Sedang Membaca
Kisah Sufi Unik (36): Kaki al-Walid bin Abdul Muthalib Pernah Digergaji Tanpa Obat Bius
Avatar
Penulis Kolom

Bergiat di dunia pendidikan. Menulis sastra berupa cerpen. Tinggal di Jawa Timur. IG @elakhmad dan @akhmadmedia.

Kisah Sufi Unik (36): Kaki al-Walid bin Abdul Muthalib Pernah Digergaji Tanpa Obat Bius

Operasi yang dilakukan oleh pihak rumah sakit kepada seorang pasien selalu dibantu dengan obat bius untuk menghindari rasa sakit pasien. Tidak bisa dibayangkan rasa sakitnya, jika operasi dilakukan tanpa menggunakan obat bius. Jika kulit tergores pisau sedikit saja, maka seseorang bisa menangis kesakitan. Lalu, bagaimana jika operasi? Oleh sebab itu, obat bius perlu disuntikkan untuk menanggulangi rasa sakit tersebut.

Namun, di zaman dahulu terdapat seorang laki-laki yang memilih digergaji kakinya tanpa menggunakan obat bius. Kisah ini diceritakan oleh Ibn Qayyim al-Jauzy di dalam kitab Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin. Berikut kisah lengkapnya.

Diceritakan bahwa Urwah bin Zubair pernah menjenguk al-Walid bin Abdul Muthalib yang menderita sakit parah di kakinya, sebab terdapat koreng dan luka yang sangat besar. Al-Walid bin Abdul Muthalib terbaring lemas di biliknya dengan beberapa tabib (dokter) yang mengelilinginya pasca memeriksa luka di kakinya. Seluruh tabib telah bersepakat untuk mengamputasi kaki al-Walid bin Abdul Muthalib. Tindakan amputasi harus segera dilakukan; sebab jika tidak segera diamputasi, luka di kaki al-Walid bin Abdul Muthalib bisa menjalar ke seluruh tubuhnya sekaligus akan berdampak pada keselamatan nyawanya. Akhirnya al-Walid menyetujui usulan para tabib yang akan mengamputasi kakinya dengan cara operasi.

Baca juga:  Hidayah itu Terserah Allah

Ketika para tabib telah siap melakukan proses operasi; para tabib berkata kepada al-Walid bin Abdul Muthalib, “Kami akan memberimu obat tidur (obat bius) agar engkau tidak merasakan sakit”.

Mendengar hal tersebut, al-Walid bin Abdul Muthalib langsung menjawab, “Untuk apa menggunakan obat tidur? Tidak perlu! Lakukan saja operasinya tanpa menggunakan obat tidur!”.

Karena pasien yang meminta sendiri untuk tidak menggunakan obat tidur, maka para tabib segera mengamputasi kaki al-Walid bin Abdul Muthalib tanpa menggunakan obat tidur. Para tabib memotong kaki al-Walid bin Abdul Muthalib menggunakan gergaji. Setelah kaki al-Walid bin Abdul Muthalib terpotong (terpisah dari tubuhnya), para tabib memanasi sisa bagian kaki al-Walid bin Abdul Muthalib untuk menghentikan aliran darah. Jika tidak dipanasi, maka darah akan terus mengalir dan rasanya sangat sakit. Oleh sebab itu, para tabib menganjurkan menggunakan obat tidur, tetapi al-Walid bin Abdul Muthalib tidak mau.

Ketika al-Walid bin Abdul Muthalib melihat bagian kakinya yang telah terputus; ia berkata, “Segala puji bagi Sang Pemilik semesta. Demi Dia yang telah membebani diriku dengan hal ini, tentu Dia kini telah mengetahui bahwa aku tidak akan bisa berjalan menghampiri hal-hal yang haram sedikitpun”.

Al-Walid bin Abdul Muthalib memilih merasakan langsung rasa sakit kaki yang dipotong dengan gergaji, agar al-Walid bin Abdul Muthalib tidak lagi ada keinginan atau niat untuk mendekati hal-hal yang dilarang oleh Allah. Sebab dengan merasakan rasa sakit kaki yang digergaji, al-Walid bisa membayangkan siksa di neraka yang rasa sakitnya jauh berkali-kali lipat dibandingkan rasa sakit digergaji di dunia. Begitulah cara al-Walid bin Abdul Muthalib menekan hawa nafsunya agar tidak semakin ‘liar’, tetapi justru semakin ‘jinak’ agar bisa dikendalikan.

Baca juga:  Jalan Tobat Pemuda Tersesat (3): Yusuf bin Asbath, Menemukan Tujuan Hidup dari Seorang Penggali Kubur

Jika al-Walid bin Abdul Muthalib rela dipotong kakinya dengan gergaji tanpa dibius, maka apa yang akan kita relakan agar memiliki rasa jera ketika melanggar larangan-larangan Allah?

Wallahu A’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top