Dua hari yang lalu, saat KBRI Riyadh menyelenggarakan acara pisah sambut Atase Pertahanan dan kepulangan dua staff, KBRI kedatangan tamu istimewa, Bapak Lilik dan anaknya yang baru berusia 4 tahun, Balda namanya.
Mereka berdua sampai di Riyadh setelah delapan bulan melakukan perjalanan darat dengan mengendarai sepeda motor. Rute yang dilewati adalah start dari Jambi lalu Jakarta, Semarang, Surabaya lalu Banjarmasin. Lanjut ke Malayasia via Serawak dan lalu Kualalumpur langsung Thailand via Patani, Yala, Narathiwat langsung Bangkok lantas nyeberang ke Myanmar dan masuk India.
Dari India masuk Pakistan via border Attari dan Wagah dilanjut ke Lahore dan Islamabad. Setelah melewati Kawasan “danger zone” di Quita dan Balochistan yang merupakan kawasan rawan teroris, anak muda nekat asal Solo dan tinggal di Jambi ini masuk ke Iran. Dari Iran baru masuk ke Uni Emirat Arab lewat pelabuhan Abbas.
Dari Emirat Arab masuk ke Arab Saudi dan sempat tertahan di border Saudi selama tujuh jam karena proses “sepeda motor” yang harus lolos imigrasi.
Ketika saya tanya: Faktor apa yang mendorong melakukan perjalanan 8 bulan ribuan kilometer lintas negara dan melewati daerah bahaya? Mas Lilik menjawab: Saya rindu Baitullah dan Rasulullah. Tgl 3 Ramadhan saya berangkat dari Jambi.
Perjalanan “gila” dan “ajib” ini dia kasih judul “ RIDE FOR MOM” Perjalanan demi Sang IBU”.
Dalam 8 bulan perjalanan tersebut dia sambal menulis buku tentang “Sang IBU”.
Yang membuat saya trenyuh adalah sosok Balda yang masih usia 4 tahun namun justru menjadi “energi dan power yang spesial” bagi Mas Lilik untuk selalu semangat melakukan perjalanan spektakuler ini.
Ketika status FB ini saya tulis, Mas Lilik dan Balda masih tidur nyenyak di Wisma Dubes karena kecapaian setelah malam tadi ikut bertemu para WNI dalam acara “International Migrant Day”.
Rencana pagi ini, Mas Lilik dan Balda akan meneruskan perjalanan dengan sepeda motor menuju Madinah al-Munawwarah, untuk melepas kerinduannya kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw.