Sedang Membaca
Meneroka Kompleksitas Masyarakat Madura: Antara Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial
Firmanda Taufiq
Penulis Kolom

Mahasiswa S3 Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Penulis, dan Pengamat Politik Timur Tengah.

Meneroka Kompleksitas Masyarakat Madura: Antara Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial

Buku Islam Oligarki Politik

Pertemuan akademik saya pada karya-karya intelektual Abdur Rozaki berawal ketertarikan saya pada isu oligarki politik. Hingga akhirnya saya menemukan buku yang berjudul Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial. Buku ini mengkaji berbagai topik penting, yakni memuat lima persoalan terkait dengan agama, orang kuat lokal, dan oligarki politik, serta upaya perlawanan sosial dalam konteks masyarakat Madura. Lewat tulisannya, Rozaki berupaya mengkaji secara mendalam bagaimana kontruksi sosial keagamaan Madura dan oligarki politik yang mengakar kuat. Dalam beberapa topik yang dibahas dalam buku ini memuat berbagai topik menarik tentang persinggungan antara budaya keagamaan dengan oligarki politik lokal.

Di bagian awal, Rozaki berupaya melacak dan mendiskusikan tentang persoalan antara agama, budaya, dan orang kuat lokal. Pada bab ini, Rozaki menyebutkan bahwa kondisi alam masyarakat Madura dan konstruksi sosial-budaya orang kuat lokal melahirkan para oligark yang menguasai berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor ekonomi dan politik. Dalam hal ini, sosok kiai menempati posisi penting dalam struktur masyarakat Madura.

Kiai merupakan sosok teladan dan tokoh yang dihormati dan dihargai oleh mereka. Untuk itu, kiai menjadi salah satu orang yang dianggap memiliki kesaktian dan tempat bagi masyarakat untuk meminta doa dan keberkahan dalam hidup mereka. Selain itu, sosok blater juga tidak dapat dinafikan dalam konstruksi sosial budaya Madura. Apalagi Madura yang memiliki kontur alam gersang dan mayoritas masyarakatnya menggantungkan kehidupannya dari bertani dan berladang. Struktur alam dan kontruksi masyarakat Madura tersebut telah membentuk adanya blater sebagai bagian dari identitas jago dalam masyarakat agraris.

Baca juga:  Mengenal Kitab Pesantren (33): Fathul Izar, Kitab Pendidikan Seks Tingkat Lanjut

Sementara itu, di dalam lingkungan blater sendiri muncul relasi kuasa yang mempengaruhi tingkat apresiasi masyarakat, yakni ada blater raje (blater yang memiliki pengaruh besar) dan blater kene’ (blater yang memiliki pengaruh lingkup yang kecil). Blater raje sendiri memiliki pengaruh besar dikarenakan mereka pernah melakukan carok dan memiliki jaringan pertemanan yang luas dengan para blater lainnya. Sedangkan blater kene’ merupakan orang yang pandai membangun relasi dengan para blater lainnya, masyarakat, kiai, dan apparat pemerintahan. Mereka juga menyatu ke dalam kehidupan masyarakat. Blater kene memiliki pengaruh hanya sebatas di daerah desanya atau lingkup pengaruhnya di tingkat dusun.

Lebih lanjut, Rozaki juga mengulas tentang budaya keagamaan dan oligarki politik di tingkat lokal. Perubahan dari kultur keagamaan dominan menuju politik kekuasaan juga merepresentasikan situasi dan kondisi politik masyarakat Madura, terutama di daerah Bangkalan, yang menjadi lokasi riset yang diulas dalam buku ini. Kultur keagamaan dominan yang dikembangkan atas figur Syaikhona Kholil dan proses reproduksi kharismanya yang berkembang di masyarakat.

Transformasi kharisma tersebut juga menyentuh persoalan politik kekuasaan dalam hubungannya dengan agama. Dalam konteks tersebut, trah Syaikhona Kholil mengenai religio-political power, yakni jika pada masa rezim otoritarian Orde Baru Soeharto yang menjadikan politik keagamaan sebagai spirit atau landasan etik melawan kekuasaan tirani yang berusaha merampas hak-hak masyarakat. Dalam hal ini, KH. Kholil AG memiliki peran sentral dalam proses politik tersebut. Sedangkan pada era reformasi, politik keagamaan menjadi alat dalam meraih kekuasaan pemerintah daerah, yang dalam hal ini tereprsentasi oleh FAI. Oleh karena itu, dari dua konteks tersebut memiliki corak dan transformasi yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan upaya untuk membangun dinasti politik.

Baca juga:  Sabilus Salikin (77): Sejarah Tarekat Rifa'iyah di Indonesia

Sementara itu, di bagian ketiga pembahasan buku ini membahas tentang bagaimana oligarki politik dan pembangunan sosial terjadi dalam konteks masyarakat Madura. Desentralisasi dan politik pembangunan sangat terlihat dalam tata kelola politik pemerintahan di Madura. Kiai tidak hanya mengurus persoalan keagamaan semata, tetapi mereka juga mengambil peran-peran penting dalam politik. Di dalam buku ini, Rozaki juga menyebutkan adanya oligarki lokal yang menguasai dan mengatur jalannya politik dan ekonomi di kabupaten Bangkalan. Oleh karena itu, daerah tersebut dinilai sebagai kabupaten yang masih dikuasai oleh oligark lokal dan dari tingkat desa hingga kabupaten dikuasai oleh orang kuat lokal, baik para klebun (kepala desa) ataupun bupati.

Pembahasan lainnya dalam buku Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial, yakni pembangunan jembatan Suramadu yang menjadi salah satu mega proyek yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan ekonomi dan jalur transportasi antar pulau, yakni Madura dan Surabaya. Pembangunan jembatan Suramadu diharapkan mampu mendongkrak tumbuhnya perekonomian di Madura.

Topik selanjutnya yang dibahas dalam buku ini, yakni adanya perlawanan sosial terhadap oligarki politik. Hal ini dilakukan oleh para aktivis yang juga menjadi bagian daru organisasi masyarakat sipil melakukan aksi dan kritikan kepada oligarki lokal yang membuat situasi dan kondisi politik, serta kehidupan masyarakat tertinggal. Perlawanan lainnya justru dilakukan oleh kerabat oligark lokal yang tidak setuju dan terima atas tindakan oligark lokal tersebut. Hingga akhirnya oligark lokal tersebut terjerat Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan ia harus mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi.

Baca juga:  Pak Mawar Seorang Penghayat yang Sering Datang ke Mushola

Terakhir, buku ini sangat direkomendasikan bagi siapapun yang membacanya, terutama mereka yang tengah menggeluti tentang diskursus oligarki dan gerakan sosial kaitannya dengan konteks keagamaan. Buku ini dapat menjadi literatur dan bacaan alternatif untuk mengetahui akar dari sosial-keagamaan masyarakat Madura, oligarki politik, dan konteks perlawanan sosial. Buku Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial merupakan karya penting untuk melihat konstelasi politik, agama, dan sosial budaya Madura yang kompleks. Selamat membaca dengan penuh rasa penasaran beberapa topik menarik yang ditulis dalam buku ini.

 

Judul Buku      : Islam, Oligarki Politik, dan Perlawanan Sosial

Penulis             : Abdur Rozaki

Penerbit           : IRCiSoD

Tahun              : Juni 2021

Ukuran Buku  : 14 x 20 cm

Jumlah Halaman: 334 halaman

ISBN               : 978-623-6166-57-4

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Scroll To Top