Sedang Membaca
Islam dan Toleransi Beragama
M. Azwan Anas
Penulis Kolom

Mahasiswa Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta.

Islam dan Toleransi Beragama

Islam di Indonesia dewasa ini mendapatkan cobaan dan ujian dalam menghargai perbedaan. Islam yang dikenal masyarakat luas dengan sikap yang ramah dan santun, kini berubah wajah menjadi seram dan menakutkan. Melihat aksi terorisme dan gerakan radikalisme yang membuat masyarakat semakin merasa takut dengan kehadiran wajah baru Islam Indonesia, meskipun hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja.

Perlu sebuah gerakan untuk mengharumkan kembali citra Islam dalam pandangan masyarakat. Tidak perlu gerakan besar untuk bisa merubah paradigma masyarakat luas. Cukup dengan kegiatan sederhana yang mencerminkan kepedulian sosial dengan sikap yang ramah untuk memperlihatkan bahwasannya Islam adalah agama kasih sayang. Agama yang memaknai perbedaan sebagai rahmat bukan untuk memecah belah umat.

Muhammad Milkhan dalam buku Beragama: Bertoleransi memberikan sebuah gambaran tentang sikap toleransi umat Islam di Amerika yang harus diteladani oleh muslim Indonesia untuk menghilangkan Islamophobia dikalangan masyarakat. Dalam buku ini Milkhan bercerita tentang Zamir Hasan, seorang aktivis sosial sekaligus pendiri Muslims Against Hunger, sebuah jaringan komunitas relawan yang telah berkembang di seluruh dunia guna membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan makanan tanpa memandang latar belakang ras, suku, dan agama. (Hal. 33)

Milkhan merasa takjub dengan komunitas relawan ini, yang mampu berdialog lintas iman melalui makanan. Sebuah dialog yang manjur dan efektif untuk memupuk toleransi antar umat manusia dan merupakan satu solusi bagi kaum muslim di Indonesia untuk kembali mempererat persaudaraan antar umat beragama. Komunitas ini harus segera hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia untuk  menunjukan bahwasanya Islam adalah rahmat seluruh semesta, serta Islam yang mengedepankan kemanusiaan daripada kepentingan golongan.

Baca juga:  Sejarah Gus Dur Muda di Kairo: Buku, Film hingga Politik

Selain itu, untuk memperkuat toleransi antarumat beragama, umat Islam Indonesia harus menyadari bahwa Indonesia adalah negara multikultural. Seperti yang dikatakan Bernard Adeney-Risakotta dalam buku Mengelola Keberagaman di Indonesia (2015) bahwa Kita harus menyadari realitas yang tidak terhindarkan pada masyarakat prulalistik kita. Suka atau tidak kita harus menghadapinya. Kita harus berdamai dan menyesuaikan diri dengan realitas dunia yang beragam tempat kita hidup.

Dengan menyadari kehidupan masyarakat yang terdiri dari pelbagai macam suku, ras, dan agama. Maka umat muslim harus memperbaiki keretakan dalam kerukunan antarumat beragama dengan berpedoman pada pancasila sebagai ideologi dalam bernegara. Serta memanifestasikan semboyan bangsa, Bhineka Tunggal Ika sebagai benteng pertahanan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dari pelbagai ancaman yang ingin merubah haluan negara yang pada akhirnya menciptakan perpecahan bangsa.

Sebagaimana ditegaskan Faisal Ismail dalam buku Islam Yang produktif (2017). Faisal menyatakan bahwa kerukunan antarumat beragama merupakan basis penting bagi kukuhnya kerukunan nasional. Kita yakin setiap agama tidak mengajarkan perseteruan, permusuhan, dan koflik. Setiap agama tentu mengajarkan perdamaian, toleransi, harmoni, dan kerukunan. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan platform ideal, kuat, dan mampu merukunkan antarumat beragama menuju kehidupan yang damai, toleran dan harmonis.

Umat Islam juga harus faham bahwasanya sikap toleransi antarumat beragama dalam Islam sudah dipraktikan sejak hijrahnya sahabat ke Abisinia atas saran dari Nabi Muhammad. Agama tidak pernah menjadi penghalang untuk saling tolong-menolong. Seperti yang dilakukan Raja Najasyi yang merupakan penganut agama kristen memberikan perlindungan yang baik kepada umat muslin dari tindakan diluar peri kemanusiaan yang dilakukan oleh Kafir Quraisy. Muhammad dan Raja Najasyi benar-benar telah memberi teladan bagi umat manusia tentang pentingnya dialog lintas iman demi menciptakan kedamaian dunia. (hal. 37)

Baca juga:  Meneroka Kejatuhan dan Hati karya S. Rukiah

Maka dari itu kita sebagai umat Islam Indonesia harus bisa memahami makna keberagaman dan toleransi untuk menjaga kerukunan antarumat beragama. Menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini, supaya mampu menghargai perbedaan dan menjaga persatuan. Serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk menjaga persaudaraan antar umat manusia. (RM)

 

Judul Buku : Beragama: Bertoleransi

Penulis : Muhammad Milkhan

Penerbit : Bilik Literasi

Tebal : 98 Halaman

Cetak : 2019

ISBN : 978-623-7258-18-6

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top