Sedang Membaca
Kisah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus: Tenggara dan Tanda Silang
Alamsyah M Djafar
Penulis Kolom

Peneliti The Wahid Foundation

Kisah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus: Tenggara dan Tanda Silang

Fb Img 1613693838296

Guru Tenggara kegirangan dengan pencapaian Tenggara hari ini. Apalagi Noviyana. Sebab, saya sering mendengar Noviyana mengatakan bahwa ia selalu bahagia dan bersyukur dengan perkembangan Tenggara, sekecil apapun yang terjadi.

“Saya juga kaget Tenggara bisa melakukannya,” kata guru Tenggara pada Noviyana. Saya tak kalah gembiranya.

Pekerjaan besar yang dilakukan Tenggara hari ini membuat tanda silang dengan konsisten. Saya melihat hasil kerja Tenggara dari buku catatan belajarnya. Gurunya membuat tanda silang, lalu Tenggara menirukannya. Guru Tenggara memberi tanda lingkaran pada hasil kerja Tenggara.

Bagi anak usia tujuh tahun, perkara membuat gambar silang mungkin sepele saja. Tapi tidak untuk anak-anak berkebutuhan khusus seperti Tenggara. Biasanya, anak bisa menyusun enam kubus kecil ke atas pada usia tiga tahun. Kalau tak salah Tenggara baru bisa melakukannya pada usia lima tahun. Biasanya anak bisa mandiri menggunakan pakaian pada usia empat tahun. Tenggara baru usia tujuh tahun.

Kami sempat khawatir Tenggara tak bisa mengenali warna. Tetapi petugas terapi mengatakan sebaliknya. Sebab, Tenggara masih dapat memadukan dua benda yang memiliki warna serupa. “Artinya, ia tahu warna. Hanya masih kesulitan menyebut warna,” begitu katanya.

Sejak usia Tenggara belum genap satu tahun, kami sudah sadar perkembangan Tenggara mungkin tak akan sama dengan anak-anak seusianya. Karena itu perlu bekerja keras agar ia tak tertinggal jauh dalam soal tumbuh kembang. Salah satu cara mengetahuinya dengan memahami Uji Penyaringan Pengembangan Denver atau Denver Developmental Screening Test, disingkat DDST.

Baca juga:  Kiai Noer Iskandar: Sang Inspirator Santri Urban

Tes ini merupakan cara menilai dan memeriksa perkembangan anak dari usia 0 hingga 6 tahun. Kami terbiasa mendengar hasil penilaian ini dari dokter tumbuh kembang anak dalam kelas terapi Tenggara. Model penilaian yang dikembangkan Universitas Pusat Kesehatan Colorado di Denver Amerika Serikat itu terdiri dari empat informasi.

Dua di antaranya tentang perkembangan motorik kasar dari mendongakkan kepala pada usia satu bulan hingga berdiri 1 kaki selama enam detik di usia enam tahun. Satu lagi tentang personal-sosial yang akan menggambarkan perkembangan pribadi dan hubungan sosial. Ditunjukkan dengan perilaku dari menatap muka saat bicara pada usia satu bulan hingga gosok gigi tanpa bantuan pada usia tiga tahun.

Bukan hanya orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, setiap orang tua yang memiliki balita sebaiknya memahami ini. Dengan begitu orang tua dapat mudah mengenali apakah anaknya mengalami masalah perkembangan atau tidak. Jika dirasa perkembangannya tak sesuai dengan anak-anak seusianya, para orang tua bisa langsung pergi ke rumah sakit atau puskesmas untuk konsultasi.

Dari percakapan guru Tenggara siang tadi, saya jadi belajar bahwa anak yang masih belum bisa menyebut warna kadang membuat mereka malas melakukannya. Kadang-kadang menjadi beban psikologis mereka. Jadi, memang kita perlu sabar melatihnya sekaligus perlu memberi pesan bahwa kita juga mengerti kesulitan mereka sehingga terbitlah semangat.

Baca juga:  Tentang Orang yang "Ndalan": Mengurai Pidato Sri Sultan HB X

Siang itu kami sebetulnya khawatir juga jika Tenggara kurang maksimal belajar dan hasilnya tidak lebih bagus dari hari sebelumnya. Pagi hari ia banyak bermain dan belajar dimulai pukul 11.00. Tapi Tenggara menunjukkan hasil yang berpunggungan dari yang kami duga. Kadang-kadang kita memang harus percaya bahwa anak-anak kita memiliki kemampuan di atas yang kita duga. Selamat Tenggara!

Kalimulya, 18 Februari 2021

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top