Sedang Membaca
Buku Perjalanan ke Kota-Kota Islam Karya Maria Fauzi Cocok Dibaca di Musim Pandemi Ini
Redaksi
Penulis Kolom

Redaksi Alif.ID - Berkeislaman dalam Kebudayaan

Buku Perjalanan ke Kota-Kota Islam Karya Maria Fauzi Cocok Dibaca di Musim Pandemi Ini

Whatsapp Image 2020 07 28 At 2.21.26 Pm

 “Sejarah adalah tanda zaman, cahaya kebenaran, kehidupan ingatan, guru kehidupan, utusan zaman purba“. (Cicero)

Sejarah, dalam bentuk kasat mata yang paling sederhana, kita lihat dan ketahui dari peninggalannya. Maka mengunjungi tempat-tempat bersejarah, museum ataupun monumen memorial tidaklah sekedar piknik semata, tetapi upaya merawat kehidupan ingatan. Ada fragmen-fragmen masa lalu yang membentuk hingga menjadi dunia saat ini. Kita memungut sejumput wawasan tentang pola pikir suatu masyarakat di periode waktu tertentu, termasuk kepercayaan, sistem budaya, dan moral mereka. Apa dan siapa mereka.?Apa pelajaran yang bisa diambil untuk kita di masa kini?

Tempat-tempat bersejarah yang terbentang dari Kairo, Jerman hingga Andalusia membawa memori masing-masing pejalan untuk mengetahui lebih dalam tentang ingatan kolektif mereka dan masa lalu.

Ya, Tumpang tindih agama dan budaya akan terjadi terus menerus sebagai suatu proses yang akan memperkaya kehidupan, membuatnya tidak gersang. Kekayaan variasi budaya akan memungkinkan adanya persambungan antara berbagai kelompok atas dasar persamaan persamaan, baik persamaan agama maupun budaya.

Maka mengunjungi situs-situs peradaban nan bersejarah bukanlah saja untuk mengenang romantisme yang dipenuhi dengan kegemilangan dan kejayaan yang acapkali membuat kita tak henti-hentinya memuja. Namun lebih pada penghayatan makna dari setiap perjalanan ketika dihadapkan kepada sebuah entitas yang indah sekaligus transenden. Keindahan yang diungkapkan melalui jalan yang sunyi, yaitu seni dan tradisi.

Baca juga:  Catatan Fahruddin Faiz untuk Manusia Modern: Menjadi Manusia, Menjadi Hamba

Hari ini, seni dan tradisi Islam seakan berada jauh di level terendah jika dibandingkan dengan ajaran teologi, fiqh, dan dogma-dogma keagamaan lain. Padahal di masa awal Islam, tradisi maupun seni Islam berkembang pesat, seni dianggap setara dengan pengetahuan Islam lain dan merupakan media yang kerapkali dipakai untuk menjelaskan hakekat Tuhan serta perjalanan spiritual seseorang melalui metafora-metafora visual.

Keindahan agama yang diwujudkan dalam sebuah karya seni dapat menyampaikan pesan yang sarat makna, halus, santun dan lebih membekas di hati. Keindahan nilai agama dicerna tidak melalui ajaran-ajaran dogmatis namun langsung masuk ke dalam nilai-nilai spiritualitas diri melalui jalur yang sunyi. Tidak menghakimi, dan juga tidak berisik.

Seorang sufi Mesir, Ibnu Faridh mengatakan seberapa sering perdebatan para cendekia menutup seseorang dari yang lain, sebaliknya cinta dan keindahan justru menumbuhkan sikap saling memiliki dan terbuka antara satu dengan yang lain.

Melalu buku buku berjudul Berdiri di Kota Mati, Maria Fauzi mengajak kita semua mengunjungi kota-kota bersejarah dalam beradaban Islam. Kita di bawa piknik ke Kairo yang berbahasa Arab dengan harum kopinya. Kita diajak mengunjungi detail-detail arsitektur Hagia Sophia di Istanbul. Kita diajak ke Andalusia, menyaksikan pertemuan peradaban Timur dan Barat.

Baca juga:  Kota Islam yang Terlupakan (8): Allahabad-India, yang Tetap dan yang Berubah

Mengunjungi kota-kota kuno, kita tak ada hanya berhadap-hadapan dengan arsitektur yang menakjubkan, namun juga merasakan suasana antrpologis di kota-kota itu: pakaian, bahasa, seni, hingga ritual-ritual belasan abad silam. Anda semua tidak perlu bingung mau pergi ke mana di masa pandemi ini. Anda cukup membaca buku 223 halaman ini karya penulis perempuan alumni Universitas Al-Azhar Kairo ini. (Sumber: Pengantar Redaksi buku Berdiri di Kota Mati)

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top