Sedang Membaca
Said Ramadhan al-Buthi: Sombong Lebih Bahaya dari Maksiat?
Yoeki Hendra
Penulis Kolom

Penikmat kisah-kisah sufi

Said Ramadhan al-Buthi: Sombong Lebih Bahaya dari Maksiat?

Dr.bouti

Siapa yang tidak kenal Syekh Said Ramadhan al-Buthi? Dalam salah satu kajian rutinannya, beliau menuturkan sebuah ungkapan yang sangat indah, penuh hikmah, keluar dari lidah yang tulus lillah. Beliau bertutur:

 المعاصي لا تحجب عن الله، الإستكبار هو الذي يحجبك عن الله

Bukan maksiat yang membuat manusia terhalang dari Allah, tapi rasa angkuh dan sombonglah yang menjadi penghalang” (lihat: https://www.youtube.com/watch?v=KZax2xDCv0Y)

Selagi manusia hidup, selama itu dirinya tidak akan pernah bebas dari kesalahan dan kekeliruan. Diantara kesalahan-kesalahan itu adalah melakukan kemaksiatan dan menyombongkan diri.

Terkadang manusia merasa sangat jauh dari Allah. Seakan pintu rahmat dan kasih sayang-Nya tertutup rapat karena maksiat. Justru sebaliknya dia tenang dengan keangkuhannya, menyombongkan diri, merasa lebih baik, punya harta banyak, terhormat, dan berpengetahuan luas. Bangga dengan pujian dan benci dengan cacian.

Orang ini hendaknya sadar dengan perkataan Syekh Said Ramadhan al-Buthi diatas bahwa kesombonganlah yang mengahalanginya dari Allah bukan kemaksiatan yang banyak ia lakukan. Sehingga dia harus memperbaiki prasangkanya bahwa Allah adalah Tuhan yang maha pengampun, untuk apa sifat pengampunan melainkan agar Dia memberikan ampunan pada hamba-hambanya. Seraya berusaha menghindari sifat takabbur karena itulah yang sebenarnya menghalangi dirinya dengan Allah swt.

Baca juga:  ​Munajat Ulama Nusantara (3/Terakhir)

Yang menarik, dalam majlis itu juga Syekh al-Buthi menjelaskan bahwa tidak satu pun ayat al-Quran -sejauh penelusurannya- yang keras memberikan peringatan kepada pelaku maksiat tapi yang ada hanyalah peringatan keras al-Quran kepada orang-orang sombong dan angkuh. Diantaranya beliau membaca ayat 146 surat al-A’raf:

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Jika mereka melihat tanda-tanda kekusaanku(Ku), mereka tidak akan beriman padanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya”

Ditempat lain Allah juga berfirman ayat 57 surat al-Kahf:

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعۡرَضَ عَنۡهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتۡ يَدَاهُۚ إِنَّا جَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٗاۖ وَإِن تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن يَهۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدٗا

Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya”.

Bila direnungkan ungkapan Syekh al-Buthi di atas selaras dengan sebuah perkataan yang dinisbatkan kepada Imam Sufyan at-Tsauri sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ibnu Ibnu Hajar al-Asqalani kemudian di-syarahi oleh Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab Syarh Nashaihul Ibad, disebutkan disana:

Baca juga:  Genealogi Kewalian dalam Literatur Islam Klasik

كلّ معصيّة عن شهوة فإنّه يُرجى غفرانها، وكلّ معصية عن كبر فإنّه لا يرجى غفرانها

Maksiat yang muncul karena syahwat ada harapan diampuni, dan maksiat yang timbul dari sombong tidak ada harapan untuk diampuni

Mengapa demikian? Karena lanjut beliau,

لأنّ معصيّة إبليس كان أصلها من الكبر و زلّة آدم كان أصلها من الشهوة.

Sumber maksiat Iblis adalah sombong dan sumber maksiat Adam adalah syahwat

Dan al-Quran mengkisahkan kepada kita bahwa Adam pada akhirnya kembali kepangkuan kasih sayang Allah dan Iblis dikutuk dan akan kekal di dalam neraka. (lihat: Syarah Nashaihul Ibad ‘alal Munabbihat ‘alal Isti’dad li Yaumi Ma’ad, Dar al-Kutub al-Islamiyah, hal. 11)

 

 

 

 

 

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top