Abu al-Hasan al-Busyanji, nama lengkapnya Ali bin Ahmad bin Sahl. Abu al-Hasan adalah kuniyahnya, sementara al-Busyanji dinisbatkan pada daerah Busyanj, tempat di mana Abu al-Hasan al-Busyanji berasal. Catatan al-Sulami dalam Ṭabaqāt al-Ṣūfiyah menginformasikan bahwa daerah Busyanj terletak tujuh farsakh atau sekira lebih kurang 35 Km dari kota Herat, Afganistan.
Tokoh abad 4 Hijriyah ini merupakan sufi yang sangat berpengaruh di Khurasan (wilayah yang meliputi Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan). Sangat alim dalam ilmu tauhid, berakhlak mulia, religius, dan gemar berderma kepada fakir miskin. Sebagaimana yang tercatat dalam Ṭabaqāt al-Ṣūfiyah dan Hilyat al-Auliyā’, Abu al-Hasan al-Busyanji meninggalkan dunia yang fana ini di tahun 348 Hijriyah.
Ihwal kegemaran Abu al-Hasan al-Busyanji dalam berderma, Fariduddin al-Atthar menginformasikan dalam Tazkirat al-Auliyā’, bahwa suatu hari Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji sedang berada di tempat wudu. Di tengah-tengah ia mengambil air wudu, tiba-tiba terbesit di dalam hatinya untuk menyedekahkan pakaiannya kepada fakir miskin. Dari dalam tempat wudu, Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji lalu memanggil khadim (pelayan).
“Wahai pelayanku! Ambillah beberapa pakaianku dan berikanlah kepada fakir miskin yang membutuhkannya,” perintah Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji dari dalam tempat wudu.
“Wahai Syekh! Bersabarlah, selesaikan dulu wudunya, nanti saja memberikan pakaian itu, setelah engkau keluar dari tempat wudu?,” timpal pelayan Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji.
“Tidak tidak, aku takut jika menunggu wuduku selesai. Aku khawatir setan akan menggodaku, lalu aku mengurungkan niatku untuk bersedekah pakaian kepada fakir miskin,” jelas Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji kepada pelayannya.
Mendengar penjelasan Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, sang pelayan lalu bergegas melaksanakan perintah itu.
Pada kisah yang lain, Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji pernah mengalami nasib sial yang sarat akan nilai hikmah. Peristiwa sial itu terjadi saat Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji sudah pindah dan mukim di Naisabur.
Alkisah, ada seorang penduduk desa di Naisabur yang kehilangan seekor keledai. Kemudian orang yang kehilangan keledai itu bertanya ke beberapa orang.
“Siapakah orang paling bertakwa di Naisabur?” tanya si pemilik keledai yang hilang itu.
Semua orang yang ia tanyai menjawab bahwa Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji lah orang paling bertakwa di Naisabur. Si pemilik keledai yang hilang itu lalu bergegas ingin menemui Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji. Ia pun lantas bertemu Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, tanpa basa-basi ia lalu menarik kerah baju Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji.
“Kamu telah mencuri keledai milikku,” gertak pemilik keledai itu kepada Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji.
Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji terkaget-kaget mendapat perlakuan kasar dari pemilik keledai itu.
“Kamu salah sasaran, kita belum pernah bertemu sebelumnya,” ucap Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji membela diri.
“Pokoknya kamu yang mencuri keledaiku,” kekeh si pemilik keledai itu.
Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji bingung akan kejadian yang menimpanya ini. Bagaimana tidak bingung, ia dituduh telah melakukan sesuatu yang bahkan ia sendiri tak sempat kepikiran melakukannya, yaitu mencuri keledai. Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji lantas menengadahkan tangannya seraya berdoa.
“Ya Allah, bebaskan aku dari fitnah dan kembalikanlah keledai orang ini,” pinta Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji dalam doanya.
Selepas Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji memanjatkan doanya, tiba-tiba ada sesorang yang memberitahukan kepada si pemilik keledai, bahwa keledainya telah diketemukan. Sebelum meninggalkan Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, si pemilik keledai itu kemudian mengatakan sesuatu.
“Wahai Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, aku sudah tahu engkau tak mungkin mencuri keledai milikku, hanya saja aku ingin ada orang bertakwa yang berdoa agar keledaiku ditemukan, karena aku tak mampu berdoa sendiri, aku bukan orang bertakwa di hadapan Allah, sekarang keinginanku telah tercapai dan keledaiku telah kembali berkat doa dari orang takwa sepertimu,” jelas si pemilik keledai itu kepada Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji.
Malang sekali nasib Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji, namun ini membuktikan bahwa ialah orang takwa yang dicari-cari pemilik keledai itu, meskipun si pemilik keledai itu memiliki cara yang unik agar ada orang takwa yang mendoakan keledainya segera ketemu.
Berikut quote sufistik dari Syekh Abu al-Hasan al-Busyanji:
مَنْ تَوَاضَعَ رَفَعَهُ اللهُ، وَكُلُّ مَنْ تَكَبَّرَ أَذَلَّهُ اللهُ
“Man tawāḍaʼa rafaʼahu-l-llāhu, wa kullu man takabbara ażallahu-l-llāhu.”
“Barang siapa bersikap rendah hati pasti Allah mengangkat derajatnya, dan barang siapa bersikap sombong (takabur) pasti Allah akan menghinakannya.”
Wallāhu A’lam.