Sedang Membaca
Kliping Keagamaan (15): Kantata Takwa dan Santri
Bandung Mawardi
Penulis Kolom

Esais. Pegiat literasi di Kuncen Bilik Literasi, Karanganyar, Jawa Tengah

Kliping Keagamaan (15): Kantata Takwa dan Santri

Kantata Takwa, Tempo, 18 Agustus 1990

Di halaman sejarah musik, kita membaca Kantata Takwa. Para lelaki beriman dan bermusik. Pada masa Orde Baru, mereka berada di panggung-panggung: musik dan tebar pesan. Konon, ulah dan kata mereka “melawan” rezim Orde Baru. Sekian lagu menguak iman, protes sosial, kealaman, dan lain-lain.

Panggung rock memiliki tokoh-tokoh mempersembahkan lagu terus terkenang: “Kesaksian”. Episode termiliki orang-orang mengalami tata politik dengan album perintah dan kemarahan Soeharto. Di musik, kita agak mengerti ada “persimpangan” menanggapi situasi Indonesia. Tanggapan mula-mula nama dan garapan musik. Di situ, ada lirik digarap serius oleh pujangga dan para musikus.

Ketauhidan di musik. Nama mengesankan Islam: Kantata Takwa. “Kami satu iman, satu tekad, dan kemudian berkumpul,” kata Iwan Fals seperti dikutip di Tempo, 18 Agustus 1990. Kita mengingat Iwan Fals, Setiawan Djody, Sawung Jabo, Jocky S, dan Rendra. Lagu-lagu mengarah ke religiositas, tak lupa di “senggolan-senggolan” atas lakon Indonesia masa Orde Baru. Kantata Takwa bergerak ke sekian kota. Di panggung, mereka mungkin “pendakwah” tanpa terlalu berkhotbah, memberi lagu-lagu. Kita mengingat mereka, tak utuh. Sepenggal tapi kepantasan.

Berita di Tempo mengenai konser Kantata Takwa di Surabaya meramaikan HUT Jawa Pos. “Menyiram jiwa arek-arek Suroboyo,” tulis di Tempo. Mereka tak cuma berurusan panggung musik dan penonton. Berita cenderung ke hubungan KH Yusuf Hasyim dan Kantata Takwa. Oh, kita digiring ke pengisahan pondok pesantren. Pada masa lalu, ada pihak-pihak mengecap Kantata Takwa memainkan musik bernapaskan Islami. Lagu mereka memang mengandung idiom-idiom keislaman, teruma penggunaan kalimat tauhid. Kantata Takwa dan pondok pesantren berarti wajar.

Baca juga:  25 Tahun Ki Ageng Ganjur: Jalan Dakwah Kebudayaan

Di sejarah, konser terbesar Kantata Takwa tercatat di Jakarta, 23 Juni 1990. Kita sekilas membaca catatan di buku berjudul 100 Konser Musik di Indonesia (2018) susunan Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M Dahlan: “Boleh dibilang Kantata Takwa adalah ego besar Djody. Ia berangkat dari lagu-lagu yang digunakan Sunan Kalijaga untuk mengenalkan Islam, seperi Ilir-Ilir dan Dandang Gulo. Ia melihat, musik Islam mencuat pada waktu itu.

Sayangnya, kemudian musik Islam diterjemahkan harus berbau padang pasir atau mesti menggunakan gendang. Baginya, ini suatu kemunduran. Ia ingin menghadirkan musik Islam yang universal, bisa dinikmati orang beragama lain.” Kantata Takwa tercatat di sejarah, teringat orang-orang memiliki pengenalan ke musikus-musikus ampuh dan pujangga tenar.

Sejarah pun termiliki kaum santri. Cuplikan berita di Tempo: “Dan  agar terus bermusik Islami, personel Kantata Takwa secara komplet kembali lagi ke Tebu Ireng (Jombang), berdialog dengan para santri seusai pergelarannya di Surabaya.” Kita tak membaca kalimat-kalimat mengenai obrolan mereka. Berita memang pendek. Kita cuma mengerti ada saling memberi komentar antara KH Yusuf Hasyim dan Kantata Takwa. Dulu, orang-orang mungkin menduga bakal ada orang-orang dari pesantren menempuhi jalan sudah dirintis Kantata Takwa.

Pada masa 1990-an, musik di Indonesia memiliki capaian-capaian estetika dan membesar di industri secara mengesankan. Di buku berjudul Dua Dekade Musik Indonesia, 1998-2018 (2020) susunan Kelik M Nugroho, pembaca bisa mengetahui situai musik masa 1990-an memberi pijakan penting di perkembangan musik abad XXI. Di situ, Kantata Takwa tak termasuk dalam 10 besar band Indonesia (1945-1997). Kita tetap saja bisa mengandaikan pengaruh Kantata Takwa di industri rekaman musik dan konser-konser dihadiri ribuan orang. Musik pun mewartakan Islam, selain orang-orang mengenang masa 1990-an adalah Slank, Dewa 19, Swami, dan lain-lain. Begitu.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top