Sedang Membaca
Dialog al-Jubai dan Muridnya: Pengikut Muktazilah yang Percaya Ramalan
Muhammad Idris
Penulis Kolom

Peminat literatur Islam klasik dan studi pesantren

Dialog al-Jubai dan Muridnya: Pengikut Muktazilah yang Percaya Ramalan

Waktu dalam sejarah

Al-Muhsin bin Ali at-Tanukhi dalam karyanya berjudul Nisywar al-Muhadharah wa akhbar al-Muhadzakarah meriwayatkan sebuah kisah antara Ali al-Jubai dan Muridnya. Sebagaimana diketahui bersama, Ali Al-Jubai merupakan seorang teolog utama mazhab Muktazilah (w. 303 H). Nama lengkap pembesar Mazhab Muktazilah ini adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sallam al-Jubai, lebih akrab dengan sebutan Ali al-Jubai.

Telah diriwayatkan oleh para sahabatku bahwa Abu Muhammad Abdullah ibnu Abbas Ramahurmuzi seorang ahli kalam menceritakan kisahnya dengan gurunya, Ali Al-Jubai.

Begini kisahnya:

Suatu waktu aku hendak pamit “boyongan” dari belajar kepada Ali al-Juba’i ke kampung halamanku. Lalu aku sowan untuk izin sekaligus pamitan kepada beliau. Setelah saya utarakan maksud sowanku ini, guruku berkata:

Wahai Abu Muhammad! Janganlah kamu keluar melakukan perjalanan hari ini. Para ahli perbintangan (astrolog) mengabarkan bahwa siapa yang melakukan perjalanan pada hari ini maka dia akan tenggelam. Tunda dulu kepulanganmu sampai hari (?) dan tanggal sekian (?). Karena hari dan tanggal tersebut menurut para astrolog adalah hari yang baik.

Lalu aku berkata: wahai guruku, bagaimana engkau mempercayai kabar dari para astrolog? kok bisa?

Al-Jubai menjawab: Wahai Abu Muhammad, jika kamu sedang berada di tengah perjalanan lalu bertemu dengan orang yang mengabarkan bahwa di jalan yang akan kamu lewati ada binatang buas, bukankah langkah yang bijak dan tepat adalah wajib bagi kita untuk mendengarkan ucapannya untuk tidak mengambil jalan itu? Meskipun bisa saja orang itu berbohong?

Baca juga:  Kisah Guru Ngaji dan Mubalig Sakit Gigi

Aku menukas, “betul, guruku.”

Ali al-Juba’i melanjutkan perkataannya:

“Nah. Hal itu sama saja dengan keadaanmu sekarang. Bisa saja Allah memberlakukan ‘adat’ bahwa kejadian (tenggelam) itu bisa terjadi pada saat posisi bintang seperti ini. Oleh karena itu, yang lebih utama bagi kita adalah mengambil sesuatu yang kita yakini!”

Lalu sang penutur cerita memungkasi kisahnya: Kemudian saya menunda perjalanku mengikuti petunjuk guruku.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
2
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top