Pengantar: Sejak 21 Januari 2019, kami menurunkan 20 esai terbaik hasil seleksi Sayembara Esai Tingkat SMA/Sederajat 2018. Setelah pemuatan lima besar, pemuatan selanjutnya berdasarkan urutan abjad nama penulisnya.
———
Untuk bisa melakukan hal besar, maka kita akan mulai dari hal-hal kecil, termasuk pada negeri ini. Untuk menjadikan Indonesia lebih baik, maka kita mulai dari diri kita sendiri. Jangan pernah meremehkan hal-hal kecil, detail terkecil, sekecil apa pun itu. Pepatah mengatakan, “Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”. Hal sekecil apa pun, apabila kita rutin (istiqamah) menjalankannya, maka itu bisa menjadi hal yang besar. Something big.
Nggak percaya? Kita lihat contoh gampangnya dari negeri kita sendiri. Buang sampah. Tidak perlu melihat orang lain, kita lihat diri kita sendiri. Sudah buang sampah pada tempatnya? Atau merasa tidak membuang sampah bahkan? Awalnya hanya satu sampah berserakan. Karena tak ada yang peduli maka juga tak ada yang memungutnya.
Setelah itu ada yang ikutan buang di situ, ada juga yang sengaja buang sampah sembarangan, sampai ada juga yang akhirnya buang sampah di situ karena mengira tempat itu adalah tempat sampah yang tempatnya lagi dicuci makanya kelihatan nggak ada tempatnya. Menkjubkan! Ironis sekali.
Berawal dari hal sepele, bukan? Awalnya hanya ada satu sampah, lalu menjadi tumpukan sampah. Parahnya, tidak ada yang peduli, hingga sampah-sampah itu menyumbat aliran air yang menyebabkan banjir. Nggak percaya kalau hal itu nyata? Sudah lihat banjir terjadi di mana-mana, kan?
Bahkan hujan yang turun dengan intensitas rendah pun, sudah cukup untuk membuat banjir. Lalu apa hujannya yang salah? Tidak. Mari kita lihat diri kita masing-masing, apa yang salah dari kita. Mari kita buat Indonesia menjadi something big, dimulai dari diri sendiri.
Mencintai Produk Dalam Negeri
Dalam bidang teknologi zaman ini, hampir setiap orang tidak bisa tidak untuk menggunakannya. Termasuk kita, orang Indonesia. Mulai dari alat komunikasi, media, transportasi, bahkan membuat makanan pun dengan teknologi. Dari Samsung, Apple, Toyota, Honda, dan masih banyak merek lain. Mayoritas kita menggunakannya, betul? Kita tinggal di Indonesia malah membeli produk-produk luar negeri.
Harusnya kita mendukung produk-produk milik orang Indonesia, salah satu caranya adalah dengan membelinya. Sebenarnya ada banyak produk yang asli Indonesia namun hanya saja banyak yang tidak mengenalnya atau kualitasnya yang tidak sebagus milik luar negeri menjadikan konsumen enggan membeli sehingga produk Indonesia kalah bersaing dengan produk orang asing.
Sebenarnya banyak ‘mutiara-mutiara’ dalam negeri kita jika kita mau mensyukuri, menggali, dan terus mencari mutiara-mutiara terpendam itu. “Rumput tetangga lebih hijau”, ya, kelihatannya seperti itu. Tapi, ayolah! Kita harusnya percaya bahwa kita bisa!
Apakah ada yang mengatakan, “Kita sebenarnya bisa. Namun untuk melakukannya tidaklah mudah,” Ya, memang benar. Untuk hal yang lebih baik, apa pun itu, maka di sana kita akan berkorban. Mengorbankan tenaga, waktu, dan pikiran. Di sana kita diuji ‘seberapa keras kemauan kita’ dan ‘pantaskah kita untuk mendapatkan hal tersebut?’
Surga tidak dimasuki secara cuma-cuma, mereka yang terpilih dan berkorban untuk surga lah yang memasukinya. Bagi orang-orang yang the loser, mereka akan menyerah bahkan ketika belum memulai. Namun bagi para the winner, mereka pantang menyerah hingga titik darah penghabisan. Mereka yakin bahwa mereka akan meraih impian mereka dan menaklukkan problematika mereka, dengan izin Allah dan bantuan Allah tentunya. Itu semua dari mental dan mindset kita.
Wilayah kita mungkin sudah merdeka dari para penjajah, namun tidak dengan jiwa dan pikiran kita. Banyak dari kita yang jiwanya masih the loser dan pemikiran jangka pendek namun menginginkan sesuatu yang praktis dengan hasil maksimal. Wahai, ketahuilah. Jangan mudah percaya dengan sesuatu yang instan atau hal-hal yang terlalu mudah untuk dijalani. Bisa jadi hal buruk menanti di sana.
Contoh, mi instan. Instan, kan? Mudah dan cepat untuk membuatnya, kan? Praktis, kan? Enak lagi. Tapi ternyata mi instan tidak baik untuk kesehatan. Ayolah! Kita perlu mengorbankan sesuatu untuk mendapat hasil maksimal, termasuk mengorbankan hawa nafsu yang ingin buru-buru, ingin sesuatu yang menyenangkan saja.
Lalu bagaimana dengan mengubah pola pikir? Kita bisa merubahnya dengan banyak-banyak belajar. Eits, belajar nggak hanya di sekolah, tapi bisa di mana saja. Kita bisa belajar dengan cara membaca buku, belajar dengan orang lain, belajar dari anak kecil, perenungan bahkan.
Kita bisa melakukannya di mana saja asal kita mau berpikir. Walaupun sekolah, membaca buku, mendengarkan ceramah, all is nothing ketika kita tidak berpikir. Sebaliknya, meskipun kita bermain game, memerhatikan anak jalanan, atau hal sepele lain, ternyata kita bisa belajar dan menemukan pelajaran berharga di sana karena kita berpikir.
Banyak hal dalam kehidupan ini yang bisa kita ambil pelajaran, bahkan hal-hal kecil yang terlihat sepele sekali pun. Pola pikir juga bisa dibentuk melalui lingkungan, apalagi untuk seorang anak kecil. Kita, manusia, mudah sekali untuk meniru dan mencoba menyesuaikan dengan lingkungan kita.
Keluarga sebagai sekolah pertama juga memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan dan pola pikir anak. Apalagi di zaman yang serba salah saat ini, pergaulan menjadi cukup rentan. Kita harus pandai-pandai memilih teman bergaul untuk diri sendiri dan adik-adik kita.
Meskipun teknologi semakin maju, namun tak seharusnya anak kecil sudah memegang gadget, bermain gadget dan lupa akan tugas kewajibannya. Dunia luar yang liar terlalu keras dan rusak untuk anak kecil yang masih dalam proses perkembangan dan membutuhkan banyak belajar.
Maka dari itu, untuk membuat Indonesia menjadi lebih maju menjadi something big, maka kita harus memulai perubahannya dari diri sendiri dan lingkungan kita. Mari kita kembangkan pendidikan untuk generasi lebih baik dan memajukan teknologi untuk kebaikan umat bersama.
Mari kita pandang Indonesia yang lebih maju, lebih indah, lebih nyaman, dan kita wujudkan bersama-sama. Namun jangan pernah lupakan sejarah kita karena sebuah bangsa akan hancur dan bisa salah bertindak karena kehilangan sejarahnya. Pahlawan bangsa kita, presiden pertama, Ir. Soekarno, mengatakan, “Jas Merah! Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”