskah-naskah yang pernah disampaikan oleh almarhum dalam mimbar Jumat. Naskah itu kini diketik ulang supaya bermanfaat dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Lahu-alfaatihah..

Khutbah Jumat: Ciri-ciri Muttaqin

Hadirin Rokhimakumullah

Di dunia ini, ada satu golongan umat manusia yang dicintai Allah Swt, golongan yang akan dimudahkan jalan kehidupannya di dunia, dan akan diberi kebahagiaan di akhirat. Bahkan golongan ini akan diberi jalan keluar dari berbagai macam kesulitan hidup, dan diberi rizki yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Golongan ini adalah golongan muttaqin, yaitu: golongan orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Swt.

Allah Swt berfirman di dalam QS. Ath-Thalaq ayat 2-3

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا

 “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”

Kaum muslimin yang berbahagia

Setiap manusia pasti akan mengalami kesulitan hidup, apakah tingkat kesulitannya berat atau ringan, baik itu dalam rumah tangga, pekerjaan, ekonomi, pergaulan, dan lain sebagainya.

Nah, bagi orang yang bertaqwa sungguh-sungguh, pasti akan diberi jalan keluar untuk menyelesaikan kesulitan-Nya, minimal bisa mengurangi kesulitan yang dideritanya dan dialaminya.

Kaum muslimin yang berbahagia

Sebetulnya banyak sekali ciri-ciri taqwa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an, bahkan tidak kurang dari 100 macam kata, yang menerangkan ciri dan sifat muttaqin itu, di antaranya:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ

Baca juga:  Adakah Pakem Arsitektur Masjid dalam Islam

 “Yaitu, orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit”

Apabila ada orang yang kaya raya, menginfakkan hartanya dengan jumlah yang banyak itu bukan sesuatu yang aneh, namun apabila yang menginfakkan itu orang yang untuk kebutuhan setiap harinya saja masih kurang dan tidak cukup, tapi bisa menyisihkan harta yang sedikit itu untuk infak, maka sudah sepantasnyalah apabila Allah memberikan gelar muttaqin.

Harta atau rizki adalah sesuatu yang dicari oleh setiap manusia, untuk mendapatkan rizki itu manusia berusaha dengan segala cara, dan terkadang cara itu melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh syariat agama Islam.

Nah, setelah harta itu diperoleh dan terkumpul, maka keputusan terakhir ada dua, yaitu: kita yang meninggalkan harta atau harta yang meninggalkan kita.

Adalah suatu kenyataan bahwa, apabila harta atau kekayaan kita yang awet, tentu tubuh jasmaniyah kita yang tidak awet, semakin lama tubuh kita semakin berkeriput, tua, tidak berdaya, akhirnya ajalpun tiba, kemudian diantarkan ke kuburan oleh harta, keluarga, sanak kerabat dan amalnya.

Walaupun yang mengantarkan ada tiga macam, namun yang setia menemani di alam kubur sampai ke akhirat hanya satu, yaitu: amal kita sendiri, sedangkan dua yang lainnya tidak mau menemaninya. Yaitu, harta dan keluarganya.

Baca juga:  Memagari Masjid

Harta dan keluarga yang sangat dicintainya ketika hidup, ternyata tidak mau mendampinginya di alam kubur, malah terkadang keluarga tersebut berebutan harta dan saling berkelahi, gara-gara royokan warisan, yang di alam kubur lupa dido’akan atau dihauli. Subhanallah, itulah watak manusia yang harus dilenyapkan di dalam diri.

Kemudian apabila kita yang awet, maka hartalah yang akan mendahului kita. Mungkin karena musibah bencana alam, atau mungkin ditipu orang atau berdagang tapi tidak menggunakan ilmu manajemen, akhirnya bangkrut atau banyak hutang, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, Islam menjelaskan, bahwa fungsi harta benda itu merupakan alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu: mencari ridho Allah Swt.

Ciri taqwa yang kedua, وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya”.

Setiap orang, umumnya mempunyai sifat marah, sifat ini biasanya timbul apabila seseorang menemukan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Mengenai amarah ini Rasulullah Muhammad Saw memberikan petunjuk cara menghilangkannya. Beliau Rasul mengatakan bahwa: marah itu pengaruh syetan, sedangkan syetan itu berasal dari api, api biasanya kalah dengan air.

Maka barang siapa yang marah ‘harus cepat berwudlu’, agar cepat hilang marahnya. Apabila kebetulan marah itu datang ketika berdiri, cepatlah duduk. Apabila sedang duduk, cepatlah berbaring. Dengan cara demikian, mudah-mudahan marah itu cepat hilang.

Baca juga:  Masjid Menara Kudus: Wajah Islam Nusantara nan Elok

Ciri taqwa yang ketiga, وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ

“Dan memaafkan kesalahan orang”.

Tidak akan disebut insan, kalau tidak pernah nisyan. Tidak akan disebut manusia kalau tidak pernah salah. Sebab, yang tidak pernah salah sama sekali hanya malaikat. Dan yang selalu salah adalah syetan. Allah Swt sangat pemaaf, manusia muttaqin hendaknya mencontoh dan meniru sifat Allah dalam hal memaafkan kesalahan orang lain.

Mengapa kita harus saling memaafkan, dan saling membebaskan dosa? Karena dosa yang tidak diminta maafnya di dunia, akan menjadi beban besuk di akhirat. Oleh karena itu, masalah maaf memaafkan jangan sampai disepelekan ketika hidup di dunia ini.

Semoga kita semua termasuk orang yang memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta terhindar dari siksa api neraka. Allahhumma Aamiin..

9 November 2007

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
1
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top