Sedang Membaca
Mampu Memahami dan Menghormati Dengan Membaca
Avatar
Penulis Kolom

Kelahiran Malang, 1 Desember 2001 yang masih bersekolah di SMK Al Khozini Ganjaran Gondanglegi Malang. Siapa aku pada tahun 2035? Pada umur itu, aku akan menjadi orang yang sukses dengan memiliki bisnis dan usaha sendiri.

Mampu Memahami dan Menghormati Dengan Membaca

Pengantar: Mulai 21 Januari 2019, kami menurunkan 20 esai terbaik Sayembara Esai Tingkat SMA/Sederajat 2018. Setelah menurunkan  lima esai terbaik, pemuatan selanjutnya berdasarkan nama sesuai abjad.

________

Pernahkah kamu ingin mencoba bercakap-cakap dengan orang lain tapi tak bisa? Pernahkah kamu ingin sekali tahu suatu hal tapi tak tahu caranya? Atau mungkin kamu pernah merasa tak cocok bergaul dengan orang-orang baru karena topik yang mereka bicarakan hampir tidak pernah masuk ke kepalamu?

Kamu merasa jauh dan berjarak dengan mereka hanya karena mereka bicara tentang politik dan pemilu 2019. Tapi kamu dan saya juga sesungguhnya tahu betul caranya untuk bisa fit in ke dalam dunia mereka tanpa harus meninggalkan diri di belakang sana. Ya, hanya dengan membaca.

Saya pernah mengalami hal seperti ini di sekolah. Saya ingin sekali bisa bergaul dengan teman-teman saya yang pandai dalam pelajaran matematika. Saat guru menerangkan rumus-rumus rumit, mereka langsung memahaminya. Saya begitu takjub melihat mereka. Di mata saya, mereka tampak begitu keren saat guru meminta mereka untuk menerapkan rumus-rumus rumit ke soal yang berbeda dengan yang dicontohkan.

Punggung mereka tampil begitu gagah. Tulisan mereka tampak indah di papan tulis. Intinya, mereka sempurna di mata saya. Untuk dapat bergaul dengan mereka setidaknya saya harus tahu sedikit saja tentang matematika. Saya belajar satu bab pelajaran matematika hanya demi bisa berteman dengan mereka. Menghabiskan waktu sekitar empat jam untuk belajar selama satu minggu. Apa yang saya dapatkan?

Dua-duanya saya peroleh. Saya berteman akrab dan masuk ke dalam lingkaran mereka sekaligus saya tidak lagi benci pada matematika. Yang membuat saya bangga dan seperti ingin membusungkan dada adalah tatkala saya mengingat betapa saya bekerja keras dengan membaca rumus-rumus binomial newton demi mencoba fit in dalam dunia orang-orang yang saya kagumi.

Baca juga:  Sabilus Salikin (150): Ajaran Tarekat Syathariyah (1)

Ada satu hal yang ingin saya tegaskan dari pengalaman tersebut, yakni tak perlu bersusah payah menjadi orang kaya untuk bisa fit in di tengah orang-orang yang kita inginkan. Kala itu saya tidak hanya membaca buku pelajaran yang disodorkan oleh sekolah, tapi juga membaca buku materi kakak yang dua tingkat di atas saya.

Niat dan usahalah yang membuat saya mendapatkan keberuntungan itu. Saya berniat sungguh-sungguh untuk dapat berteman dengan kawan-kawan “berotak Einstein” itu, dan saya berusaha dengan sesuatu yang saya mampu: membaca dan belajar.

Membaca, Memahami

Lantas, apa hubungannya cerita ini dengan membaca dan memahami? Membaca bagi saya tak hanya sekedar mendapat pengetahuan dan teman baru. Bagi saya membaca itu lebih dari sekedar keduanya. Saya tak berusaha menggurui siapapun, namun membaca membuat saya menghormati keputusan diri saya sendiri dan orang lain.

Saya sendiri tak habis pikir saat orang lain berkata pada saya kalau membaca dan belajar itu membosankan, bahkan lebih parah mengatakan bahwa membaca itu hanya menghabiskan waktu. Teman-teman saya justru lebih memilih mengobrol atau tak melakukan apapun ketimbang membaca. Saya hanya geleng-geleng kepala, separah inikah budaya membaca di sekolah saya.

Padahal membaca dapat menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang di masa depan. Jumlah teman-teman saya yang kutu buku lebih sedikit ketimbang kawan-kawan yang tidak suka melakukan apapun.

Adakah tak suka ‘melakukan apapun’ dapat dimasukkan sebagai sebuah preferensi?

Sebaliknya, saat saya memperhatikan sejumlah kawan-kawan saya yang kutu buku, tak bisa tidak timbul rasa kagum sekaligus cemburu di hati saya. Entah di kelas, pelajaran kosong, bahkan waktu sitirahatpun mereka menggunakan waktu untuk membaca. Tak heran jika sekelompok kawan-kawan pendiam inilah yang selalu mendapatkan juara kelas selama ini.

Saat melihat bahwa negara saya tercinta ini masuk dalam daftar salah satu negara dengan minat baca terendah, saya berpikir apa yang harus saya lakukan? Dihitung-hitung sejak SD lalu sampai kelas 2 SMA ini, saya belum pernah merasa melakukan apapun untuk negara yang saya cintai ini. Paling tinggi kekhidmatan saya pada negara cuma sebatas mengikuti upacara dan hormat pada bendera.

Baca juga:  Menyandingkan Perpustakaan dengan Pasar: Sebuah Refleksi Peringatan Hari Buku Nasional

Sampai akhirnya saya terpikir untuk menuliskan cerita ini di sini. Saat menonton video di youtube, saya iri sekali melihat anak-anak kecil dari negara Cina dapat mengikuti kompetisi internasional di Eropa. Mereka tak hanya mempelajari binomial newton belaka, tapi mereka sudah dapat membuat robot dengan menerapkan rumus-rumus tersebut. Alangkah canggihnya otak-otak para pembaca dan pembelajar muda itu.

Saya tak boleh hanya merasa iri belaka pada anak-anak tersebut. Saya berpikir bahwa saya juga harus belajar dari semangat mereka. Hanya dengan membaca saya mungkin bisa berbuat sesuatu untuk negeri saya ini.

Dalam pikiran dan bayangan saya, mereka pasti memiliki banyak buku di rumah sekolah, bahkan tempat bermain mereka. Buku yang mereka baca mungkin tak hanya sekedar buku dongeng seperti yang saya baca saat kecil. Saya membayangkan betapa hal tersebut membuat mereka bahagia.

Membayangkan para pembaca kecil tersebut, saya bertekad untuk terus membaca dan belajar meskipun saya hanya dapat membaca satu kolom berita harian di sekolah. Hanya ini yang dapat saya lakukan untuk diri sendiri. Ya, daripada tidak membaca apapun dan bicara di luar kepala. Bukankah sebenarnya itu yang berbahaya, karena dampak negatif dari kebodohan yang bicara bisa berakibat sangat fatal. Seperti yang terjadi di negeri kecintaan saya akhir-akhir ini.

Menghindari Hal Negatif

Membaca memang tak membuat saya kaya secara materi, namun setidaknya dapat melindungi diri saya sendiri saat membaca komentar dan postingan-postingan negatif di beranda facebook saya. Membaca justru menghabiskan sebagian uang saku saya yang sudah ngepres, tapi tanpa membaca saya tak mungkin dapat menghormati teman-teman saya yang tak sependapat dengan saya.

Baca juga:  Lirboyo, Literasi dan Genealogi Intelektual Pesantren

Lebih jauh saya tak mungkin bisa menulis catatan sepanjang ini jika tanpa membaca. Membaca malah membuat mata saya jadi minus perlahan, tapi membaca dapat membuat saya menjadi seorang remaja yang bisa diandalkan. Meskipun satu-satunya orang yang mengandalkan saya saat ini cuma ibu.

Sangat sulit bagi saya untuk memahami sesuatu jika tak membaca. Guru-guru saya bilang kalau kita-kita yang masih berbau susu dan kencur ini tak rajin membaca, kesuksesan tidak akan menemukan kita. Jika saya pikir lebih dalam lagi, masuk akal sekali pesan beliaubeliau ini.

Saya membayangkan orang-orang yang sedang duduk dan menjadi bos di sebuah perusahaan besar, apa jadinya kalau mereka malas membaca dan belajar? Mampukah mereka menjadi seorang andalan bagi karyawan-karyawan mereka?

Saya teringat pada sifat saya yang cenderung pendiam dan tertutup. Hal apa yang kira-kira akan saya dapatkan kelak jika saya terus-terusan menjadi pendiam seperti ini? Apa jadinya masa depan jika saya tak memiliki kesukaan pada buku sejak saat ini? Meskipun saya sadar bahwa dengan membacapun saya mungkin tak akan bisa menjadi apa-apa. Namun apa jadinya jika saya tidak suka membaca? Jadikah saya seperti orang-orang yang hanya dibutuhkan tenaganya saja sementara keputusan saya tak dihiraukan?

Seperti yang telah saya berikan penjelasan sebelumnya, membaca bagi saya tak hanya sekedar menabung pengetahuan dan pengalaman pikiran orang lain. Membaca adalah belajar hidup lebih baik setiap hari. Saya berkompetisi dengan diri saya sendiri dan melawan kemalasan saya dengan membaca buku setiap hari.

Dengan seperti ini saja saya sudah merasa ‘pekerjaan rumah’ untuk hari ini telah selesai dan tinggal membereskan pekerjaan besar untuk teman-teman sekolah saya: mengajak mereka untuk gemar membaca.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top